Latest News

Thursday, July 19, 2012

St. Nimattullah Kassab Al-Hardini


Santo ini berasal dari Katolik Maronite yang merupakan Gereja yang tergolong berasal dari Timur. Youssef/Joseph Kassab lahir pada tahun 1808, dari ayah Gewagis/George Kassab dan ibu Maryam Raad. Dia masuk sekolah untuk para rahib St. Anthonios di Houb dari tahun 1816 hingga 1822. Beliau memasuki hidup membiara di Biara St. Anthonios Ishaia (=St.Antonius Yesaya, pent.) dan menjadi novis pada November 1828. Di situ beliau mengambil nama Fr. Nimatullah Kassab Hardini., disitu beliau belajar cara menjilid buku. 

Beliau menyatakan kaul/janji pertamanya pada tanggal 14 November 1830. Setelah beliau menyelesaikan studi teologinya, beliau ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup Seiman Zwain di biara Kfifan pada tanggal 25 Desember 1833. Beliau menjadi anggota konsili umum sebanyak tiga kali yaitu dari tahun 1845 hingga 1848, 1850 hingga 1853, 1856 hingga 1858. Sebagai anggota konsili beliau tetap pada pekerjaannya sebagai penjilid buku. Beliau mengajar di sekolah-sekolah biara, khususnya di Kfifan. 


Aban/Romo/Pater Nimatullah hidup dengan cara yang sangat suci. Beliau adalah seorang pendoa, secara total � disemangati oleh Tuhan�. Beliau mengisi waktunya siang dan malam dengan meditasi, doa dan adorasi kepada Ekaristi.Perawan Maria menjadi suri teladannya dengan devosi Doa Rosario. Beliau adalah pribadi yang sangat sederhana, sensitive dan sabar yang menghidupi kaul kebiaraannya yaitu �ketaatan, kemurnian dan kemiskinan� demi kesempurnaan. Para rahib sahabatnya dan orang-orang yang mengenalnya menyebutnya sebagai �Mor Soliha/The Saint/Sang Santo� semasa beliau hidup. Salah satu muridnya adalah Charbel Makhlouf (St. Charbel menurut Ritus Maronit, Beato Charbel menurut Vatikan), dari tahun 1853 hingga 1858.

Aban Nimatullah meninggal di biara Kfifan pada 14 Desember 1858. Beliau meninggal setelah selama sepuluh hari menderita demam tinggi yang disebabkan oleh angin musim dingin yang merupakan karakter alam Lebanon Utara. Beliau hanya berusia limapuluh tahun.Beliau meninggal sambil memegang gambar St. Perawan Maria, dan kalimat terakhirnya adalah:�O Perawan Maria di dalam pelukanmu kuserahkan jiwaku.� Orang-orang yang berada di dekat beliau saat beliau meninggal bersaksi bahwa cahaya surgawi memancar dari ruangannya dan bau harum semerbak berada di ruangan tersebut selama berhari-hari setelah kematian beliau. Kemudian ketika Patriark Boulos Massad mendengar tentang kisah kematian Aban Nimatullah beliau berkomentar: �Selamat bagi rahib ini yang tahu memahami manfaat dari kehidupan membiara�

Beberapa waktu kemudian para rahib membuka makam Aban Nimatullah dan mereka terkejut menemukan jasadnya tidak mengalami pembusukan.Jasad Aban Nimatullah kemudian dipindahkan dan ditempatkan di dalam sebuah peti di dekat gereja.Setelah meminta izin dari otoritas gereja setempat, dari tahun 1864 para peziarah diperbolehkan melihat jasad utuh Aban Nimatullah hingga tahun 1927. Pada tahun yang sama Komite Pemeriksa yang menyusun penyelidikan terhadap Kasus Aban Nimatullah mengakhiri penyelidikannya. 

Jasad Aban Nimatullah kemudian dimakamkan kembali di dalam tembok kubah pada salah satu ruang biara, sebelum dipindahkan ke sebuah Kapel kecil tempat misa dirayakan untuk para peziarah. Selanjutnya Patriark Maronit Mar Nasrallah Boutros Kardinal Sfeir, memerintahkan supaya makam dibuka dan jasad dipindahkan ke makam baru pada 18 Mei 1996.

Melalui perantaraan Aban Nimatullah banyak kesembuhan terjadi antara lain: kesembuhan dari kebutaan, kesembuhan dari kelumpuhan, anak yang dibangkitkan dari kematian, kesembuhan dari penyakit sistem syaraf (yaitu epilepsy, keterbelakangan mental dan sakit jiwa; pent.), kesembuhan dari penyakit kanker. 

Santo dari Kfifan
Beliau masih hidup ketika disebut sebagai �Sang Santo dari Kfifan�. Kesuciannya adalah bukti dari kehidupan membiaranya, perilaku-perilaku Kekristenannya, dan kegiatan kesehariannya. Keputusan Youssef Girgis Kassab Al-Hardini untuk memasuki hidup membiara pada Ordo Maronit Lebanon adalah mengikuti contoh dari saudaranya pertapa Aban/Romo Alisha. Beliau memutuskan sejak saat itu akan mengikuti jalan kesucian. Beliau tidak pernah berhenti mencari wajah Tuhan sampai beliau bersatu dengan Tuhan di dalam kehidupannya.

Kesucian yang luar biasa dari Aban Nimatullah Kassab Al-Hardini adalah unik mengingat beliau tidak mempunyai aktivitas yang luar biasa. Beliau hanya melakukan sikap Kristen yang biasa-biasa saja. Beliau melakukan tugas-tugas normal harian biara dan secara bersahaja menerima semua kesulitan yang dihadapinya pada kehidupan komunitas membiara. Beliau mencari Tuhan secara berkesinambungan melalui wajah-wajah saudara-saudaranya dan beliau mencintai mereka secara bersahaja. Beliau dihidupi Ekaristi sebagai pemeliharaan/penghidupan yang terbaik. Beliau menghormati Maria sebagai seorang ibu, yang tanpa pengantaraannya tidak ada keselamatan baginya.

Selain itu, kesuciannya dicontohkan melalui pemenuhan tugas-tugas kesehariannya, secara sederhana menghormati yang tua dan yang muda. Dengan taat melakukan setiap tugas yang diperintahkan kepadanya. Melakukan pengorbanan dengan diselimuti rasa cinta kasih dan menerima tanggung jawab-tanggung jawab di dalam situasi yang sulit. Menanggung semua hal di tangannya pada tingkat pengorbanan suci. Inilah Aban/Romo Nimatullah Kassab Al-Hardini seorang manusia yang luar biasa di dalam kehidupannya yang biasa saja. Kita seharusnya mengikuti jejak langkahnya. Cobaan yang kita hadapi adalah dari diri kita sendiri bukan dari Tuhan.

Mujizat-mujizat lain yang dilakukan oleh Bapa Nimatullah Kassab Al-Hardini:

Penglihatan akan masa depan. 
Selama masa hidupnya, Aban Nimatullah melakukan banyak mujizat yang disebabkan oleh kedalaman kehidupan rohaninya, kebaikannya yang murni dan ketulusan jiwanya yang menjadikannya bersatu dengan Sang Pencipta melalui doa. �Sang Santo dari Kfifan� mempunyai kharisma nubuat yang menyebabkan beliau dikenal sebagai �manusia dengan penglihatan�. Pada suatu kesempatan ketika beliau sedang mengajar dan menatap tembok tinggi di luar biara Kfifan, beliau memperoleh perasaan/sense bahwa tembok tersebut akan segera runtuh. Kemudian, beliau memerintahkan para pelajar untuk menyingkir sebelum tembok itu runtuh, dan menyelamatkan semua yang hadir dari kecelakaan.

Pada kesempatan lain, Aban Nimatullah secara ajaib memperingatkan bahwa kandang sapi milik Biara Kfifan sedang mengalami keruntuhan (sapi merupakan aset vital dari biara). Aban Nimatullah memerintahkan seorang rahib untuk memindahkan sapi-sapi tersebut. Awalnya rahib tersebut menolak, namun Aban Nimatullah tetap meminta dan memaksanya. Setelah semua sapi dipindahkan, atap kandang runtuh dan tak satupun sapi yang tertimpa. 

Penyembuhan Putera Altar
Pada suatu kesempatan, Aban Nimatullah akan merayakan misa harian tetapi putera altar yang biasa melayaninya dalam misa tidak hadir. Aban Nimatullah kemudian mendatangi ruangan anak tersebut dan memintanya bangun untuk melayani misa. Putera altar tersebut tidak sanggup karena sedang mengalami demam tinggi. Aban Nimatullah kemudian memintanya untuk berdiri dan kemudian memerintahkan demam itu: � Pergi darinya��. Tiba-tiba, anak-anak tersebut sembuh dan pergi melayani misa harian dengan bahagia dan hidup. 

Lumbung 
Aban Nimatullah sekali waktu pernah mendoakan dan memberkarti lumbung (yang berisi gandum dan bahan makanan lainnya) pada biara El-Kattara yang tinggal sedikit. Tak lama kemudian lumbung tersebut terisi melimpah hingga membuncah. Setiap orang yang melihatnya takjub dan memuji Tuhan atas apa yang mereka lihat. Semasa hidupnya sahabat-sahabat sesama rahib dan orang-orang di sekitarnya yang mengenal beliau menyadari bahwa Aban Nimatullah adalah seorang santo. Tak jarang mereka memintanya untuk mendoakan mereka dan bahkan memberkati air yang digunakan untuk menyirami tanah dan cadangan mereka.

Moussa Saliba
Setelah kematiannya, Tuhan menganugerahi banyak penyembuhan dan keajaiban melalui perantaraan �Santo dari Kfifan� ini. Suatu penyembuhan semacam itu dianugerahkan kepada seorang pria Orthodox yang buta, Moussa Saliba, yang berasal dari kota Btegrin (Al-Matin). Moussa Saliba mendatangi makam Aban Nimatullah, berdoa dan memohon berkatnya. Di dalam tidurnya yang nyenyak Aban Nimatullah muncul di hadapan Moussa Saliba dan menyembuhkan matanya, membuatnya mampu melihat dengan jelas.

Mickael Kfoury.
Mujizat yang lain terjadi pada seorang Katolik Melkite (salah satu cabang Gereja Orthodox Yunani di Timur Tengah), Mickael Kfoury dari kota Watta El-Mrouge. Suatu penyakit tak tersembuhkan menghinggapi kedua kakinya, membuat kedua kakinya mengering, kehilangan daging dan menjadikannya melengkung dan membuatnya pincang. Para dokter telah kehilangan harapan akan kesembuhannya. Setelah mendengar mujizat yang dilakukan oleh Aban Nimatullah, dia memutuskan untuk mengunjungi makam Aban Nimatullah di Kfifan dan memohon kesembuhan. Dalam tidurnya yang nyenyak di malam hari di biara seorang rahib tua muncul dihadapannya dan berkata: � Bangun dan pergilah membantu para rahib mengangkut anggur dari ladang.� Dia menjawab:� Tidakkah engkau melihatku lumpuh, bagaimana mungkin aku berjalan dan mengangkut anggur ?� Si rahib menjawab:� Ambil sepatu ini pakailah dan berjalanlah. � Si orang sakit itu lalu memakai sepatu tersebut dan mencoba meluruskan kedua kakinya, dia terkejut karena dia mampu melakukannya. Dia bangun dan segera merasakan kedua kakinya sekarang terisi daging dan darah, dan setelah dia berdiri, dia menemukan kedua kakinya telah sembuh total.

Masyarakat Umum
Peristiwa-peristiwa yang telah tersebut di atas adalah sedikit dari mujizat-mujizat yang menakjubkan yang terjadi pada Aban Nimatullah. Kehidupan Aban Nimatullah itu sendirilah yang sebenarnya adalah mujizat. Sebenarnya mujizat terbesar yang dilakukan oleh Aban Nimatullah adalah banyaknya orang yang kembali kepada Tuhan melalui perantaraannya serta contoh cara hidupnya. Khususnya bagi para rahib - yang menyadari kedalaman dan kekayaan yang dicontohkan oleh Aban Nimatullah � telah dituntun untuk menjalani jalur kersetiaan yang sama kepada Tuhan Yesus Kristus demi keselamatan.

Mujizat pada Andre Najm
Andre Najm, lahir pada 29 Oktober 1966 hidup dalam kesehatan prima selama 20 tahun pertama dari kehidupannya. Entah bagaimana pada bulan Juni 1986 dia mengalami kelelahan kronis kerusakan syaraf, hingga tidak mampu berjalan untuk jarak yang pendek. Banyak dokter di Lebanon dan dari luar negeri yang merawatnya tidak mampu menyembuhkannya. Dia menderita penyakit yang disebut sebagai �kanker darah� dan membutuhkan transfusi darah secara teratur. Pada September 1987 Andre ditemani keluarga dan sahabat-sahabatnya mengunjungi Biara Kfifan dimana dia berdoa dengan meratap pada makam Aban Hardini. Orang-orang di sekitarnya mendengar dia berkata:� Aku mohon kepadamu, Aban Al-Hardini, berikan aku setetes darah karena aku telah putus asa bahkan aku tidak mampu mengemis darah di jalanan .�Kemudian dia diminta untuk mengenakan jubah biara, dan dia berteriak, � Aku mengenakan jubah biara, aku sembuh, aku tidak butuh darah lagi. � Andre tidak membutuhkan transfuse darah lagi sejak saat itu, dan di tahun 1991 dia menikahi Rola Salim Raad. Mereka dikaruniai dua orang anak, seorang anak laki-laki bernama Charbel dan seorang anak permpuan bernama Rafka. Hingga hari ini Andre dalam kesehatan prima.

Sikap Gereja terhadap Mujizat Aban Nimatullah.
Pada Mei 1996, Yang Mulia Uskup Khalil Abi-Nader, mantan uskup Keuskupan Maronit Beirut, meminta persetujuan Yang Bahagia Nasrallah Boutros Kardinal Sfeir untuk memulai investigasi mengenai mujizat yang terjadi pada Andre Najm. Pada 26 September 1996 Kongregasi untuk Kasus-Kasus para Santo mulai mempelajari mujizat tersebut. Pada 27 Februari 1997 lima anggota tim medis yang dipilih secara acak menerima penyembuhan ajaib yang dialami oleh Andre Najm dan pada 9 Mei 1997, tujuh anggota tim teologi yang juga dipilih secar acak menerima mujizat tersebut. Pada 1 Juli 1997, Rapat Umum dari Kongregasi untuk Kasus-Kasus para Santo, yang terdiri dari dua puluh empat cardinal, menerima mujizat tersebut.

Pada 7 Juli 1997, dihadapan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, Kongregasi untuk Kasus-Kasus para Santo mengumumkan dekrit penerimaan mujizat yang terjadi melalui perantaraan pelayan Allah, Aban Al Hardini.

Homili Paus Yohanes Paulus II tentang kanonisasi Aban Nimatullah.
Pada Minggu Paskah keenam 16 Mei 2004, di dalam homilinya Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II tentang kanonisasi Aban Nimatullah beliau mengukuhkan:

�Seorang pendoa, yang jatuh cinta pada Ekaristi yang begitu dia puja untuk waktu yang lama, St. Nimatullah Kassab Al-Hardini adalah contoh bagi para rahib Ordo Maronite Lebanon karena dia adalah saudara bagi sesama Lebanon dan bagi semua orang Kristen di seluruh dunia. Dia membaktikan dirinya secara penuh kepada Tuhan di dalam kehidupan yang penuh pengorbanan-pengorbanan agung, menunjukkan bahwa cinta Allah adalah satu-satunya sumber kebahagiaan dan kegembiraan bagi manusia. Dia membaktikan dirinya untuk mencari dan mengikuti Kristus, Majikan dan Tuhannya. (Dengan) menerima saudara-saudaranya, dia memulihkan dan menyembuhkan banyak luka di dalam hati selama masa hidupnya, bersaksi tentang kasih Allah. Jadikanlah dia contoh pencerahan bagi perjalanan kita dan ambillah manfaat,khususnya bagi kaum muda, suatu gairah nyata bagi Allah dan bagi kesucian demi mewartakan kepada dunia mengenai cahaya Injil �

Tanda Salib Didalam Gereja Katolik


Oleh Bryan Burroughs

Meski telah memberontak terhadap Gereja Katolik 5 abad yang lalu, Protestant masih sepakat dengan Katolik dalam mengakui salib sebagai simbol yang unik bagi kekristenan. Banyak yang menempatkan simbol salib di Alkitab, mimbar, stiker mobil dan lain-lain. Namun kebanyakan Protestan menolak ide untuk menempatkan suatu tanda salib pada diri mereka sendiri. Penolakan ini merupakan pengabaian sejarah kuno Kristen dimana tanda salib adalah suatu alat bantu purba bagi umat Kristen. Tanda salib mencerminkan realitas Alkitab. Salib Kristus adalah persimpangan (karena bentuknya yang saling melalui) sejarah dan peristiwa sentral di Kitab Suci. Seperti pada tahun Liturgi Gereja dimana Jumat Agung merupakan persimpangan antara masa Advent dan dan Paskah, maka begitu juga Penyaliban adalah persimpangan antara Inkarnasi dan Kebangkitan.

Kitab Suci mengajarkan bahwa tujuan dari lahirnya Putra Allah adalah supaya Dia mati. Dia datang untuk menebus dan mengembalikan umatNya � GerejaNya. Kita seharusnya mengenakan salib terhadap diri kita sendiri untuk mengenang realitas dari peristiwa Penyaliban. 
Yohanes Krysostomus (John Chrysostom), Uskup Konstantinopel (sekarang Turki) pada abad ke empat mengenali sifat alkitabiah dari tanda salib. Dia menganjurkan umatnya, �Ketika, karenanya, engkau menandai dirimu sendiri, pikirkanlah tujuan dari salib, dan peraslah habis kemarahanmu atau nafsumu yang lain. Pertimbangkanlah harga yang telah dibayarkan kepadamu.� 

Mungkin bisa ditanyakan: Bila tanda salib adalah suatu realitas Alkitab, kenapa Protestant yang mengklaim percaya Kitab Suci menolak tanda tersebut? 

Jawabannya terletak pada prinsip Sola Scriptua dari Protestantisme. Bila ada sesuatu yang tidak secara eksplisit disebutkan di Kitab Suci, maka menurut standard Sola Scriptura, hal tersebut tidak bisa diterima [sebagai patokan iman yang tidak dapat salah]. Protestant begitu meyakini prisip yang tidak pernah ada di Alkitab ini. Umat Katolik menolak prinsip Sola Scriptura dan mengacu kepada Gereja untuk menjelaskan kebenaran Alkitab. Dan Gereja telah mengajarkan kegunaan dari tanda salib selama berabad-abad. Apologist Kristen awal, Tertullian, menulis, �Di semua perjalanan dan pergerakan kita, dalam semua masuknya dan keluarnya kita, ketika kita mengenakan sepatu, di kamar mandi, di meja, ketika menyalakan lilin, ketika berbaring, ketika duduk, apapun pekerjaan yang menyibukkan kita, kita menandai dahi kita dengan tanda salib.� 

Athanasius, Uskup besar dari Alexandria yang hampir secara sendirian mempertahankan ortodoksi kekristenan melawan bidaah Arianism, mengajarkan umatnya bahwa �dengan tanda salib � semua ilmu magis ditolak, semua ilmu sihir dipunahkan dan semua berhala ditinggalkan � dan semua kenikmatan yang sia-sia berhenti, ketika mata iman melihat dari Bumi ke Surga.� 

Sirilius dari Yerusalem mengikuti Tertullian ketika dia juga menganjurkan Gereja: �Marilah kita tidak menjadi malu untuk mengakui sang tersalib. Biarlah salib, sebagai materai kita, dibuat secara berani dengan menggunakan jari kita, diatas alis kita dan disemua kesempatan atas roti yang kita makan, atas cawan yang kita minum, dalam kedatangan dan kepergian kita, sebelum tidur, ketika berbaring dan bangun, ketika kita dalam perjalanan dan ketika kita diam.� 

Uskup besar Cappadocia, yaitu Basil, mengajarkan bahwa tanda salib adalah tradisi yang berasal dari para rasul, �yang mengajarkan kita untuk menandai dengan tanda salib mereka yang menaruh harapan pada nama Tuhan.� 

Bahkan Martin Luther menganjurkan pengikutnya untuk menggunakan tanda salib. Dalam Katekismus tahun 1529 tulisan Luther, dia menginstruksikan para bapak untuk mengajari keluarga mereka berikut ini: �Di pagi hari, ketika engkau bangun dari tempat tidur, tandailah dirimu dengan salib suci dan katakan, �Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin.� � Di malam hari, ketika engkau pergi tidur, tandailah dirimu dengan salib suci dan katakan, �Dalam nama Bapa, Putra dan, Roh Kudus, Amen.�� 

Umat Kristen yang menolak tanda salib sebenarnya memberontak akarnya sendiri dan bersalah atas apa yang disebut C.S. Lewis �kesombongan kronologis� yaitu suatu kesombongan atas pemikiran modern (Catatan: pemikiranyang modern adalah yang selalu benar). Padahal, kita seharusnya belajar dari pendahulu kita, dan karenanya [ada baiknya] mengikuti kebijaksanaan Bernard dari Chartres, yang mengakui bahwa sejarah Gereja membuat kita bagaikan �cebol yang berdiri diatas bahu sang raksasa.� 

Filosofis dari Selatan Marion Montgomery menulis perlunya mendapatkan kembali �hal-hal yang diketahui tapi telah terlupa� Kita umat Kristen, yang terbatas dan jatuh [dalam dosa], harus diingatkan siapa kita sebenarnya: [yaitu] subyek dan anak Allah. �Kita mempunyai tanda salib di jiwa kita,� tulis St Augustine, dan menempatkan tanda pada diri kita mengingatkan kita pada kebenaran tersebut. 

Pada karya klasiknya screwtape Letters, C.S. Lewis menyingkap suatu pemahaman yang mengesankan akan sifat dari manusia. Sebagai Iblis senior di jenjang bawah kepemimpinan neraka, Screwtape menulis kepada si penggoda yunior, Wormwood, petunjuk-petunjuk berguna mengenai bagaimana manusia bisa dibujuk dengan godaan-godaan. Salah satu bimbingan dari Screwtape mengenai hubungan antara tubuh dan jiwa, secara khusus mengenai hubungan antara berdoa dan berlutut. Dia berkata; �Paling tidak, [manusia] bisa dibujuk bahwa posisi tubuh tidaklah penting dalam berdoa, karena mereka selalu lupa, apa yang kamu [Wormwood] harus ingat, bahwa mereka adalah binatang dan bahwa apa yang dilakukan tubuh mereka mempengaruhi jiwa mereka.� 

Point yang dikatakan Lewis ini sangat dalam maknanya. Berlutut mengingatkan kita akan kepada siapa kita berdoa, dan karenanya membuat kita lebih bersikap doa.Dengan cara yang sama, membuat tanda salib mengingatkan kita kepada Dia yang membeli kita dengan badanNya sendiri, dan ingatan ini mengarahkan kita kepada kekudusan. 
Sebagai pembenaran atas penolakan mereka terhadap tanda salib, Protestant menunjukkan pelecehan-pelecehan [akan penggunaan tanda salib], seperti ketika seorang pemain Baseball melakukan tanda salib sebelum keluar dari kotak pemukul (tempat para pemukul duduk sebelum giliran mereka memukul). Selain point tersebut tidak masuk akal karena kita tidak bisa menilai motivasi dari pemain tersebut, argumen yang dikeluarkan Protestant melupakan bahwa banyak hal-hal yang sebenarnya baik tidak jarang kemudian dilecehkan atau dipalsukan, namun kita tidak menolak kebaikan dari hal-hal tersebut. 

St Agustinus menolak kekeliruan argumen tersebut 16 abad yang lalu dengan mengajarkan bahwa �pelecehan tidak mengecualikan penggunaan.� Penggunaan yang tidak pantas atas suatu obyek tidak berarti kita menggunakan penggunaan yang tepat dan karenanya kita umat Katolik akan menolak prasangka Protestant dan akan terus menandai diri sendiri dengan Tanda Salib. 

sumber:Ekaristi.org 
Dominus illuminatio mea!

Katekese Maria Mengunjungi Elisabet


Ketika malaekat Gabriel membawa kabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth. Malaikat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan oleh Allah.

Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias. Maria berangkat kesana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil,pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya.
"Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan" (Luk 1:43-44)

Dalam perikop di atas; Bunda Maria mengunjungi Elisabet saudaranya. Ia juga sekaligus membawa Tuhan Yesus  sehingga ketika Maria mendengar salam dari Elizabet melonjaklah Yesus dari Rahim Maria, sehingga Elizabet penuh dengan Roh dan demikian pula ketika Elizabet mendengar salam dari Maria melonjaklah pula  Santo Yohanes Pembaptis karena kegirangan.  dari kunjungan ini Kita bisa melihat, Kristus mau mengunjungi kita umat-Nya meskipun kita berdosa. tapi kunjungan ini tidak lepas dari usaha  Bunda Maria pula, banyak orang datang dan semakin dekat kepada Tuhan Yesus. Kita hendaknya sebagai Umat Katolik hendaknya mengambil bagian dalam karya berani mewartakan Injil Kristus melalui kesaksian-kesaksian Iman dan perbuatan-perbuatan kasih kepada sesama. dan sekaligus juga kita juga harus melihat sesama kita yang kekurangan dan membantunya. 

Dominus illuminatio mea
Referensi:Iman Katolik

Gambar dalam KKGK - Ikon Kisah Penciptaan

Bible de Souvigny, Miniatura sui giorni della creazione, Moulins, Bibliotheque
Municipale.
Gambar-gambar kecil ini menggambarkan siklus lengkap enam hari karya penciptaan hingga pencobaan nenek moyang kita yang pertama (bdk Kej 1-3).

"Betapa banyak perbuatan-Mu ya TUHAN,
Sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan,
bumi penuh dengan ciptaan-Mu.
Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya,
di situ bergerak tidak terbilang banyaknya
binatang-binatang yang kecil dan besar.
Di situ, kapal-kapal berlayar
dan Lewiathan yang telah Kau bentuk
untuk bermain dengannya.
Semuanya menantikan Engkau
supaya diberi makanan pada waktunya.
Apabila Engkau memberikannya, mereka mengambilnya;
apabila Engkau membuka tangan-Mu,
Mereka dikenyangkan oleh kebaikan.
Pujilah Allah, hai jiwaku!� (Mzm 104:24-28,35)

Dalam vigili Paskah, Gereja memuji Tuhan karena karya-Nya yang lebih besar lagi karya penebusan umat manusia dan alam semesta. 

�Allah yang mahakuasa dan kekal,
Engkau telah menciptakan segala sesuatu
dengan begitu indah dan teratur.
Kini, bantulah kami untuk memahami
betapa jauh lebih indahnya penciptaan baru
dalam penebusan umat-Mu,
pada saat kepenuhan waktu,
melalui kurban Paskah kami, Yesus Kristus.�

Gambar dalam KKGK- Pentakosta

Ikon Koptik Pentakosta
Ikon ini menyajikan kisah biblis tentang Pentakosta
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya�.(Kis 2:1-4).
Dalam lukisan ini, tampak seberkas cahaya yang kuat keluar dari burung merpati, simbol Roh Kudus. Cahaya itu melingkupi Maria dan Para Rasul. Itulah cahaya yang menerangi pikiran Para Rasul dan memberikan kepada mereka anugerah pengertian, hikmat, dan pengenalan akan realitas ilahi, tetapi juga anugerah kesalehan, keperkasaan, nasihat, dan takut akan Allah.

Kemudian diatas kepala mereka hinggap lidah-lidah api untuk menunjukkan kepenuhan cinta ilahi yang mendorong mereka menjadi pewarta-pewarta Injil kepada segala bangsa. Sesungguhnya rahmat yang berlimpah-limpah ini akan membuat para Rasul dipahami oleh semua orang karena bahasa cinta itu universal dan terbuka bagi semua orang.

Untuk perbedaan bahasa-bahasa di antara para bangsa, Pentakosta memberikan obat kesatuan para bangsa.

Di tengah-tengah ikon tampak menonjol Maria, Bunda Gereja, Ratu Para Rasul, dan pendoa yang sempurna. Dalam cinta Roh Kuduslah umat beriman dapat melambungkan doa mereka kepada Allah sebagai anak sesuai dengan kata-kata para Rasul.

�Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya kedalam hati kita, yang berseru, �Ya Abba, ya Bapa!� � (Gal 4:6). 

Dominus illuminatio mea!

Sekuensia Pentakosta-Veni Creator Spiritus