Latest News

Tuesday, October 29, 2019

PENGAMPUNAN & TANGGAPAN POSITIF


PENGAMPUNAN & TANGGAPAN POSITIF
Ref: Kolose 3:5-17

Ada orang yang memilih untuk melakukan kejahatan karena merasa tersaingi ketika seseorang mendahului laju kendaraannya di jalan raya.

Ada pula orang yang memilih untuk melepaskan pengampunan ketika seseorang telah membunuh anaknya.

Masing-masing orang memberikan tanggapan yang berbeda atas sesuatu yang mereka alami.

Hal ini bergantung pada pilihan mereka secara pribadi. Mereka dapat menanggapinya secara positif, netral, atau menanggapinya secara negatif.

Paulus mengajar umat untuk mematikan diri dari segala tindak duniawi.

Membuang segala bentuk kemarahan, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor dan dusta.

Dengan kata lain Paulus sedang mengajarkan kita untuk menanggapi setiap persoalan dengan cara pandang positif.

Mengenakan belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Ketika seseorang melakukan kesalahan, alih-alih mendendam kita mesti mengampuni, atas dasar pengampunan yang sudah lebih dulu kita terima dari Tuhan.

Karena itu, ketika diperhadapkan dengan seseorang yang melukai hati, cobalah memandang mereka sebagai pribadi yang harus kita kasihi.

Jika hal ini terasa sulit, cobalah kita melakukannya atas dasar kasih pada diri sendiri.

Bukankah melepaskan pengampunan melegakan diri sendiri? Jika hal ini masih sulit, cobalah lakukan karena kita menaruh kasih kepada Tuhan! Bukankah Tuhan telah memberikan pengampunan atas kesalahan dan dosa kita yang begitu besar?

Jika ternyata tidak bisa juga, tanyakan pada diri sendiri: Layakkah aku disebut pengikut Kristus?

Selamat pagi, selamat beraktifitas, semoga sukses aktifitas kita hari ini, semoga kita sehat2 sekeluarga dan apabila ada yang sakit kita doakan agar sembuh, haleluya, Tuhan Yesus selalu memberkati kita semuanya....amin.
Stand-under.blogspot.com

Sunday, October 27, 2019

Ibu adalah sumber kehidupan ....


Ibu adalah sumber kehidupan ....
Foto ini diambil setelah proses persalinan melalui operasi selama 7 jam lamanya. Sebelah kiri , foto bayi yang baru lahir dalam pelukan ibunya, sedangkan sebelah kanan , foto dokter yang membantu proses persalinan sedang menangis .

Ibu ini menderita penyakit yang tidak memungkinkannya untuk memiliki  anak, 11 tahun ia menanti dengan penuh kesabaran, setiap hari bermunajat pada ALLAH agar menganugrahinya seorang anak, doanya akhirnya terkabul namun untuk proses melahirkan sang ibu harus memilih antara dirinya atau anaknya .

Dan walaupun para dokter telah berjuang 7 jam lamanya guna menyelamatkan nyawa keduanya, hasilnya tetap sama, mereka harus memilih salah satunya . Dengan berat hati dokter terpaksa memilih seperti yang diminta oleh ibu ini, menyelamatkan sang jabang bayi walau dengan resiko nyawanya . Bayi yang baru lahir itu lalu didekapkan dalam pelukan sang ibu untuk yang pertama dan terakhir kali, ia menciumi  dan memeluknya selama beberapa menit, tersenyum padanya lalu menutup mata untuk selama2 nya .

Tangis  bayi terdengar begitu keras seakan ia merasakan kesedihan yang dalam, sedih karena kehilangan ibu yang telah memberinya kehidupan selama2 nya, sedih sebab selama hidup ia tidak akan melihat ibu lagi.

Alangkah singkatnya pertemuan dan alangkah besar rasa kehilangan itu 💔 . Ribuan ibu meregang nyawa demi melahirkan anak2 mereka setiap tahunnya diseantero alam ini ... alangkah hebatnya dirimu wahai ibu ... alangkah mulianya dirimu ....


https://www.facebook.com/hekmetalyom/?

Thursday, October 24, 2019

Engkaulah Perlindunganku - Pdt. Erastus Sabdono


"TUHAN, Allahmu, akan melimpahi engkau dengan kebaikan dalam segala pekerjaanmu, dalam buah kandunganmu, dalam hasil ternakmu dan dalam hasil bumimu, sebab TUHAN, Allahmu, akan bergirang kembali karena engkau dalam keberuntunganmu, seperti Ia bergirang karena nenek moyangmu dahulu."
Ulangan 30:9

"DARI LEMBAH KEKELAMAN MENJADI LEMBAH PUJIAN"

TAHUKAH ANDA APA YANG TUHAN RINDUKAN TERHADAP HIDUP ANDA ?

TUHAN INGIN ANDA BERHASIL DALAM HIDUP INI.

TUHAN INGIN ANDA BERUNTUNG.

TUHAN INGIN ANDA BAHAGIA.

Setiap orang tua rindu anak2nya sukses dalam hidup ini.

Tidak ada orang tua yg waras yg menginginkan anaknya menderita dan tidak bahagia.

Sekalipun sang anak menyusahkan orang tuanya, tetap saja orang tua yg baik menginginkan anaknya hidup bahagia.

APALAGI TUHAN ! ANDA BIJI MATANYA !

Yosafat mengajak semua org sujud mencari Tuhan pd saat mereka terkepung tentara musuh.

Yosafat sadar hanya Tuhan yg mampu mengubah dari bahaya menjadi bahagia.

Hanya Tuhan saja yg bisa merubah dari LEMBAH KEKELAMAN yg menakutkan menjadi LEMBAH PUJIAN yg penuh kemenangan.

Jika anda berani mempercayai Tuhan, seperti halnya Yosafat, maka andapun akan mengalami hal yg sama.

CARILAH TUHAN SEPERTI YANG DILAKUKAN YOSAFAT, ANDA AKAN BAHAGIA!!!

Renungkan dan jadilah bijak.

Selamat beraktifitas, tetap semangat dan salam hebat.

Tuhan Yesus memberkati !

https://youtu.be/n31GtRgDVoQ

Pengenalan Akan Allah Adalah Kebijaksanaan yang utama dan pertama


Mencari,Mengejar,dan Memperoleh.
Nats: Amsal 2

Amsal 2:4-6 (TB)  jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

箴言 2:4-6 (CUVT)  尋找他如尋找銀子、搜求他如搜求隱藏的珍寶、
你就明白敬畏耶和華、得以認識 神。因為、耶和華賜人智慧.知識和聰明都由他口而出.

Dalam mengejar materi duniawi, manusia berusaha memikirkan dan rela bekerja keras untuk memperolehnya, namun bagaimana dalam hal mengejar kebenaran?

Renungan hari ini mencerahkan mata rohani kita agar bersedia bersusah payah guna memperoleh kebenaran itu.

Kita harus mencarinya seperti mencari perak, menginginkannya jauh melebihi semua kekayaan dunia ini. Diibaratkan mencari seperti orang-orang yang menggali-gali di tambang-tambang, dengan menghadapi tantangan dan bahaya besar, dengan ketekunan tanpa kenal lelah dan keteguhan serta ketetapan hati yang tak terkalahkan dalam upaya mencari hasil tambang itu.  Harus serajin itulah kita dalam menggunakan sarana yang kita miliki untuk mengenal Tuhan.

Keberhasilan seperti apa yang dapat kita harapkan sehingga kita mengetahui jerih payah kita tidak akan sia-sia?
* Kita akan tahu bagaimana memelihara pengenalan dan persekutuan kita dengan Allah. 
* Kita akan mengetahui cara menyembah Dia dengan benar.
* Kita akan dituntun mengerti dan mengetahui rahasia setiap ketetapan ibadah serta diberi kemampuan untuk menyadari tujuannya, dsb.

Pengenalan akan Allah  ini begitu penting, supaya kita dapat takut akan Dia dengan cara yang benar sehingga kita bisa mengasihi serta memahami perintah-Nya dengan benar.A

Wednesday, October 23, 2019

Melihat dan Memaknai Perubahan Politik Nusantara.


Pernyataan:
Salut saya utk Ketum Vox Point, Pa Handoyo. Yg dari awal meminta agar umat Katolik tdk ikut terpolarisasi krn dukung mendukung, karena pd akhirnya tdk ada kawan dan lawan abadi, yg ada adalah KEPENTINGAN.
Salam hormat saya utk Bapak Handoyo, Ketum Vox Point yg dari awal telah berpesan demikian pd semua anggota.

Tanggapan :
Dimana dan siapa mengatakan umat katolik tdk ada polanya ? Umat katolik jelas punya pola dan terpolarisasi dalam arti arahnya jelas,tidak ikut ikutan,atau menuruti arah angin berembus.Bahkan mati menjadi taruhan,tak akan pernah mengakui  kebohongan sebagai yg benar demi tujuan tertentu.Jelas iman katolik itu ada polanya,ada panutannya yg jelas,tegas,dan tdk abu abu atau suam-suam kuku.Gereja adalah nama lain dari Tubuh Mistik Kristus.Orang katolik sebagai anggota Gereja,Yesus sebagai Kepala dari anggota Gereja.Pola ini jelas dan tidak terbantahkan.

Tidak ada dlm ajaran Gereja,seorang politisi katolik diberikan prioritas halal dan bebas melakukan berbohong atau korupsi sedikit jua dalam memperjuangkan nasib dan kesajahteraan rakyat sekali pun.

Tanggungjawab moral politisi katolik sangat berat dan besar.Di sana sifat kenabian seseorang diuji.Dia berani muncul menjadi terang,dan terang itu tetap menyala dikegelapan.Tetap setia dan berani menjadi saksi kebenaran dari Kebenaran Yesus Kristus.Maaf kpd politikus,sy sama sekali tdk sedang mengkhotbahi Anda sekalian.Tidak.Di sini saya mau menegaskan komsekwensi logis dari jabatan Anda sebagai politikus.Kali keberapa sy sdh tegaskan bhw siapapun dia,yg terlibat soal politik berarti terlibat dgn rakyat(manusia) dan penguasa (manusia).Begitu seseorang menyadari terminilogi ini secara langsung pula dia harus mengakui siapa dan dgn siapa dia berhadapan.Dia akan menyadari peranannya maha besar dlm bertindak dan berkata.Dia dihadapkan dgn dirinya sendiri.Secara langsung pula dia dikonfirmasi pesan "apa yang kamu tdk suka perlakukan kpd diri sendiri,jangan engkau lakukan kpd orang lain'.

Benar, bahwa segala kemungkinan bisa terjadi di dunia,apa lagi soal politik,keputusan manusia.Itu persoalan biasa sekali,tdk perlu terlalu di risaukan.Yang perlu dirisaukan adalah respond dan sikap kita terhadap perubahan yg ada,kesetian orang kembali diuji dlm perubahan tsb.Selamat siang.


Pernyataan:
Terngiang2 perkataan politisi PKS semalam dlm acara Najwa.

Kalau hasilnya seperti ini, ngapain dibuat perhelatan pemilu dg menghabiskan dana bertrilyun2, energy dan bahkan banyak korban jiwa rakyat (petugas TPS dan aksi demo).

Semoga semakin banyak orang yang semakin cerdas dengan melihat bahwa politik pada akhirnya hanyalah mengenai kepentingan/kekuasaan. Semoga terhindar dari fanatisme buta.

Tanggapan I:
Reaksi manusia terhadap perubahan jauh lebih penting dari pada perubahan itu sendiri.Sewaktu umat Israel keluar dari Perbudakan Mesir,banyak umat Israel yang mengumpat Musa.Bahkan banyak di antara mereka merasa tertipu,dengan katalain mau mengatakan lebih baik tinggal di Mesir dari pada menderita di gurun pasir.Bagaimana sikap seseorang menghadapi perubahan itu,sangat berbeda di setiap tempat dan waktu.Yang pertama dan yang terutama rugi dari perubahan adalah orang yang tidak mengambil hikmah dari perubahan.Karena perubahan adalah sesuatu yang sudah terjadi,masa lalu,yang harus disikapi bukan harus di ubah.Apa yang sudah terjadi tdk mungkin diubah.Yang terjadi sudah terjadi.Tinggal manusia bangaimana sikap manusia mengambil sikap terhadap perubahan itu.Mengeluh,kecewa,atau putus asa ? Selamat pagi

Tanggapan II:
Banyak hal pertimbangan seorang politikus/kepala negara utk mengambil keputusan/kebijaksanaan.Sebelum mengambil keputusan orang belajar sejarah (melihat ke belakang) dan menetapkan rencana ke depan.

Mungkin sdh banyak yg lupa,masih ingat kah kita siapa/partai mana yg mengorbitkan Jkw jadi Gubernur DKI.Demikian dimasa zaman Orba,klp identitas radikalime dilawan oleh fpi.Dalam perjalan waktu,berdasarakan pengalaman 5 thn Jkw menyadari paham radikalisme ini sudah menyusup kemana-mana,mewabah seperti virus ke hampir semua dept.

Utk menghadapi semui itu membutuh politikal super jitu.Bgm Jkw mengambil keuntungan dgn bermanuver di luar pikiran normal.Belum pernah dlm sejarah Indonesia terjadi model seperti ini.Dan lenih beruntung lagi adalah ada petinggi yg rela,berani, dan rendah hati diajak "berdamai".

Semua ini tentu ada untung rugi kedua belah pihak.Dari semua alasan tentu ada alasan yang sama yang lebih fundamental.Ada data yg sdh sangat mengkawatirkan masa depan kesatuan NKRI.Perlu di ingat politik LN tentu sangat ingin kalau Indonesia kacau,perang,terpecah.Tentu ini salah satu yang diharapkan pihak luar,terutama AS tertawa dan siap menawarkan senjata dan mengompori pihak yg berseteru di Nusantara.Ini semua tentu sdh di mata Jkw,sehingga dia mengambil keputusan yg bagi sematara orang kontraversial.Tanpa menunggu lama,jelas terlihat aura politik yang damai di Nusantara ini.Memang arahnya sedikit harus tangan besi menghadapi radikalisme ini kalau memang itu harus dilakukan.

Pernyataan:
Bagaimana isu2 negatif ttg Pa Prabowo yg dihembuskan saat pemilu kemrn ? Ternyata tdk benar ?

Tanggapan:
Oh, di mata saya pun masa lalu Probo itu tetap salah... Tapi pertanyaannya apakah orang salah tidak bisa berubah jadi berjalan di jalan yang benar selagi dia masih hidup di dunia ini ?

Pernyataan:
Mungkin sebaiknya kita tdk berandai andai yg negatif, mari kita doakan, agar semua baik adanya, kita juga perlu lihat niat baik beliau, rival yang mau bergabung untuk membangun negeri demi keutuhan NKRI

Tanggapan:
Itu pointnya.👍🤝

Pernyataan:
Ada figur2 yg saya anggap penjaga dan penegak moralitas umat Katolik di sini. Mereka akan melihat dan menilai integritas yg kita semua miliki di sini.

Semoga Allah Bapa mencurahkan Roh Kudusnya untuk menuntun Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yg maju dan hebat yg salah satunya dimulai dari integritas warganya.

Moral Leadership yg dikembangkan harus dimulai dari integritas, moral leader dan followernya.

Tanggapan:
Semoga Demikian Adanya.

Pernyataan:
Sepertinya ada sementara dugaan bhw dengan masuknya Probowo dlm kabinet Jkw seakan melamahkan HAM, benar kah dan bgm solosinya?

Tanggapan:
Prabowo Vs Hari Kelam Bagi HAM, tidak lebih maknanya sekedar isu politik belaka.Ini ada senjata guna melemahkan pemerintah yang sedang berkuasa.Sekarang sebelum semua ini kita pertanyakan cobalah Anda jawab sebagai tokoh politik: Sadar kah dan dimana tindakan Anda atas kenyataan ini: Sampai hari ini data statistik belum berubah, pertama ada 50 orang mati setiap hari (setiap hari,sekali lagi setiap hari !!!) mati orang Indonesia.Yang kedua,ada 80 orang meninggal setiap hari (sekali lagi setiap hari !!!) orang Indonesia mati jatuh dari kenderaan di jalan. Ini yang harus dipertanyakan oleh HAM, kalau memang HAM dan hati dan nalar anda masih cinta akan kehidupan..... coba kita itung2 , 50 orang + 80 orang = orang mati setiap hari. Sebulan :  30 x 130.000 = 3,900 orang mati perbulan. Siapa yang salah ? Yang diam dan yang tidak bertindak !!!


Monday, October 14, 2019

Inisiator Keselamatan


Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakannya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis, “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:14-15). Terjemahan lain untuk ayat 15, “Bagaimanakah mereka bisa memberitakan Injil itu, jikalau mereka tidak diutus? Seperti yang ditulis dalam Kitab Suci, alangkah indahnya jejak mereka yang membawa kabar baik ke mana-mana.” Dalam bagian ini, Paulus langsung mengajukan pertanyaan yang mengaitkan lima hal berikut ini. Saya sangat tertarik, karena teologia Reformed dipaparkan dengan luar biasa jelas di sini. Paulus mengatakan, orang yang menyeru nama Tuhan, akan diselamatkan, itu benar. Tetapi bagaimana seseorang bisa menyeru nama Tuhan kalau dia tidak beriman? Tidak mungkin! Di sini Paulus mengaitkan hal berseru dengan iman. Pengakuan mulut yang tidak didasari iman di dalam hati dianggap kosong adanya. Kaitan ini tidak boleh dipisahkan. Orang yang berdoa kepada Tuhan, orang yang berseru dalam nama Tuhan, adalah orang yang beriman dalam hatinya kepada Tuhan. Kalau demikian apakah berarti sudah selesai? Paulus tidak berhenti sampai di sini saja. Dia mengaitkan iman dengan pendengaran, pendengaran dengan pemberitaan, dan pemberitaan dengan pengutusan. Jika di dalam kelima hal ini, yang saling terkait dalam ayat 14 dan 15, kita melihat dua cara untuk mengerti peristiwa pengalaman pribadi (personal religious experience) merupakan hal yang berbeda dengan disiplin akademis yang mungkin diterima di universitas.
        Pengalaman agamawi secara pribadi kadang datangnya lambat sekali, pada kairos yang ditetapkan Allah, pada momen di mana Tuhan memberikan pencerahan anugerah surgawi, barulah kita mengalami satu pengalaman agamawi secara pribadi. Ada orang sampai berumur 80 tahun, baru mendadak beriman kepada Yesus Kristus. Ada yang sampai umur 60 tahun, baru ia sadar bahwa dirinya memerlukan Tuhan. Paulus sendiri mendapat pengalaman agamawinya yang begitu drastis pada saat dia membawa surat mandat untuk memenjarakan orang-orang Kristen, untuk membelenggu hamba-hamba Tuhan, untuk menganiaya gereja Tuhan. Di tengah perjalanan menuju Damaskus, di situlah pengalaman agamawi pribadi itu ia alami (Kis. 9:1-19). Itulah yang membuatnya lebih mengerti akan teori anugerah dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya. Dia tahu dirinya adalah seorang penghujat, penganiaya, seorang yang memberikan kesengsaraan kepada orang-orang Kristen. Orang seperti Paulus masih bisa diampunikah? Kalau bisa, ini berarti bukan berdasarkan jasanya, kebolehan, kualifikasi dan syarat-syarat yang ada pada dirinya, sehingga ia boleh diterima oleh Tuhan untuk dipakai khusus memberitakan doktrin pilihan: bukan aku yang memilih Tuhan, tetapi Tuhanlah yang memilih aku.
        Saya tidak tahu apakah Anda sudah mempunyai pengalaman seperti ini, sehingga kamu mengalami perubahan yang begitu besar? Pertemuan pribadi dengan Tuhan terjadi pada momen-momen yang krusial seperti ini, sehingga mengubah orang secara total. Sehingga orang itu mempunyai arah yang baru, merendahkan diri, dan berseru, “Oh, Tuhan, aku membutuhkan Engkau! Kaulah pemilik hidupku, aku berjanji pada-Mu.” Pembentukan karakter sebenarnya sangat tergantung pada momen-momen seperti ini, di mana dalam perjalanan hidup, manusia sebagai musafir akan kembali kepada Tuhan. Mungkin pada waktu kita patah hati, mungkin pada waktu kita rugi dalam dagang, mungkin pada waktu kita dikhianati oleh orang-orang yang paling kau kasihi, mungkin pada waktu kau mendapatkan penyakit kanker, atau pada saat mengalami kecelakaan yang sangat besar, hampir mati. Saat-saat seperti itu menyebabkan kau menengadah ke atas dan mendapatkan satu fase yang baru dalam hidupmu.
        Kalau saya boleh membagi, hanya ada dua macam agama: agama yang Theosentris dan agama yang Antroposentris. Hanya ada dua macam Injil: Injil yang Antroposentris dan Injil yang Theosentris. Hanya ada dua macam teologi: teologi yang Theosentris dan teologi yang Antroposentris. Dan hanya dua macam gereja: gereja Theosentris dan gereja Antroposentris.
        Apakah perbedaan antara istilah Theosentris dan Antroposentris? Antropo dalam bahasa Yunani berarti manusia. Dan Theos dalam bahasa Yunani berarti Tuhan. Jika di dalam satu gereja, manusia yang menjadi utama, manusia yang diutamakan, yang dijunjung tinggi, itulah yang disebut gereja Antroposentris. Tetapi kalau gereja itu adalah gereja di mana Tuhanlah yang memimpin, mengontrol, Tuhan melalui Roh Kudus-Nya yang memberikan cahaya, Tuhanlah dengan kedaulatan-Nya bertahta di atas tahta-Nya, dan yang memberikan kekuatan, supaya semuanya takluk kepada-Nya, gereja itu adalah gereja Theosentris. Demikianlah teologi Reformed terus-menerus menekankan kedaulatan Tuhan (the sovereignty of God). Allah tidak perlu minta-minta kita senang kepada-Nya, Allah memerintah dan bertahta, Dialah Raja di atas segala raja. Sudah seharusnya kita takluk kepada-Nya dengan segala kerendahan hati, dan mengaku kita tidak layak menerima anugerah-Nya.
        Sekarang kita kembali kepada masalah, di dalam hal pertobatan, mengenal Tuhan, dan menjadi orang Kristen, kaukah yang mencari Tuhan ataukah Tuhan yang mencari kamu? Theosentris ataukan Antroposentris? Dalam hal manusia mau beriman, apakah karena mau, sehingga Dia diimani oleh kita, ataukah Dia yang mau, maka Dia mengaruniakan iman kepada kita? Di sinilah perbedaan teologi Antroposentris dengan teologi Theosentris. Kita selalu mendengar perkataan, “Orang ini cinta Tuhan, orang ini begitu melayani Tuhan, orang ini mempunyai iman yang besar, puji Tuhan!” Dalam kalimat ini ada mengandung kekacauan: orang itu beriman kepada Tuhan, orang ini mengasihi Tuhan, dialah yang menjadi pusat. Tetapi karena merasa kurang beres, maka ditambah kalimat: puji Tuhan. Maksudnya ada anugerah yang membuat dia bisa mencintai Tuhan, jadi perlulah kita memuji Tuhan. Itulah sebabnya banyak orang Armenian, yang hidup dalam konsep teologi yang kacau. Pada saat mereka berdoa dengan sungguh-sungguh, maka muncullah kalimat-kalimat yang membuat mereka mau tidak mau membuat mereka mengerti akan anugerah Allah. Demikian juga dengan orang yang salah mengerti teologi Reformed, pada waktu betul-betul didorong untuk mengabarkan Injil, mereka mulai mempunyai api seperti orang Armenian. Teologi Reformed mengatakan, cinta Allah, anugerah Allah, keselamatan Allah dan kedaulatan Allah-lah yang memanggil dan menunggu orang pulang. Teologi Armenian mengatakan, saya mau pulang, saya mau bertobat, saya beriman, sayalah yang berinisiatif, saya yang menyeru nama Tuhan.
        Di sini, Paulus mau memutar seluruh konsep umum yang salah, supaya manusia kembali ke tahta Tuhan, mengerti akan kedaulatan Tuhan Allah, dengan cara mengaitkan kelima hal ini dengan menyeru nama Tuhan, maka kamu diselamatkan. Bagaimana kamu bisa menyeru nama Tuhan? Karena kamu beriman, maka menyeru nama Tuhan. Kamu menyeru, karena kamu mempunyai iman, tetap antroposentis, bukan? Saya menyeru nama Tuhan, karena saya beriman kepada Tuhan.
        Seorang teolog berdebat dengan saya, dia menyebut 270 kali istilah pistos, yaitu: istilah iman yang dipakai di dalam Alkitab PB, hampir semuanya adalah inisiatif manusia. Saya langsung memberikan ayat yang berkata iman pun adalah anugerah Tuhan. Di dalam Ef. 2:8-9 (“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”), kita membaca bahwa iman dari manusia adalah anugerah dari Tuhan. Orang menganggap bahwa iman adalah satu kooperasi atau kongsi antara manusia sebagai pemegang saham anugerah, maka kita diselamatkan. Ayat itu langsung disusul dengan kalimat, bahwa iman bukan berasal dari kita, itu adalah anugerah Allah.
        Dalam Ibr. 12:1-2 (“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”), yang dalam terjemahan lain banyak mengatakan, “yang mengadakan, yang memulai, yang memimpin atau yang menciptakan iman dan yang menyempurnakan, menyelesaikan perjalanan iman (the Creator and Accomplisher of our faith is Jesus Christ). Jadi iman diberikan diberikan oleh Tuhan, dan iman itu diciptakan oleh Yesus Kristus.
        Dari titik permulaan sampai titik penyempurnaan iman adalah pekerjaan Kristus Yesus. Bersandar dan menengadahlah kepada-Nya, yang mengadakan dan yang menggenapkan iman. Jadi tidak ada usaha manusia. Yang ada hanyalah sola gratia, total sepenuhnya hanya oleh anugerah. Hanya bersandar akan anugerah Tuhan, sehingga saya bisa datang kepada-Nya. Agustinus berkata, “Tuhan, karena aku berdoa, Kau memberikan anugerah kepadaku. Tetapi Tuhan, bagaimana aku bisa berdoa, kalau bukan anugerah-Mu yang mengarahkan, pasti doaku akan salah. Kalau bukan Kau yang memberikan anugerah kepadaku, menggerakkanku, akupun tidak mungkin bisa berdoa. Hingga aku beroleh anugerah, atau anugerah diberikan terlebih dahulu, dan anugerah itulah yang menggerakkanku berdoa. Aku berdoa untuk meminta anugerahkah, atau anugerah yang membuatku bisa meminta kepada Tuhan? Doakah yang mengakibatkan anugerah atau anugerah yang mengakibatkan doa?” Akhirnya Agustinus mengatakan, “Siapakah aku? Jikalau Tuhan tidak memberikan anugerah, akupun tidak mungkin mengenal-Nya, memilih-Nya.” Demikian juga dengan Charles Spurgeon, berkata, “Jikalah aku bisa memilih Kristus, itu sudah merupakan bukti bahwa Dialah yang terlebih dahulu memilihku, dan memberikan benih yang benar di dalam hatiku, sehingga aku bisa memilih dengan tidak salah: Dia adalah Tuhanku.” Jangankan memilih Tuhan, untuk memilih semangka pun tidak gampang, memilih durian pun sering salah pilih, memilih jodoh banyak yang salah pilih. Mana mungkin benar dalam memilih Tuhan? Tuhan itu tidak nampak, dan kau bisa memilih Tuhan yang sejati? Jadi jelas ini adalah karena Tuhan memilihmu. Inilah teologi Reformed, teologi kedaulatan Allah, teologi Theosentris. Itulah sebabnya Kristus berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, dan mengutus kamu untuk menghasilkan buah yang tetap” (Yoh. 15:16).
        Setelah Paulus berkata, “Yang menyeru nama Tuhan, akan diselamatkan.” Paulus melanjutkan, “Bagaimana kau bisa beriman, kalau kau tidak mendengar?” Orang yang beriman bukan karena dia sendiri yang keluar dan berkata, “Saya mau percaya ini, atau percaya itu.” Tidak, melainkan karena firman Allah yang ada di dalam hatinya, memungkinkan dia mempunyai arah yang benar, benih yang beriman kepada Tuhan. Itulah sebabnya, pada ayat 17, prinsip untuk segala zaman muncul di dalam kalimat “karena iman datang dari pendengaran.” Tanpa mendengar firman, tidak ada bekal bagi seseorang untuk beriman. Kalau firman sudah ditanamkan dalam hatinya, firman itu akan bertumbuh menjadi iman, yaitu iman kepada firman, iman yang berdasarkan firman, iman yang bertanggung jawab berdiri pada pangkalan dan inti firman itu. Siapa bisa menyeru nama Tuhan? Kecuali dia beriman. Siapa bisa beriman? Mereka yang mendengar. Siapa yang bisa mendengar kalau tidak ada yang memberitakannya? Di sinilah posisi manusia bergeser sedikit demi sedikit. Sekarang saya akan mengajukan pertanyaan penting: sewaktu engkau mendengar khotbah yang amat penting, hari itu, yang memilih mengkhotbahkan khotbah itu adalah kamu atau Tuhan? Kamu tidak bisa memilih. Mengapa hari itu kau “kebetulan” datang dan mendengarkan khotbah itu, lalu dalam khotbah itu terdapat kalimat yang menggerakkan hatimu, sehingga dalam kesempatan itu kau menjadi orang Kristen? Pikirkan lagi, ini bukan kebetulan. Jadi untuk hal-hal tertentu, yang membuat kau diselamatkan, ditantang, digugah, dibangunkan rohanimu, diutus, dan sebagainya, sebenarnya merupakan rencana Allah di dalam hidupmu.
        Tahun 1957, saya tidak mau pergi ke satu retreat, tetapi mama saya berkata, “Pergilah, ini kebaktian yang baik. Pengkhotbahnya mama kenal, kamu harus pergi mendengar.” Saya pergi dengan perasaan jengkel, tidak senang sekali. Tiga saudara membawa satu kopor, pergi ke kota Malang, ikut retreat di sana. Sudah terlambat 1 hari. Waktu kami sampai di situ, ditanya, “Mengapa terlambat sati hari?” Hati saya berkata, “Syukur, sudah bagus kalau saya mau datang. Karena saya memang tidak ingin datang.” Justru di dalam kebaktian yang saya tidak inginkan hadir, di situlah Tuhan bekerja. Bukan rencanaku. Mengapa saya bisa diselamatkan? Karena anugerah Allah. Mengapa kau menjadi orang Kristen? Karena anugerah Allah. Mengapa kita bisa bertumbuh rohani? Karena kedaulatan Allah. Mengapa iman kita bisa dipulihkan? Karena anugerah Allah. Maka selanjutnya, jikalau tidak ada yang mengabarkan, siapa bisa mendengar firman Tuhan? Kalau demikian, Theosentrisnya belum tuntas. Hamba-hamba Tuhan bisa sombong: “kalau bukan saya saya mengabarkan Injil, kamu mana bisa mendengarkan Injil dan bisa diselamatkan?” Berarti posisi pendeta penting sekali, bukan?
        Sekarang Paulus menggeser posisi pendeta, katanya, “Siapa bisa mengabarkan, jikalau Tuhan tidak mengutusnya?” Maksudnya, gereja yang sejati, yang sungguh-sungguh Theosentris, menyadari akhirnya pendeta pun tidak ada kedudukannya. Siapa yang mempunyai kedudukan? Tuhan yang mengutus. Jikalau Tuhan tidak mengutus, tidak ada seorang pun berhak menjadi hamba Tuhan. Jikalau Tuhan memanggil dan mengutus, tidak ada satu orang pun yang bisa menahan panggilan dan utusan Tuhan. Itulah sebabnya setiap manusia yang studi teologi, dan mereka yang sudah menyerahkan diri karena panggilan Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, biarlah kita kembali kepada tahta Tuhan, tidak lagi melihat orang lain, pendeta, dosen, manusia, melainkan melihat kepada Tuhan yang memanggil dan mengutus. Jikalau yang memanggilmu adalah organisasi, kau hanya setia pada organisasi, itu sudah cukup. Jikalau yang memanggilmu adalah uang, kau setia pada uang, itu sudah cukup. Jikalau yang memanggilmu adalah manusia, kau setia kepada manusia, itu sudah cukup. Tetapi jika yang memanggilmu adalah Tuhan, selain kamu bertanggung jawab kepada atasanmu, dosenmu, hamba-hamba Tuhan lainnya, dan bosmu di dunia, jangan lupa kau baru setia kepada Tuhan yang memanggilmu. Jikalau tidak ada yang diutus, siapakah yang bisa mengabarkan Injil? Di sini kita melihat, seluruhnya diputar kembali kepada Tuhan sebagai pusatnya. Dari tahta-Nya, dari kedudukan-Nya, dari tempat maha tinggi, Dia mengutus, memanggil, dan memilih orang menjadi hamba-Nya. Paulus mengerti dengan jelas bahwa dirinya bisa menjadi hamba Tuhan bukan karena tekadnya, rencananya, tetapi karena panggilan Tuhan tiba atasnya, sehingga ia tidak punya jalan untuk menghindarinya. Tuhan memanggil orang seperti Petrus yang fasih lidah, Tuhan juga memanggil seorang seperti Thomas yang penuh dengan keraguan, skeptik, takut ke sana sini. Tuhan juga memanggil orang seperti Yohanes, yang seperti guntur, yang lekas marah. Ia juga memanggil orang seperti Paulus, yang kalau tidak cocok dengan orang, ia langsung hantam. Tuhan juga panggil orang seperti Timotius, Bartolomeus, dan lain-lain. Dalam Alkitab, terdapat begitu banyak orang yang dipanggil oleh Tuhan, dengan karakter yang berbeda-beda, semuanya ini menunjukkan kedaulatan Tuhan Allah yang maha besar.
        Di dalam satu kongres misionari, setelah semua orang mendengar khotbah, banyak orang menyerahkan diri. Hari itu panggilan tiba kepada seorang anak kecil yang baru berusia 10 tahun. Pada saat waktu persembahan dijalankan oleh para majelis, dengan air mata berlinang-linang, anak kecil itu meminta kepada majelis yang membawa persembahan, “Tolong letakkan piring persembahan ini di lantai.” Majelis itu tidak mengerti maksud anak kecil ini, tetapi melihat mimik muka anak ini yang serius, dia merasa ada gerakan Tuhan, maka ia meletakkan piring persembahan di lantai. Anak kecil itu kemudian berjalan dan naik ke atas piring itu, dan berkata, “Tuhan Yesus, saya anak kecil, saya tidak punya uang untuk mendukung misi, saya tidak punya harta untuk dikirim ke luar negeri, saya mau menyerahkan diriku. Kirimlah saya, kalau saya besar nanti.” Anak itu menjadi catatan dalam sejarah dunia, dialah Robert Moffat, yang Tuhan kirim ke Afrika untuk mengabarkan Injil kepada ribuan orang di sana. Inilah jiwa seorang yang mau diutus Tuhan. Tuhan memanggil dan Tuhan mengirim. Kadang-kadang kepada seorang dewasa, kadang juga pada saat seorang masih kecil dan remaja.
        Waktu saya berumur 12 tahun, utusan Tuhan ini datang kepadaku, lima tahun berikutnya, saya semakin melupakan hal itu, saya menjadi seorang ateis, revolusionis, komunis, dan seorang yang menerima pemikiran dialektika Materialisme dari Karl Marx. Sampai waktu saya berumur 17 tahun, panggilan itu datang lagi pada diriku, dan saya menyerahkan diri kepada-Nya. Peristiwa kedua yang ingin saya ceritakan adalah seorang yang bernama David Livingstone sewaktu ia berkhotbah di London. Orang melihat tangannya sudah rusak, barulah mereka mengetahui, itu karena dia pergi melayani di Afrika. Suatu waktu, ketika di tengah perjalanan pelayanan, ia diterkam oleh singa. Waktu dia akan meninggal dunia, ia berkata, “Aku tidak mau dikuburkan di Inggris, aku mau dikuburkan di Afrika.” Mereka menolaknya, karena dia seorang yang agung, yang begitu dihargai seluruh kerajaan. Meskipun dia seorang misionari, hamba Tuhan, tetapi dia dikagumi oleh orang-orang penting di istana Buckingham, mana mungkin dikuburkan di sana? Maka dia berkata, “Baiklah, kalau aku mati, bawalah tubuhku ke London, tetapi jantungku akan kutinggalkan di Afrika. Karena aku menjalankan kehendak Tuhan, aku mengabarkan Injil di sini, aku ingin jantungku dikuburkan di Afrika.”
        Maka mereka melangsungkan dua kali penguburan, menguburkan jantungnya di Afrika dan menguburkan tubuhnya di London. Waktu jasadnya ditaruh di satu tempat, begitu banyak orang yang datang melayat untuk mengenang dia. Pada upacara penguburannya, terjadi satu hal yang luar biasa, sewaktu peti jenazah Livingstone diarak di jalan-jalan besar di London, ada seorang melihat seorang tua yang usianya lebih 90 tahun, berjalan sambil memegang peti jenazah. Kepalanya tertunduk, dan ia terus menangis. Mereka tidak tahu, siapakah orang tua ini. Apa hubungan dia dengan David Livingstone? Mereka lalu menghampiri dia, dan bertanya, “Sebenarnya, siapakah bapak tua? Mengapa engkau begitu sedih sekali? Mengapa kau terus menangis?” Kalimat yang keluar dari mulut orang tua itu sangat mengejutkan semua orang. “Saya bukan familinya, bukan siapa-siapa, tetapi saya adalah seseorang yang bersama dengan Livingstone pada hari yang sama dipanggil oleh Tuhan menjadi hamba-Nya. Hari itu dia menyerahkan diri, tetapi saya melarikan diri. Setelah puluhan tahun, saya lari dari panggilan Tuhan, saya tidak setia kepada-Nya, saya tidak mengerjakan apa yang Tuhan mau saya kerjakan. Sedangkan Livingstone dengan setia mengerjakannya. Dia menjadi hamba Tuhan sampai mati. Waktu saya boleh memegang peti jenazahnya, saya terharu, saya baru sadar, saya telah menjalani hidup saya dengan sia-sia, saya menangisi diri saya. Sekarang saya sudah terlalu tua. Saya menyesal, dan terus akan menyesal selama-lamanya.”
        Adakah engkau juga orang yang telah dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya? Saya mengharapkan dari Indonesia, paling sedikit ada 500.000 orang pemuda-pemudi yang terbaik, siap untuk dipakai oleh Tuhan menjadi hamba-Nya. Saya tidak tahu di mana orang-orang itu? Saya hanya minta semua pemuda-pemudi untuk serius berdoa di hadapan Tuhan. Biarlah kita takluk di bawah kedaulatan-Nya. Melalui dua kesaksian hamba Tuhan ini: Moffat dan Livingstone dan kawannya yang tidak setia, bisa menggugah dan membawa engkau kembali taat kepada-Nya. Dan berkata, “Tuhan, apa yang Engkau mau, aku mau taat kepada-Mu.” Kiranya Tuhan memimpin kita dan memberkati kita semua. Amin.
Sumber: Majalah MOMENTUM No. 27 – Agustus 1995
Renungan ini ditranskrip dan diedit kembali dari seri khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di Mimbar Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta

Thursday, October 10, 2019

Komentar saya (yg kedua) atas koment Seswawi.net sbb:

https://www.sesawi.net/pijar-vatikan-ii-baret-merah-kardinal-untuk-putera-terbaik-dari-sedayu-32a/?unapproved=144018&moderation-hash=134fbf7fac11bc7b6d840105ec86977f#comment-144018

Dear Pimred Sesawi Net,mengapa sy komentari soal kopi paste ini, pertama dan terutama karena konten dari web tersebut berisikan ajaran,iman,berita katolik.Berikutnya mengapa sy komentari system tersebut,karena bertentangan dengan nafas kekatolikan.Baru beberapa bulan yg lalu thema APP adalah "Semagat berbagi".Tapi dalam hal kecil2 begini koq masih ada orang katolik yang begitu sulit untuk berbagi ? Ada apa ini,apakah di sana ada hati yang penuh iri dan dengki ? Apa alasan sebenarnya karena orang menyalah gunakan,copy paste konten kalian menjadi "pemantik"donasi.Itu sebenarnya alasan yang keliru.Sebenarnya para blogger dan webmaster tidak ada istilah terkunci di dunia internet.Tidak ada yang sulit mengkopi paste konten Anda.Bagi blogger/webmaster hal copy-paste bukanlah pekerjaan yang sulit.Kita justru melihat lebih luas dari segi pewartaan.

Kalian redaksi membuat web itu tujuannya apa ? Agar dilihat orang dan dimanfaatkan apa yang mereka lihat.Dalam arti mereka mengambil makna apa yang kalian wartakan,kan begitu ? Justru umat pada umumnya justru terganggu,karena mereka awam dgn internet,sulit untuk berbagi.Bagaimana mereka berbagi,ketika mau kopy paste mereka mengalami kesulitan.Justru, kalau kita jujur kita membuat lebih mudah,menyediakan dan mensuplai naskah ke email bagi siapa saja yang membutuhkan ! Menawarkan diri membantu mempermudah.Ini lah inti sebenarnya semangat BERBAGI.

Semoga Pimred Sesawi,dokpenkwi.org,dan mirifica.net bersedia berbagi.Semoga dievaluasi kembali system tsb,dan mari kita belajar dari media katolik yang sudah kawakan dan jauh lebih dahulu lahir dari Sesawi.Document exclusif vatikan saja di buka lebar-lebar,masak web konten katolik Indonesia menutup diri ? Salam selamat mewartakan.

Tidak ada satu pun menutup diri web katolik terkenal di Indonesia dan di dunia di bawah ini:

www.voaindonesia.com
www.katolisitas.org
www.imankatolik.or.id
www.katolikmedia.com
www.hidupkatolik.com
www.indonesianpapist.com

www.vatican.va
www.vaticannews.va
www.rome.net
www.rometoolkit.com

mengapa wikipedia begitu terkenal
dan membumi,karena semangat berbagi
wikipedia.org
https://stand-under.blogspot.com/2019/10/komentar-saya-atas-koment-seswawinet-sbb.html

Wednesday, October 9, 2019

Bagaimana Melepaskan Diri dari kebiasaan Dosa Ketidakmurnian?

Maaf, cara instan tidak berkhasiat!

Dewasa ini ada banyak cara ditawarkan, agar orang yang gemuk dapat mengurangi berat badannya. Tak jarang cara yang dianjurkan sangat ekstrim, mulai dari diet yang berlebihan, minum obat pengurus badan, sampai operasi sedot lemak. Namun, dari semua cara untuk menguruskan badan, tidak ada cara yang lebih efektif dari dua hal ini: mengatur pola makan dan olahraga yang teratur. Walaupun semua orang tahu dua cara yang paling efektif ini, namun banyak orang cenderung untuk tidak mau melaksanakannya, karena tidak mau repot-repot. Umumnya orang berkeinginan untuk tidak mengadakan perubahan pola hidup, tetap makan seenaknya, tidak perlu olahraga, namun badan tetap ideal. Singkatnya, tak usah berubah, namun segera mencapai hasil memuaskan. Tak mengherankan bukan, sebab orang cenderung mau yang serba instan!
Nampaknya, hal serupa terjadi dalam spiritualitas. Banyak orang yang terjerat dosa ketidakmurnian selama bertahun-tahun, sehingga telah berakar di dalam hati serta telah menjadi kebiasaan, ingin lepas dari dosa yang berbahaya ini. Namun demikian, mereka menginginkan cara yang instan dan tidak mau repot untuk mengubah pola hidup. Padahal untuk dapat lepas dari dosa yang melawan kemurnian, apalagi yang telah mengakar dalam hati, tidak ada cara yang instan. Kelemaham ini namun harus disikapi dengan cara yang sebenarnya banyak orang sudah tahu, yaitu: dengan terus bergantung pada rahmat Allah yang mengalir dalam doa dan sakramen, tekun dalam membaca Firman Tuhan, menjauhi kesempatan untuk berbuat dosa, dan bertumbuh dalam komunitas. Tentu saja, semua hal ini bukanlah cara yang instan, namun ini adalah cara yang telah terbukti berhasil, sebagaimana kita ketahui dalam kehidupan sejumlah orang kudus dalam sejarah Gereja.

Dosa melawan kemurnian yang dapat menjadikan seseorang menjadi hamba dosa

Dosa melawan kemurnian dalam konteks pelanggaran seksual adalah dosa yang mungkin merupakan dosa yang paling sering dilakukan oleh manusia. Beberapa pelanggaran terhadap kemurnian adalah: nafsu/ ketidakmurnian, masturbasi/ onani, percabulan, pornografi, prostitusi, perkosaan, homoseksualitas. (lih. KGK 2351-2357). Silakan melihat pembahasannya di sini – silakan klik. Dalam sepuluh perintah Allah, Tuhan memberikan larangan kepada seseorang untuk menginginkan wanita yang bukan istrinya (perintah ke-9) maupun untuk melakukan percabulan (perintah ke-6). Kristus, bahkan lebih jauh mengatakan, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28). Rasul Paulus menuliskan bahwa Allah menghendaki pengudusan kita, agar kita menjauhi percabulan (lih 1Tes 4:3). Katekismus Gereja Katolik menggolongkan dosa ketidakmurnian – dalam hal ini percabulan – menjadi salah satu dosa-dosa pokok, yang dapat mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain timbul (KGK 1866).  Dalam kehidupan sehari-hari, dapat terjadi, orang yang sering berfikir tidak murni dapat terjerat pada dosa pornografi, kemudian disusul dengan percabulan ataupun perzinahan, sehingga ia mempunyai pasangan di luar nikah. Akibat selanjutnya dia akan menelantarkan keluarga, sehingga keluarga hancur berantakan, dan anak-anak juga menuai akibatnya. Itulah rangkaian dosa dan akibat yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dosa ketidakmurnian. Jadi, kita harus berhati-hati terhadap dosa ketidakmurnian ini.
Kalau jenis dosa ini tidak ditangani secara serius dan sesegera mungkin, maka seseorang dapat terjebak pada dosa yang sama ini, dan melakukannya terus secara berulang-ulang, sampai ia tidak lagi mempunyai kemampuan untuk melepaskan diri dari jerat dosa ini. Secara berangsur-angsur jiwanya menjadi terbiasa untuk melakukan dosa, dan lama-kelamaan ia menjadi terampil dalam melakukan dosa tersebut. Begitu ada kesempatan berbuat dosa datang, maka orang itu seperti mempunyai naluri untuk secara otomatis melakukan dosa tersebut dan kehilangan kekuatan untuk berkata ‘tidak’ terhadap dosa. Dengan kata lain, orang tersebut menjadi budak dosa.
Ada begitu banyak orang yang mungkin mengalami pengalaman sedemikian, sejumlah di antara mereka  mengajukan pertanyaan ke redaksi katolisitas, untuk menanyakan bagaimana caranya melepaskan diri dari dosa ketidakmurnian yang telah menjadi kebiasaan. Banyak orang telah terjerat dalam pornografi, onani dan masturbasi, serta dosa ketidakmurnian yang lain, berniat untuk bertobat, mengaku dosa, namun kemudian kembali lagi kepada dosa yang sama. Ada yang mencoba mengikuti retret, berhasil untuk keluar dari dosa ini untuk sementara, kemudian terjatuh lagi setelah beberapa saat. Tidak jarang, kadang semua usaha ini seperti sia-sia dan akhirnya berakhir pada keputusasaan. Pendek kata, kalau dosa ini telah mengakar dalam hati dan telah menjadi kebiasaan, maka sulit sekali untuk dicabut sampai ke akar-akarnya. Apakah ada cara untuk melepaskan diri dari belenggu dosa ini? Tentu saja ada, karena Yesus sendiri menjanjikan “kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (lih. Yoh 8:32)

Menyadari kelemahan dan konsekuensi dosa adalah langkah awal perbaikan

Langkah pertama untuk melepaskan diri dari belenggu dosa ketidakmurniaan yang telah menjadi kebiasaan adalah menghadapkannya kepada kebenaran itu sendiri. Ini diawali dengan menyadari bahwa ada yang salah dalam diri kita, dan kita telah melakukan dosa. Setelah Raja Daud berbuat dosa perzinahan dengan Batsyeba, maka dia mengakui dosanya dengan jujur, “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu” (Mzm 51:3-4). Kesadaran akan kebenaran ini menjadi langkah awal untuk memperoleh kembali kehidupan yang penuh rahmat.
Ada banyak orang yang telah jatuh ke dalam dosa ketidakmurnian kemudian membuat pembelaan dan menyalahkan segala hal, kecuali dirinya sendiri. Ada yang mulai menyalahkan keluarganya yang kurang memberikan pondasi iman, sehingga dengan mudah dia jatuh dalam dosa. Ada yang berkilah bahwa lingkungan dan teman-teman yang tidak baiklah yang mendorongnya untuk berbuat dosa. Bahkan ada yang menyalahkan setan yang senantiasa menggodanya, sehingga sulit baginya untuk lepas dari dosa ini. Walaupun mudah untuk membuat segudang alasan, namun semua alasan tersebut tidak akan membantu orang yang ingin memperbaiki diri, sampai dia sendiri mengatakan “Ya, saya telah berbuat dosa dan saya telah berkata ya terhadap godaan.” Lingkungan, semua orang, atau bahkan setan dapat saja menggoda kita, namun pada akhirnya dosa adalah keputusan dari kehendak kita, yang tidak menolak dosa namun justru menyetujui dosa dan melakukannya secara sadar. Dengan demikian, kalau kita berdosa, maka yang perlu disalahkan adalah diri kita sendiri, karena sesungguhnya Allah telah memberikan rahmat yang cukup untuk membantu kita agar dapat menolak dosa dan terus bertumbuh dalam kekudusan.
Kita juga perlu menyadari bahwa kalau kita terus melakukan dosa yang sama berulang-ulang dan menjadi satu kebiasaan, maka sesungguhnya kita telah membahayakan keselamatan kekal jiwa kita. Walaupun kita dapat berdalih bahwa dosa yang menjadi kebiasaan bukanlah dosa berat, namun dosa ringan sekalipun yang terus diulang-ulang akan berkembang menjadi dosa berat. Dan kalau kita tidak bertobat dari dosa berat ini dan meninggal dalam kondisi dosa berat, maka kita telah menempatkan diri sendiri dalam penghukuman Tuhan. Pada tahap awal, ketakutan akan penghukuman Tuhan dapat menjadi pemicu kita untuk masuk dalam pertobatan. Namun selanjutnya, kasih akan Allah-lah yang akan mendorong kita agar menghindari dosa, sebab mengetahui bahwa dosa itu memisahkan kita dari Allah.

Rahmat Allah menjadi kunci pembebasan

Kesadaran bahwa dosa membuat kita tidak berkenan di hadapan Tuhan, ini sebenarnya adalah gerakan Roh Kudus yang memberikan rahmat pembantu (actual grace) kepada kita. Rahmat ini menyadarkan kita bahwa kita telah berdosa dan memerlukan pertobatan. Pertanyaannya adalah, apakah kita sungguh-sungguh dapat bekerjasama dengan rahmat Allah ini? Keinginan untuk bertobat dapat memberikan efek (efficacious), namun bisa juga tidak memberikan efek (inefficacious). Hal ini disebabkan karena kita sebagai manusia sering berusaha untuk memerangi dosa dengan kekuatan kita sendiri. Hal ini juga dialami oleh St. Agustinus dari Hippo. Namun sebagaimana diakui oleh St. Agutinus, semakin kita ingin memerangi dosa dengan kekuatan sendiri, maka semakin kita terjatuh dalam lumpur keputusasaan, karena kita akan gagal.
Dalam bukunya, Confessions, St. Agustinus mengungkapkan transformasi keinginannya untuk memperbaiki diri yang hanya mungkin direalisasikan dengan bantuan rahmat Tuhan yang dibarengi dengan kerjasama dari pihaknya sebagai manusia. Dia mengungkapkan peperangan di dalam batinnya, yang walaupun menginginkan untuk hidup murni, namun seringkali hanya berakhir pada keinginan belaka tanpa tindakan nyata. Seringkali keinginan mempunyai “keinginan tersembunyi” – yaitu tetap menginginkan ketidakmurnian – sehingga ketika keinginan untuk hidup murni datang, tidak benar-benar dilakukan dengan keinginan yang teguh dan tak tergoyahkan. St. Agustinus mengungkapkannya dengan jujur, “Tuhan, berikan aku kemurnian, namun jangan sekarang”.
Kesadaran bahwa dengan kekuatan sendiri, kita akan gagal untuk memperbaiki diri, sudah seharusnya mengingatkan kita bahwa hanya dengan bantuan rahmat Allah saja, kita dapat menjadi murni dan terlepas dari dosa-dosa ketidakmurnian yang telah menjadi kebiasaan. Kesadaran inilah yang membawa St. Agustinus pada pertobatan yang sungguh, yaitu ketika dia menyesali mengapa tidak sejak awal ia meminta kepada Allah untuk memberikan rahmat-Nya supaya dia dapat terlepas dari dosa tersebut.
Di sisi lain, kita dapat melihatnya demikian: kalau dosa adalah ketidakadaan kasih, maka dosa hanya dapat ditangani dengan cara mengisinya dengan kasih. Kalau dosa ketidakmurnian telah menjadi kebiasaan, artinya orang yang melakukannya telah menjauh diri dari kasih. Maka untuk mematahkan dosa tersebut, diperlukan kasih Allah. Kasih ini hanya didapatkan dari Kristus, yang terlebih dahulu mengasihi kita (lih. 1Yoh 4:10). Jadi, cara untuk mengatasi keterikatan kita akan dosa adalah dengan membiarkan kasih Kristus meraja di dalam hati kita. Untuk itu, kita dapat melakukan retret, mempunyai kehidupan sakramen yang baik, bertekun dalam Firman Tuhan dan doa-doa pribadi.

1. Retret atau rekoleksi menjadi pendobrak.

Kalau kondisi memungkinkan, mengikuti retret maupun rekoleksi dapat menjadi langkah awal yang efektif. Diharapkan seseorang dapat kembali mengulang saat-saat indah bersama Allah dan akhirnya akan kembali ke jalan Tuhan. Ada cukup banyak retret yang diadakan dalam komunitas Gereja Katolik, baik dalam lingkup teritorial maupun kategorial. Sudah seharusnya, kalau memungkinkan kita dapat mengikuti retret atau rekoleksi satu tahun sekali. Dengan mengikuti retret, bukan berarti seseorang terbebas selamanya dari kebiasaan untuk melakukan dosa ketidakmurnian. Tanpa bekerjasama dengan rahmat Allah secara terus-menerus, seseorang akan dengan mudah jatuh kembali ke dosa ini. Kalau diumpamakan dengan penyakit yang telah parah dan ingin diobati, maka retret adalah seperti melakukan operasi. Sama seperti setelah operasi diperlukan tahapan untuk mengubah pola hidup dan pola makan yang teratur, maka setelah retret juga diperlukan perubahan sikap hidup, yang harus dilakukan secara teratur dan terus menerus.

2. Menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat secara teratur.

Perubahan sikap hidup dan laku spiritualitas harus dimulai dengan terus bergantung kepada rahmat Allah. Allah telah memberikan sakramen sebagai cara yang dipilih-Nya untuk menyalurkan rahmat-Nya. St. Leo Agung mengajarkan, “Apa yang tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri-Nya”/ sakramen-sakramen-Nya” (KGK 1115). Dengan kata lain, setiap kali kita menerima sakramen-sakramen, maka kita bertemu dengan Kristus yang menyalurkan rahmat-Nya. Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Allah menimba kekuatan dari rahmat Allah yang mengalir dari sakramen-sakramen-Nya. Maka penting di sini agar kita memahami makna sakramen, menghayatinya, dan mempersiapkan batin untuk menyambutnya, agar kita dapat memperoleh buah-buahnya secara efektif.
Karena Kristus telah menginstitusikan Sakramen Tobat untuk mengampuni dosa – baik dosa ringan dan dosa berat – maka sudah seharusnya pertobatan yang sungguh dimulai dengan menerima sakramen Pengakuan Dosa. Adalah baik untuk mempersiapkan sakramen pengakuan dosa dengan sungguh-sungguh, dengan mengadakan pemeriksaan batin yang baik. Untuk mengetahui bagaimana mempersiapkan pengakuan dosa yang baik, silakan melihat artikel ini – silakan klik. Dengan mengadakan pemeriksaan batin yang baik dan memohon kekuatan dari Roh Kudus, semoga kita mempunyai keberanian untuk mengakukan dosa tanpa berusaha menyembunyikan atau memberikan pembelaan diri. Semoga sikap ini dibarengi oleh kemantapan hati untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, pengampunan dosa akan memberikan efek yang sungguh luar biasa bagi orang yang tulus ingin memperbaiki diri.
Bagi orang yang berjuang untuk terlepas dari dosa yang telah menjadi kebiasaan, seringkali tidaklah cukup untuk mengaku dosa hanya satu kali. Seringkali, seseorang akan jatuh lagi ke dalam dosa yang sama, walaupun dia telah mengaku dosa dengan tulus dan penuh kesungguhan hati. Kalau menghadapi situasi seperti ini, kita tidak boleh berputus asa dan berhenti untuk mengakukan dosa yang sama. Yang terpenting, kita berfokus pada belas kasih Allah dan rahmat Allah, yang dapat membantu kita untuk dapat melawan godaan, sehingga kita tidak jatuh ke dalam dosa yang sama. Kita tetap membuat resolusi yang teguh untuk mengakukan dosa secara teratur, sekitar satu bulan sekali, atau dua minggu sekali atau bahkan setiap minggu, jika berkaitan dengan dosa-dosa yang sedemikian menjerat. Dan sungguh baik kalau kita mengakukan dosa kepada pastor yang sama, sehingga pastor tersebut dapat membantu kita untuk menangani dosa yang sama ini dengan lebih baik.
Kita meyakini bahwa rahmat Allah pasti mengalir dari Sakramen Tobat dan memurnikan kita. Namun, biarlah kita juga menerima proses pemurnian ini baik dalam waktu singkat maupun cukup lama. Melalui proses pemurnian yang melibatkan jatuh bangun, maka kita akan semakin disadarkan bahwa kita sesungguhnya adalah ciptaan yang lemah, yang rentan untuk berbuat dosa. Namun, kesadaran akan kelemahan kita harus dibarengi dengan kesadaran bahwa Allah mampu untuk menolong kita, karena Dia adalah Allah yang maha kasih dan maha kuasa. Kesadaran ini akan semakin membuat kita menjadi lebih rendah hati dan terus bergantung pada rahmat Allah dalam proses pemurnian ini.
Kerendahan hati bahwa tanpa rahmat Allah kita tidak akan sanggup melawan godaan dan tidak akan sanggup menjaga kemurnian, membuat kita terus mengandalkan rahmat Allah dan terus berusaha untuk bersatu dengan Kristus. Tidak ada persatuan yang lebih indah dan lebih dalam antara kita dengan Kristus di dunia ini, kecuali persatuan dalam Sakramen Ekaristi. Yesus sendiri mengatakan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:56). Oleh karena itu, kalau memungkinkan kita dapat menerima Ekaristi bukan hanya pada waktu hari Minggu, namun beberapa kali dalam seminggu atau setiap hari dalam Misa harian. Yakinlah, bahwa persatuan kita dengan Kristus dalam Ekaristi akan memberikan rahmat yang sungguh indah, yang akan memberikan kekuatan dalam melawan dosa yang telah berakar dalam hati kita. Dengan Kristus sendiri terus bersatu dalam tubuh, darah, dan hati kita, maka Dia akan mencabut akar dosa dalam diri kita. Jika kita jatuh kembali ke dosa tersebut, kita perlu mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan terlebih dahulu, sebelum dapat menerima Komuni kudus. Dengan terhalangnya kita menerima Kristus dalam Komuni kudus (jika kita terjatuh dalam dosa yang sama tersebut), kita diingatkan bahwa ada yang salah pada diri kita, dan untuk itu kita akan semakin terdorong untuk memperbaikinya.

3. Firman Tuhan menjadi pelita kehidupan

Sabda Tuhan mengajarkan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Dengan semakin mendalami Firman Tuhan, kita akan semakin mengetahui apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan dapat menegur dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bertumbuh dalam kekudusan. Kita dapat mengikuti bacaan berdasarkan kalendar liturgi Gereja Katolik, seperti dalam buku: ruah, mutiara iman, dll. Pada tahap awal, kita dapat menggunakan metode lectio divina dalam membaca dan merenungkan Kitab Suci. Silakan melihat penjabaran metode ini di sini – silakan klik.

4. Memupuk kedekatan dengan Tuhan melalui doa

Doa memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk dapat menghadapi godaan-godaan yang terjadi dalam kehidupan kita. Kalau penerimaan Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi dilakukan secara teratur, juga dibarengi doa pribadi yang teratur dan sungguh-sunguh, maka kita akan semakin bersatu dengan Tuhan dalam keseharian dan semakin dapat mengerti apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan kita, yaitu menjauhi dosa dan terus bertumbuh dalam kekudusan (lih. 1Tes 4:3). Doa yang terus-menerus juga menjadi salah satu ‘obat’nya. Gereja Katolik menganjurkan agar umatnya dapat melakukan ejaculation prayer, yaitu doa spontan dengan kalimat-kalimat pendek, yang didaraskan sepanjang hari. Jika godaan datang atau di tengah aktivitas sehari-hari, maka kita dapat memanjatkan doa singkat sesering mungkin, seperti: “Yesus, aku mengasihi-Mu”; “Yesus, kasihanilah aku”; dll. Dengan demikian, doa dapat mewarnai hari-hari kita dan menghindarkan kita dari perbuatan dosa.

Berlatih kebajikan kemurnian

Setelah dengan sungguh-sungguh membina hubungan yang baik dengan Tuhan, maka perlulah kita melatih kebajikan yang berlawan dengan kebiasaan buruk tersebut. Jadi, kebiasaan buruk ketidakmurnian harus dilawan dengan kemurnian. Kebiasaan buruk di dalam jiwa kita adalah satu kejahatan (vice). Lawan dari vice ini adalah virtue atau kebajikan – yaitu kebiasaan dari jiwa untuk melakukan hal-hal yang baik. Kebajikan membuat jiwa secara otomatis, siap sedia untuk melakukan kebajikan dengan sukacita. Kebiasaan yang baik di dalam jiwa ini secara perlahan-lahan akan mengikis dan kemudian menghilangkan kebiasaan yang buruk tersebut.
St. Thomas Aquinas mengatakan, “seseorang tidak akan menang dengan menempatkan penahan, sebab semakin seseorang memikirkan tentang hal tersebut, semakin ia akan terpengaruh olehnya. Ia akan menang jika ia lari daripadanya – yaitu dengan menghindari pikiran-pikiran yang cemar itu sepenuhnya dan dengan menghindari semua kesempatan untuk berbuat dosa” ((St. Thomas Aquinas, Commentary on 1 Corad loc.)) St. Yohanes Vianney memberikan tips serupa untuk melaksanakan kemurnian, demikian, “Pertama, waspadalah terhadap apa yang kita lihat, dan apa yang kita pikirkan, kita katakan dan kita lakukan; kedua, berlindunglah pada kekuatan doa; ketiga, seringlah menerima sakramen dengan pantas; keempat, larilah dari apapun yang dapat mencobai kita terhadap dosa ini, kelima, milikilah devosi kepada Perawan Maria yang terberkati. Jika kita melakukan semua ini, maka, tak peduli apapun yang dilakukan oleh musuh-musuh kita (si Jahat), dan tak peduli apakah kebajikan yang kita miliki masih sangat rapuh, namun kita dapat yakin bahwa kita sedang bertahan di dalamnya [dalam kebajikan kemurnian tersebut].” ((St. John Mary Vianney, Sermon on the seventeenth Sunday after Pentecost, II)).
Jadi, untuk mengembangkan kebajikan kemurnian, selain bertekun dalam doa dan sakramen, serta meminta kepada Tuhan untuk memberikan rahmat-Nya, agar kita dapat menjadi murni di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah untuk menghindari segala kesempatan yang mendorong untuk berbuat dosa ketidakmurnian. Seorang pemabuk yang ingin memperbaiki diri dari kecanduan alkohol, harus membuang seluruh minuman beralkohol di rumah, di kantor, serta menghindari tempat yang menyediakan alkohol, menjauhkan diri dari teman-teman yang mempunyai potensi mengajaknya untuk bermabuk-mabukan. Demikian juga orang yang terbiasa hidup dalam ketidakmurnian, maka dia harus menjauhi segala hal yang dapat membuatnya jatuh kembali. Dia harus berhati-hati bahkan kalau diperlukan menghindari sementara kegiatan untuk berselancar dalam internet, kecuali untuk urusan pekerjaan dan pelajaran sekolah. Dia juga harus menghindari teman-teman yang sering berkata-kata cabul, mengajak berbuat cabul. Dia juga harus menghindari tempat-tempat yang dapat membawanya kembali pada ketidakmurnian, serta menghindari untuk melihat acara-acara tv maupun video yang dapat membangkitkan nafsu-nafsu liar. St. Agustinus mengatakan, “Jangan mengatakan bahwa engkau mempunyai kemurnian pikiran, jika engkau mempunyai mata yang tidak murni, karena mata yang tidak murni adalah pembawa berita dari hati yang tidak murni.” ((St. Agustine, Letter 211. His Rule))

Komunitas sebagai pendukung

Akhirnya, sementara berusaha bertumbuh dalam kebajikan kemurnian, kita juga harus berjuang untuk bertumbuh dalam iman dan kekudusan. Dalam perjuangan untuk menjadi murni, tidak cukup hanya memfokuskan diri hanya kepada kemurnian tanpa memperhatikan pertumbuhan iman, pengharapan dan kasih secara menyeluruh. Dengan terus melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan iman kita, maka kita akan semakin dikuatkan dalam perjuangan kita dalam kemurnian dan aspek-aspek yang lain.
Salah satu cara untuk terus bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih adalah dengan bergabung dalam komunitas basis yang berfokus pada pengembangan iman – baik kelompok pendalaman Kitab Suci, kelompok belajar Katekismus, persekutuan doa, komunitas di lingkungan masing-masing, dll. Dengan bertumbuh bersama kelompok yang mempunyai anggota yang juga rindu untuk bertumbuh dalam kekudusan, maka kita juga akan semakin dikuatkan. Pada saat kita lemah, mereka juga dapat memberikan semangat dan kekuatan kepada kita.

Bersama Yesus, maka kita dimerdekakan

Seseorang yang terus-menerus melakukan dosa ketidakmurnian dan tidak mempunyai kekuatan untuk berkata “tidak” terhadap dosa telah menjadi hamba dosa, yang sebenarnya tidak bebas lagi. Namun, bersama dengan Yesus, seseorang dapat lepas dari belenggu dosa dan memperoleh kemerdekaan untuk meninggalkan kegelapan dan hidup dalam terang. Kuncinya adalah, terus bekerja dengan rahmat Allah yang mengalir dalam retret dan rekoleksi, doa, Firman dan sakramen-sakramen – terutama Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi. Selanjutnya, karena kita berjalan dalam iman bersama-sama dengan umat Allah yang lain, maka sudah selayaknya kita juga bergabung dalam komunitas untuk saling menguatkan. Kalau semua ini dibarengi dengan keteguhan untuk menghindari kesempatan berbuat dosa serta terus mengembangkan kebajikan kemurnian, maka niscaya, suatu saat kita akan berkata, “Terpujilah Tuhan, sebab Ia telah membebaskanku dari keterikatan dosa ketidakmurnian!”
Source: katolisitas.org

Penjelasan mengenai Salam Malaikat menurut St. Thomas Aquinas


Berikut ini adalah terjemahan karya St. Thomas Aquinas, yang berjudul Expositio Salutationis angelicae (Penjelasan mengenai Salam Malaikat) dari Bahasa Latin ke Bahasa Indonesia. Karya ini mengandung sebuah katekesis yang sangat indah mengenai bagian pertama doa Salam Maria (mulai dari ‘Salam Maria penuh rahmat’ sampai ‘terpujilah buah tubuhmu Yesus’).

Pendahuluan

Salam tersebut mengandung tiga bagian. Sang Malaikat mengucapkan sebuah bagian, yang berbunyi salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita. Bagian lain diucapkan oleh Elisabet, bunda Yohanes Pembaptis, yang berbunyi terpujilah buah tubuhmu. Gereja menambahkan bagian ketiga, yang berbunyi Maria, karena Malaikat tidak mengucapkan “salam Maria,” melainkan “salam penuh rahmat.” Dan akan menjadi jelas bahwa nama ini—Maria—cocok dengan pernyataan Malaikat, menurut interpretasi [Gereja].

Artikel 1: Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu

Bisa dikatakan, mengenai bagian pertama ini, bahwa sejak dahulu kala penampakan para Malaikat kepada manusia merupakan sebuah peristiwa yang sangat besar. Oleh sebab itu, manusia menunjukkan hormatnya kepada para malaikat dan memuji mereka, karena para Malaikat layak menerima pujian yang sangat besar. Karenanya, tertulis—sebagai pujian bagi Abraham—bahwa ia menerima para Malaikat dengan ramah dan menunjukkan hormatnya kepada mereka. Akan tetapi, belum pernah terdengar bahwa ada Malaikat yang memberi hormat kepada manusia, sampai saat ketika Malaikat memberi salam kepada Perawan yang bahagia, mengatakan dengan penuh hormat salam. Masuk akal apabila sejak dahulu kala Malaikat tidak memberi hormat kepada manusia, melainkan manusialah yang memberi hormat kepada Malaikat, karena Malaikat lebih besar daripada manusia dalam tiga hal.
Pertama, dalam martabat: sudah sewajarnya demikian, karena Malaikat memiliki kodrat spiritual—Mazmur 103:4 berbuyi, “yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu”. Sebaliknya manusia, secara kodrati, dapat musnah; karenanya, Abraham berkata (Kejadian 18:27), “aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu”. Tidaklah layak bahwa makhluk [ciptaan] spiritual yang tidak dapat musnah menunjukkan hormat kepada manusia yang jelasnya merupakan makhluk yang dapat musnah.
Kedua, dalam kedekatannya kepada Allah. Malaikat adalah sahabat Allah yang melayani-Nya—Daniel 7:10 berbunyi, “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya”. Sebaliknya, hampir dapat dikatakan bahwa manusia adalah orang asing yang terpisahkan dari Allah akibat dosa—Mazmur 55:8 berbunyi, “aku akan lari jauh-jauh”. Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia menghormati Malaikat, yang adalah makhluk yang dekat dan pelayan raja.
Ketiga, [Malaikat] unggul oleh sebab kepenuhan terang rahmat ilahi [yang ia miliki]: sungguh para Malaikat mengambil bagian secara penuh dalam terang ilahi—Ayub 25:3 berbunyi, “Dapatkah dihitung pasukan-Nya? Dan siapakah yang tidak disinari terang-Nya?” Oleh karena itu, [Malaikat] selalu menampakkan dirinya dengan terang. Sebaliknya, manusia—meski mengambil bagian dalam terang rahmat yang sama—masih terus berada dalam kegelapan. Dengan demikian, sesungguhnya tidaklah pantas bahwa [Malaikat] menunjukkan hormat kepada manusia, sampai ditemukan seseorang dengan kodrat manusia yang melebihi para Malaikat dalam tiga hal tersebut. Dan ialah Sang Perawan yang Terpuji. Karenanya, untuk menunjukkan bahwa dalam tiga hal tersebut Sang Perawan melebihinya, Malaikat ingin memberikan hormat kepadanya: karenanya, Malaikat berkata, salam. Oleh sebab itu, Sang Perawan yang Terpuji melebihi Malaikat dalam tiga hal tersebut. Pertama, kepenuhan rahmat yang ada dalam Perawan yang Terpuji lebih besar dari rahmat yang ada dalam Malaikat manapun juga; untuk menjelaskan hal ini, Malaikat menunjukkan hormat kepadanya dengan berkata penuh rahmat, dan dengan demikian seakan-akan berkata, “saya menunjukkan hormat kepadamu, karena engkau melebihiku dalam kepenuhan rahmat.”
Dikatakan bahwa Sang Perawan yang Terpuji dipenuhi dengan rahmat dalam tiga hal. Pertama, berkaitan dengan jiwanya, yang memiliki segala kepenuhan rahmat. Karena rahmat Allah diberikan dengan dua tujuan, yakni, untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan; dan Sang Perawan yang Terpuji memiliki rahmat yang sangat sempurna dalam dua hal tersebut. Oleh sebab itu, setelah Kristus, [Sang Perawan] menghindari semua dosa lebih baik dari orang kudus manapun juga. Karena terdapat dosa asal—dan darinya ia dimurnikan dalam kandungan;[1] dan ia juga dibebaskan dari dosa berat dan ringan. Oleh sebab itu, Kidung Agung 4:7 berbunyi, “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.” Agustinus, dalam Mengenai kodrat dan rahmat, [berkata]: “kecuali Santa Perawan Maria, apabila semua santo dan santa berada di sini [dan] ditanyakan kepada mereka apakah ada seorang di antara mereka yang tidak berdosa, semua akan berseru dengan satu suara: ‘Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.’ Santa Perawan [Maria] merupakan sebuah pengecualian; maksud saya, [mengenai Santa Perawan Maria,] demi kehormatan Tuhan, saya tidak ingin mempertanyakan sama sekali hal-hal yang berkaitan dengan dosa. Kita tahu bahwa terdapat rahmat yang lebih besar dalam [Santa Perawan] untuk mengalahkan segala dosa sampai-sampai ia layak mengandung dan melahirkan Ia yang jelasnya tidak memiliki dosa sama sekali.” Akan tetapi, Kristus melebihi Sang Perawan yang Terpuji dalam hal ini, karena Kristus dikandung dan dilahirkan tanpa dosa asal, sedangkan Sang Perawan yang Terpuji dikandung dalam dosa asal, tetapi dilahirkan tanpanya. Ia mempraktikkan semua kebajikan, sedangkan para kudus lainnya mempraktikkan kebajikan-kebajikan tertentu: orang kudus yang ini rendah hati, yang itu murni, yang lain berbelas kasih. Dengan demikian, mereka memberikan dirinya sebagai teladan dalam kebajikan-kebajikan tertentu, seperti Beato Nikolas yang memberikan teladan dalam belas-kasihan, dan sebagainya.
Namun, Sang Perawan yang Terpuji adalah teladan dalam semua kebajikan: di dalam dirinya kamu menemukan teladan dalam kerendahan-hati—Lukas 1:38, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan”, dan setelahnya, dalam ayat 48: “Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya”; [teladan] dalam kemurnian—“karena aku belum bersuami”, ayat 34; dan, jelasnya, [teladan] dalam segala kebajikan. Dengan demikian, [pertama,] Sang Perawan yang Terpuji dipenuhi dengan rahmat baik untuk berbuat baik maupun untuk menghindari kejahatan.]
Kedua, Sang Perawan yang Terpuji dipenuhi dengan rahmat berkaitan dengan kelimpahan jiwanya yang melebihi daging atau tubuhnya. Adalah baik bahwa para kudus memiliki rahmat yang sangat besar sehingga mereka dapat menguduskan jiwa mereka; akan tetapi, jiwa Sang Perawan yang Terpuji dipenuhi dengan rahmat sedemikian rupa sehingga rahmat tersebut mengalir ke dalam dagingnya, supaya ia dapat mengandung Putra Allah. Oleh karena itu, Hugo dari Santo Victor berkata, “karena di dalam hatinya berkobar secara khusus cinta Roh Kudus, ia melakukan hal-hal yang menakjubkan di dalam kedagingannya, sampai-sampai darinya lahir Allah dan manusia.” Lukas 1:35 berbunyi, “sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.
Ketiga, dalam kelimpahan [rahmatnya] yang memenuhi semua orang. Adalah sebuah kebesaran bahwa seorang kudus memiliki rahmat yang begitu besar sehingga rahmat tersebut cukup bagi keselamatan orang banyak; akan tetapi, adalah sebuah kebesaran yang tak terbandingkan ketika [seseorang] memiliki [rahmat] yang sedemikian besarnya sehingga [rahmat tersebut] cukup bagi keselamatan seluruh manusia di bumi: dan hal ini terwujud dalam diri Kristus dan dalam diri Perawan yang terpuji. Karena itu, dalam segala bahaya kamu dapat memperoleh keselamatan dari Sang Perawan yang Mulia. Oleh sebab itu, Kidung Agung 4:4 berbunyi, “Seribu perisai (dengan kata lain, obat melawan bahaya) tergantung padanya”. Selain itu, dalam semua karya kebajikan, kamu dapat memohon bantuan dari Sang Perawan; dan karenanya [Sang Perawan] berkata (Sirakh 24:18), “in me omnis spes vitae et virtutis [di dalam diriku terdapat segala pengharapan akan hidup dan kebajikan]”
Demikianlah [Santa Perawan Maria] dipenuhi dengan rahmat, dan melebihi para Malaikat dalam kepenuhan rahmatnya; dan oleh sebab itu layaklah ia dipanggil Maria, yang berarti bersinar dengan sendirinya—seperti yang dikatakan Yesaya 58:11, “Tuhan akan … memuaskan hatimu di tanah yang kering”—dan penerang bagi orang lain, bagi seluruh dunia; dan oleh karena itu [Maria] serupa dengan matahari dan bulan.
Kedua, [Maria] melebihi para Malaikat dalam kedekatannya dengan Allah. Oleh sebab itu Malaikat berkata kepadanya, “Tuhan sertamu“; seakan-akan ia berkata: saya menunjukkan hormat kepadamu karena engkau lebih dekat kepada Allah daripadaku, karena Tuhan sertamu. [Ketika mengatakan Tuhan, Malaikat bermaksud mengatakan] Bapa serta Putra—sesuatu yang tidak dimiliki Malaikat maupun makhluk ciptaan manapun juga. Lukas 1:35 berbunyi, “anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” Allah Putra [berada] dalam rahim. Yesaya 12:6 berbunyi, “Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!” Tidaklah sama relasi Tuhan dengan Perawan yang Terpuji dan relasi-Nya dengan Malaikat; bagi [Perawan Maria] Ia adalah Putra, bagi Malaikat Ia adalah Tuhan. [Bagi] Allah Roh Kudus, [Maria] adalah bagaikan bait; oleh sebab itu dikatakan “bait Tuhan, tempat suci bagi Roh Kudus”, karena [Maria] mengandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35): “Roh Kudus akan turun atasmu”. Dengan demikian, Perawan yang Terpuji lebih dekat dengan Allah daripada Malaikat: karena Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus—dengan kata lain, segenap Allah Tritunggal—bersertanya. Dan tentang Maria dilambungkan nyanyian yang berbunyi: “tempat peristirahatan bagi segenap Allah Tritunggal.” Sapaan “Tuhan sertamu” adalah perkataan yang paling mulia yang dapat ditujukan kepada seseorang. Pantaslah bahwa Malaikat menghormati Sang Perawan yang Terpuji, karena ia adalah Bunda Tuhan, dan karenanya adalah nyonya. Karenanya, ia secara tepat diberi nama Maria, yang dalam bahasa Siria berarti nyonya.
Ketiga, [Maria] melebihi para Malaikat dalam kemurnian, karena Perawan yang Terpuji tidak hanya murni, namun juga memperolehkan kemurnian bagi sesamanya. Ia sangatlah murni dalam kaitan dengan dosa, karena Sang Perawan tidak jatuh dalam dosa ringan maupun dosa berat. Demikian pula dalam kaitan dengan hukuman. Kepada manusia dijatuhkan tiga kutukan akibat dosa. [Kutukan] yang pertama diberikan kepada perempuan, yang akan mengandung dengan noda, menjalani masa kehamilannya dengan penuh kesulitan, dan melahirkan dalam kesakitan. Namun Perawan yang Terpuji kebal terhadap hal ini, karena ia mengandung tanpa noda, menjalani masa kehamilannya dengan nyaman, dan melahirkan Sang Juruselamat dengan penuh sukacita. Yesaya 35:2 berbunyi, “ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai”. [Kutukan] yang kedua diberikan kepada laki-laki, yang harus memperoleh roti dengan keringat di wajahnya. Perawan yang Terpuji kebal terhadap hal ini; seperti yang dikatakan sang Rasul (1 Korintus 7:[32]): para perawan tidak terbebani oleh perkara dunia ini, dan mereka memusatkan perhatiannya hanya pada Allah. [Kutukan] yang ketiga berlaku bagi laki-laki dan perempuan, yakni mereka akan kembali menjadi debu. Dan Perawan yang Terpuji kebal terhadap hal ini, karena [ia] diangkat ke surga dengan tubuhnya. Kita percaya bahwa setelah kematiannya, [Maria] dibangkitkan dan diangkat ke surga. Mazmur [132]:8 berbunyi, “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu!

Artikel 2: Terpujilah engkau di antara wanita

Dengan demikian, [Maria] kebal terhadap segala kutukan, dan oleh sebab itu [ia] terpuji di antara wanita: ialah satu-satunya yang menjauhkan kutukan, membawa berkat, dan membuka pintu Firdaus; dan oleh sebab itu pantaslah diberikan kepadanya nama Maria, yang berarti bintang laut; karena bagaikan para pelaut diarahkan menuju pelabuhan oleh bintang laut, demikian pula orang-orang Kristen diarahkan oleh Maria menuju kemuliaan.

Artikel 3: Terpujilah buah tubuhmu

Terkadang seorang yang berdosa mencari di sebuah tempat suatu hal yang tidak dapat ditemukan di sana, namun orang yang benar menemukannya. Amsal 13:22 berbunyi, “kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar”. Karenanya, Hawa mencari buah, dan dalam buah tersebut ia tidak menemukan segala hal yang ia inginkan; [sebaliknya,] Perawan yang terpuji menemukan segala hal yang diinginkan Hawa dalam buahnya. Hawa menginginkan tiga hal dalam buahnya. Pertama, [ia mencari] hal yang dijanjikan secara palsu oleh Iblis, yakni mereka [Adam dan Hawa] akan tahu tentang yang baik dan yang jahat, seperti dewa-dewa. “[K]amu (kata si pembohong) akan menjadi seperti Allah,” seperti yang dikatakan dalam Kejadian 3:5. [Si Iblis] berbohong, karena ia adalah pembohong dan bapa segala kebohongan. Oleh sebab itu, Hawa, karena ia memakan buah tersebut, tidak menjadikan dirinya serupa dengan Allah, melainkan tidak serupa, karena dengan berdosa ia menjauhkan dirinya dari Allah keselamatannya dan diusir dari Firdaus. Akan tetapi, hal inilah yang ditemukan oleh Perawan yang Terpuji dan semua orang Kristen dalam buah tubuhnya: karena melalui Kristus kita dipersatukan dan dijadikan serupa dengan Allah. 1 Yohanes 3:2 berbunyi, “apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya”.
Kedua, dalam buahnya Hawa mendambakan kenikmatan, karena [buah tersebut] lezat untuk dimakan; akan tetapi hal tersebut tidak ditemukannya, karena langsung setelah memakannya ia sadar bahwa ia telanjang, dan ia menjadi gelisah. Namun, dalam buah Sang Perawan kita menemukan kelembutan dan keselamatan. Yohanes 6:[54] [berbunyi], “Barangsiapa makan daging-Ku …, ia mempunyai hidup yang kekal”.
Ketiga, buah Hawa tampak indah; akan tetapi lebih indah lagi buah Sang Perawan—para Malaikat pun rindu memandang-Nya. Mazmur [45]:3 berbunyi, “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia,” karena Ia adalah cahaya kemuliaan Bapa. Dengan demikian, Hawa tidak dapat menemukan dalam buahnya apa yang tidak dapat ditemukan oleh seorang pendosa dalam dosanya. Oleh sebab itu, kita harus mencari apa yang kita rindukan dalam buah sang Perawan. Buah ini dipuji oleh Allah, karena Allah memenuhi-Nya dengan segala rahmat yang dicurahkan kepada kita ketika bersembah sujud kepada-Nya—Efesus 1:3 berbunyi, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga”. [Buah ini dipuji] oleh para Malaikat—Wahyu 7:12 berbunyi, “puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita”. [Buah ini dipuji] oleh para manusia—sang rasul [menulis dalam] Filipi 2:11, “segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa”; Mazmur [118]:26 [berbunyi], “Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan”. Dengan demikian, Sang Perawan adalah seseorang yang terpuji; akan tetapi lebih terpuji lagi buahnya.

Teks asli Expositio Salutationis angelicae

Prooemium

In salutatione ista continentur tria. Unam partem fecit Angelus, scilicet ave gratia plena, dominus tecum, benedicta tu in mulieribus. Aliam partem fecit Elisabeth, mater Ioannis Baptistae, scilicet benedictus fructus ventris tui. Tertiam partem addidit Ecclesia, scilicet Maria: nam Angelus non dixit, ave Maria, sed ave, gratia plena. Et hoc nomen, scilicet Maria, secundum suam interpretationem convenit dictis Angeli, sicut patebit.

Articulus 1: Ave Maria gratia plena, dominus tecum

Est ergo circa primum considerandum, quod antiquitus erat valde magnum quod Angeli apparerent hominibus; vel quod homines facerent eis reverentiam, habebant pro maxima laude. Unde et ad laudem Abrahae scribitur, quod recepit Angelos hospitio, et quod exhibuit eis reverentiam. Quod autem Angelus faceret homini reverentiam, nunquam fuit auditum, nisi postquam salutavit beatam virginem, reverenter dicens, ave. Quod autem antiquitus non reverebatur hominem Angelus, sed homo Angelum, ratio est, quia Angelus erat maior homine; et hoc quantum ad tria.
Primo quantum ad dignitatem: ratio est, Angelus est naturae spiritualis. Psal. CIII, 4: qui facit Angelos suos spiritus; homo vero est naturae corruptibilis: unde dicebat Abraham (Gen. XVIII, 27): loquar ad dominum meum, cum sim pulvis et cinis. Non ergo erat decens ut spiritualis et incorruptibilis creatura reverentiam exhiberet corruptibili, scilicet homini.
Secundo quantum ad familiaritatem ad Deum. Nam Angelus est Deo familiaris, utpote assistens. Dan. VII, 10: millia millium ministrabant ei, et decies millies centena millia assistebant ei. Homo vero est quasi extraneus, et elongatus a Deo per peccatum. Psal. LIV, 8: elongavi fugiens. Ideo conveniens est ut homo revereatur Angelum, utpote propinquum et familiarem regis.
Tertio praeeminebat propter plenitudinem splendoris gratiae divinae: Angeli enim participant ipsum lumen divinum in summa plenitudine. Iob. XXV, 3: nunquid est numerus militum eius, et super quem non surget lumen eius? Et ideo semper apparet cum lumine. Sed homines, etsi aliquid participent de ipso lumine gratiae, parum tamen, et in obscuritate quadam. Non ergo decens erat ut homini reverentiam exhiberet, quousque aliquis inveniretur in humana natura qui in his tribus excederet Angelos. Et haec fuit beata virgo. Et ideo ad designandum quod in his tribus excedebat eum, voluit ei Angelus reverentiam exhibere: unde dixit, ave. Unde beata virgo excessit Angelos in iis tribus. Et primo in plenitudine gratiae, quae magis est in beata virgine quam in aliquo Angelo; et ideo ad insinuandum hoc, Angelus ei reverentiam exhibuit, dicens, gratia plena, quasi diceret: ideo exhibeo tibi reverentiam, quia me excellis in plenitudine gratiae.
Dicitur autem beata virgo plena gratia quantum ad tria. Primo quantum ad animam, in qua habuit omnem plenitudinem gratiae. Nam gratia Dei datur ad duo: scilicet ad bonum operandum, et ad vitandum malum; et quantum ad ista duo perfectissimam gratiam habuit beata virgo. Nam ipsa omne peccatum vitavit magis quam aliquis sanctus post Christum. Peccatum enim aut est originale, et de isto fuit mundata in utero; aut mortale aut veniale, et de istis libera fuit. Unde Cant. IV, 7: tota pulchra es, amica mea, et macula non est in te. Augustinus in libro de natura et gratia: excepta sancta virgine Maria, si omnes sancti et sanctae cum hic viverent, interrogati fuissent utrum sine peccato essent, omnes una voce clamassent: si dixerimus quia peccatum non habemus, ipsi nos seducimus, et veritas in nobis non est. Excepta, inquam, hac sancta virgine, de qua propter honorem domini, cum de peccato agitur, nullam prorsus volo quaestionem habere. Scimus enim quod ei plus gratiae collatum fuerit ad peccatum ex omni parte vincendum quae illum concipere et parere meruit quem constat nullum habuisse peccatum. Sed Christus excellit beatam virginem in hoc quod sine originali conceptus et natus est. Beata autem virgo in originali est concepta, sed non nata. Ipsa etiam omnium virtutum opera exercuit, alii autem sancti specialia quaedam: quia alius humilis, alius castus, alius misericors; et ideo ipsi dantur in exemplum specialium virtutum, sicut beatus Nicolaus in exemplum misericordiae et cetera.
Sed beata virgo in exemplum omnium virtutum: quia in ea reperis exemplum humilitatis: Luc. I, 38: ecce ancilla domini, et post, vers. 48: respexit humilitatem ancillae suae, castitatis, quoniam virum non cognosco, vers. 34, et omnium virtutum; ut satis patet. Sic ergo plena est gratia beata virgo et quantum ad boni operationem, et quantum ad mali vitationem.
Secundo plena fuit gratia quantum ad redundantiam animae ad carnem vel corpus. Nam magnum est in sanctis habere tantum de gratia quod sanctificet animam; sed anima beatae virginis ita fuit plena quod ex ea refudit gratiam in carnem, ut de ipsa conciperet filium Dei. Et ideo dicit Hugo de s. Victore: quia in corde eius amor spiritus sancti singulariter ardebat, ideo in carne eius mirabilia faciebat, intantum quod de ea nasceretur Deus et homo. Luc. I, 35: quod enim nascetur ex te sanctum, vocabitur filius Dei.
Tertio quantum ad refusionem in omnes homines. Magnum enim est in quolibet sancto, quando habet tantum de gratia quod sufficit ad salutem multorum; sed quando haberet tantum quod sufficeret ad salutem omnium hominum de mundo, hoc esset maximum: et hoc est in Christo, et in beata virgine. Nam in omni periculo potes salutem obtinere ab ipsa virgine gloriosa. Unde Cant. IV, 4: mille clypei, (idest remedia contra pericula), pendent ex ea. Item in omni opere virtutis potes eam habere in adiutorium; et ideo dicit ipsa, Eccli. XXIV, 25: in me omnis spes vitae et virtutis.
Sic ergo plena est gratia, et excedit Angelos in plenitudine gratiae; et propter hoc convenienter vocatur Maria quae interpretatur illuminata in se; unde Isai. LVIII, 11: implebit splendoribus animam tuam; et illuminatrix in alios, quantum ad totum mundum; et ideo assimilatur soli et lunae.
Secundo excellit Angelos in familiaritate divina. Et ideo hoc designans Angelus dixit: dominus tecum; quasi dicat: ideo exhibeo tibi reverentiam, quia tu familiarior es Deo quam ego, nam dominus est tecum. Dominus, inquit, pater cum eodem filio; quod nullus Angelus, nec aliqua creatura habuit. Luc. I, XXXV: quod enim nascetur ex te sanctum, vocabitur filius Dei. Dominus filius in utero. Isai. XII, 6: exulta et lauda habitatio Sion, quia magnus in medio tui sanctus Israel. Aliter est ergo dominus cum beata virgine quam cum Angelo; quia cum ea ut filius, cum Angelo ut dominus. Dominus spiritus sanctus, sicut in templo; unde dicitur: templum domini, sacrarium spiritus sancti, quia concepit ex spiritu sancto: Luc. I, 35: spiritus sanctus superveniet in te. Sic ergo familiarior cum Deo est beata virgo quam Angelus: quia cum ipsa dominus pater, dominus filius, dominus spiritus sanctus, scilicet tota Trinitas. Et ideo cantatur de ea: totius Trinitatis nobile triclinium. Hoc autem verbum, dominus tecum, est nobilius verbum quod sibi dici possit. Merito ergo Angelus reveretur beatam virginem, quia mater domini, et ideo domina est. Unde convenit ei hoc nomen Maria, quod Syra lingua interpretatur domina.
Tertio excedit Angelos quantum ad puritatem: quia beata virgo non solum erat pura in se, sed etiam procuravit puritatem aliis. Ipsa enim purissima fuit et quantum ad culpam, quia ipsa virgo nec mortale nec veniale peccatum incurrit. Item quantum ad poenam. Tres enim maledictiones datae sunt hominibus propter peccatum. Prima data est mulieri, scilicet quod cum corruptione conciperet, cum gravamine portaret, et in dolore pareret. Sed ab hac immunis fuit beata virgo: quia sine corruptione concepit, in solatio portavit, et in gaudio peperit salvatorem. Isai. XXXV, 2: germinans germinabit exultabunda et laudans. Secunda data est homini, scilicet quod in sudore vultus vesceretur pane suo. Ab hac immunis fuit beata virgo: quia, ut dicit apostolus, I Cor. VII, virgines solutae sunt a cura huius mundi, et soli Deo vacant. Tertia fuit communis viris et mulieribus, scilicet ut in pulverem reverterentur. Et ab hac immunis fuit beata virgo, quia cum corpore assumpta est in caelum. Credimus enim quod post mortem resuscitata fuerit, et portata in caelum. Psal. CXXXI, 8: surge, domine, in requiem tuam; tu, et arca sanctificationis tuae.

Articulus 3: Benedictus fructus ventris tui

Peccator aliquando quaerit in aliquo quod non potest consequi, sed consequitur illud iustus. Prov. XIII, 22: custoditur iusto substantia peccatoris. Sic Eva quaesivit fructum, et in illo non invenit omnia quae desideravit; beata autem virgo in fructu suo invenit omnia quae desideravit Eva. Nam Eva in fructu suo tria desideravit. Primo id quod falso promisit ei Diabolus, scilicet quod essent sicut dii, scientes bonum et malum. Eritis (inquit ille mendax) sicut dii, sicut dicitur Gen. III, 5. Et mentitus est, quia mendax est, et pater eius. Nam Eva propter esum fructus non est facta similis Deo, sed dissimilis: quia peccando recessit a Deo salutari suo, unde et expulsa est de Paradiso. Sed hoc invenit beata virgo et omnes Christiani in fructu ventris sui: quia per Christum coniungimur et assimilamur Deo. I Ioan. III, 2: cum apparuerit, similes ei erimus, quoniam videbimus eum sicuti est.
Secundo in fructu suo Eva desideravit delectationem, quia bonus ad edendum; sed non invenit, quia statim cognovit se nudam, et habuit dolorem. Sed in fructu virginis suavitatem invenimus et salutem. Ioan. VI, 55: qui manducat meam carnem, habet vitam aeternam.
Tertio fructus Evae erat pulcher aspectu; sed pulchrior fructus virginis, in quem desiderant Angeli prospicere. Psal. XLIV, 3: speciosus forma prae filiis hominum: et hoc est, quia est splendor paternae gloriae. Non ergo potuit invenire Eva in fructu suo quod nec quilibet peccator in peccatis. Et ideo quae desideramus, quaeramus in fructu virginis. Est autem hic fructus benedictus a Deo, quia sic replevit eum omni gratia quod pervenit ad nos exhibendo ei reverentiam: Ephes. I, 3: benedictus Deus et pater domini nostri Iesu Christi, qui benedixit nos in omni benedictione spirituali in Christo: ab Angelis: Apoc. VII, 12: benedictio et claritas et sapientia et gratiarum actio, honor et virtus et fortitudo Deo nostro; ab hominibus: apostolus, Phil. II, 11: omnis lingua confiteatur, quia dominus Iesus Christus in gloria est Dei patris. Psal. CXVII, 26: benedictus qui venit in nomine domini. Sic ergo est virgo benedicta; sed et magis benedictus fructus eius.
[1] [Teks halaman ketiga, baris ketujuh.] St. Tomas berkata bahwa Maria dibersihkan dari dosa asal dalam rahim, ketimbang dikandung tanpa dosa asal. Ia menulis jauh sebelum dogma Maria dikandung tanpa noda dosa ditetapkan pada tahun 1854 dan, berbeda dari Duns Scotus, ia tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah kebenaran iman.
source: katolisitas.org

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)