Latest News

Monday, December 23, 2019

Antara NATAL Dan Perayaan Pagan CS


Video singkat ini menjelaskan mengapa perayaan Natal tidak ada hubungannya dengan perayaan kaum pagan sebagaimana yang sering dituduhkan sebagaian orang. -------------------------- Anda dapat membantu pengembangan channel Crusader Network dengan memberikan donasi sukarela Informasinya ada disini: http://crusadernetwork.blogspot.com/p... Atau hubungi josephinerambe@gmail.com



ASAL USUL HARI NATAL (cp)


Mengapa hari natal jatuh pada tanggal 25 Desember ( Gilbert )


Friday, December 20, 2019

TAMPI BERAS (Oneul Mohae)


Dalam perkembangan alam yang semakin rusak dan polusi yang meningkat, oknum manusia semakin membuat benteng untuk perlindungannya nanti ketika tiba saatnya bumi dilanda kehancuran. Benteng ini telah lahir dalam bentuk teknologi mapan, pemikiran yang terlalu rasional dan mimpi akan kehidupan yang layak di Mars atau planet lain.

Manusia tak bisa lepas dari cita-cita yang harus ia wujudkan, baik itu cita-cita menjadi penguasa, asisten penguasa atau pesuruh penguasa. Penguasa disini adalah mereka yang kelak akan menguasai orang lain atau hal yang bisa jadi andalannya kedepan. Tak bisa dipungkiri, manusia akan melakukan semuanya untuk mencapai cita-cita itu dan itu berdampak pada orang lain yang belum memiliki cita-cita seperti itu.

Tulisan kali ini ingin membahas sesuatu yang beda, ketika orang lain memikirkan kemajuan, aku ingin memikirkan salah satu akibat negatif kemajuan itu dan mengangkat itu sebagai bahan kajian yang perlu dimatangkan lagi dalam kehidupan bermasyarakat.
“TAMPI”. . . siapa sih yang kenal dengan salah satu jenis smartphone yang bisa 4G-an ini?
Hahaha, sory sory...aku terbawa iklan HP.

Tampi adalah alat yang sering digunakan manusia untuk membersihkan beras dari sisa kulitnya, berbentuk persegi, bulat atau setengah bulat dibuat dari anyaman tanaman. Menurut situs kbbi.we.id, tampi (menampi) merupakan istilah membersihkan beras, padi, kedelai dan sebagainya dengan nyiru, digerakkan turun naik. Dari istilah ini kita bisa memahami tampi, menampi, dan nyiru adalah satu kesatuan makna pengerjaan untuk membersihkan beras dan lainnya dan dalam kehidupan masyarakat yang belum mengandalkan beras indromaret atau swalayan lainnya, istilah tampi sering terdengar akrab dalam kegiatan per-beras-an.

Aku ingin menggunakan kata Tampi dalam kajian berikutnya karena mengacu pada kebiasaan masyarakat dalam membersihkan beras dibanding menggunakan nyiru sebagai alatnya. Tampi dalam kehidupan masyarakat biasa erat maknanya sebagai kegiatan awal sebelum pada aktivitas utama memasak nasi. Biasanya beras-beras yang baru keluar dari kilang padi masih menyisakan kulit padi dan butir kotoran atau debu yang ikut menempel pada beras itu sendiri. Sehingga membutuhkan gerakan tangan untuk menggunakan nyiru membersihkan itu lagi hingga sampai dipenghujung acara, berasnya sudah benar-benar bersih dan siap untuk di tanak.

Yang bisa kita pahami disini adalah, adanya kearifan budaya untuk memaknai beras sebagai anugerah dan perlu pengerjaan khusus sehingga sampai didalam perut. Kearifan disini atas dasar pemahaman aku sendiri, ketika beras dibersihkan dengan tampi, ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
i. Arah mata si penampi. Aku pernah melihat ibuku sendiri menampi beras dengan seksama. Sungguh sebuah kegiatan yang perlu keseriusan. Ketika aku mencoba mengganggunya dengan memakan beras yang sudah bersih, ia marah dan mengatakan bahwa aku mengoceh perhatiannya pada beras yang sedang ditampi. Aku melihat gerakan matanya yang sangat teliti dan tajam mengayunkan nyiru. Gerakan mata juga diperlukan untuk teliti sehingga tidak ada beras bersih yang terbuang bebas ikut dengan kotoran lainnya.

ii. Hembusan. Beberapa hembusan juga diperlukan sebagai pendorong keluarnya sisa kulit padi yang masih menempel. Pelaksanaanya sama seperti menghembus air minum yang masih panas tetapi arahnya lebih kuat sehingga menekan keluar kotoran dalam kumpulan tampian beras
iii. Tangan yang lihai. Inti dari semua aktivitas penampian beras adalah kelihaian tangan mengayunkan nyiru. Dari beberapa pengamatan masyarakat desa, penampian beras jelas lebih kepada pemaknaan. Kenapa? Seperti kalimat diawal tadi, beras adalah anugerah kehidupan sehingga perlu perlakuan khusus dari setiap yang akan menikmatinya. Itu terasa pada gerakan tangan memainkan nyiru membersihkan beras, diayunkan keatas sejajar hidung dan kebawah sebatas pinggang. Ada juga orang yang akan memaknainya berbeda dengan cara mengayunkannya seperti membentuk lingkaran kedalam. Dari gerakan ini, filosofi penampian terlihat secara tak langsung, dimana tangan yang menanam dan tangan pula yang membersihkannya. Artinya, gerakan penampian tak sebatas menampi begitu saja, orang yang telah bersusah payah mengerjakan padi hingga menjadi beras punya perlakuan tersendiri ketika ia membersihkan beras sebelum dimasak.

Dari ketiga perhatian diatas, pasti sangatlah menjadi bahan ocehan oleh orang-orang yang dengan teganya memfoya-foyakan nasi hanya karena mereka memakai kata “Uang adalah Segalanya”. Perlakuan beras yang sangat bermakna belum tentu bisa dirasakan oleh mereka yang menggunakan beras swalayan yang sudah steril dan terjamin. Mulai dari penampian saja sudah hal yang asing ketika diperbincangkan karena tak perlu, ada anggapan itu hanya sebatas kegiatan rumahan para ibu-ibu. Tetapi disini aku melihat filosofi yang sangat berpengaruh dalam hidup. Tampi bukanlah aktivitas rumahan, melainkan perlakuan khusus yang diikat oleh kearifan budaya, dijadikan sebagai proses awal penjamuan makan besar. Menampi beras perlu ketelitian, mengandaikan diri ketika memulai sebuah pekerjaan dan itu perlu hati dan pikiran yang sinkron dan sungguh-sungguh melakukannya. Hidup ini juga adalah sebatas hembusan persekian detik, dan ketika tiba saatnya MATI, hembusan itu akan berhenti beraktivitas dan kita tidak tahu selanjutnya apa yang akan terjadi.
Melihat ibu-ibu di desa dan sebagian ibu-ibu di kota yang menampi beras adalah suatu kebahagiaan karena, mereka menjiwai penampian itu untuk kesehatan juga. Gerakan tangan untuk mengendurkan otot-otot yang kaku, ketelitian mata untuk melatih penglihatan agar selalu fokus dan hembusan yang mengingatkan kita akan hidup yang sebenarnya.

Jadi, ketika tampi digantikan oleh beras-beras steril yang bisa dengan seenaknya dibeli diswalayan, mahal, menjadi kebutuhan utama, secara langsung melepas khasanah kearifan. “kampungan banget sih, masih make tampi”, adalah ocehan yang aku dengar terlontar dari seorang ibu muda kepada seorang wanita tua. Mungkin karena ia melihat tampi yang sudah koyak ditempeli lem sebagai perekat, makanya ia mengatakan seperti itu, tetapi yang bisa dipahami bahwa ibu muda itu belum paham mengenai beras yang selama ini ia makan. Bisa dikatakan beras swalayan memang steril tetapi apa bisa dikatakan sepenuhnya sehat dibanding hasil sendiri, ditampi sendiri dan dimasak sendiri. Beras yang ditampi oleh wanita tua itu sendiri adalah hasil sawahnya sendiri, sehingga ia mengetahui susah payahnya mengusakan sepiring nasi untuk dimakan.

Beda dengan kehidupan sekarang, dimana nasi dalam setiap acara atau pesta selalu ada lebihnya hanya karena kebutuhan mereka lebih dari itu. Perhatian lebih bisa ditujukan pada msyarakat marjinal, yang masih membutuhkan makanan, disisi lain orang-orang besar dengan ludahnya ia membuang nasi yang tak sesuai dengan lidah emasnya.

Sekali lagi, semua itu karena tampi, tampi menggerakkan masyarakat modern untuk berpindah menggunakan alat pembersih yang lebih keren dan cepat. Dibanding tampi yang butuh orang banyak dengan waktu yang sangat lama membersihkan 1 juta ton beras.

Ironisnya itu adalah tegakah kita membuang nasi walaupun sebutir ? apa yang akan kau lakukan ketika beras yang menjadi 5 sehat 4 sempurnamu tidak ada? Atau hilang dari peredaran tanpa melihat makanan pengganti lain ? pasti ada yang kurang. Jadi utamanya, hargailah anugerah kehidupan itu dengan lebih berperikemanusiaan.

http://leosihura.blogspot.com/2016/12/tampi-beras-oneul-mohae.html

Thursday, December 19, 2019

“Pro Ecclesia Et Patria” dan “Rahmatan Lil Allamin”


Ada beberapa diksi yang cocok untuk membangkitkan dan menanamkan nilai keagamaan kita untuk mencintai apa yang menjadi kesepakatan luhur, yaitu berdiri diatas tanah yang sama dan hidup di satu bangsa yang berkeadilan. Tapi dibalik giatnya penamaan itu, beberapa oknum malah menggunakan itu untuk menyatakan dirinya lebih hebat dari orang lain. Misalnya, keadaan dimana suatu konsensus yang sudah disepakati ingin diubah dan di revisi hingga memenuhi keinginan yang merubahnya.

Dalam kehidupan bernegara, salah satu masalah yang paling kentara adalah ketika api sensitif keagamaan di gelorakan demi sebuah kepentingan. Muncullah gerakaan separatis yang berafiliasi pada lisan dan media sosial, mencairkaan gumpalan dendam yang selama ini belum pernah mencuat hanya karena menunggu saat dan moment yang tepat. Nah tugas negara bertambah searah berkecimpungnya para pemuka agama dan umat dalam menyanyikan semangat kebencian. Saya tidak sedang menggeneralisasi semua pernah melakukan itu, tetapi dampak yang ada telah menumbuhkan rasa intoleran terhadap semua elemen bangsa. Ini harus ditekan.

Tulisan kali ini berkaitan dengan alat penyemangat jemaat katolik di indonesia yang sudah diadopsi sebagai semboyan beberapa organisasi dan komunitas, misalnyaa Organisasi Silat THS-THM, PMKRI dan beberapa lembaga gereja katolik lainnya.

Semboyan Pro Ecclesia et Patria ini dicetuskan oleh uskup agung pribumi pertama Indonesia yaitu Mgr. Soegijapranata yang berarti “Demi Gereja dan Tanah Air”. Istilah ini biasanya juga dikenal dengan “100% Katolik, 100% Indonesia”. Secara sederhana, semboyan tersebut kelihatan begitu fundamental dan bahkan sangat menggugah hati setiap umat katolik yang mendengarnya. Tapi apakah kamu tahu, semboyan tersebut menambah rasa penasaran saya terhadap sikap intoleran yang dimunculkannya. Ada beberapa fakta wacana yang menyatakan bahwa ketika mengucapkan semboyan itu, rasa keegoisan akan muncul seiring rasa nasionalismenya. Karena keakuannya berdampak pada gerakan self-defense secara rutin yaitu menganggap katolik selalu baik dan dapat berjalan bersama dalam mewujudkan sifat nasionalisme. Dan itu tidak berhenti pada nasionalismenya, umat dihadapkan pada kenyataan riil yaitu, sikap penyemarataan konsumsi publik. Artinya, publik harus menerima semboyan itu sebagai alat penengah atau senjata perdamaian ketika terjadi suatu intoleran. Seakan-akan katolik adalah garda terdepan dalam nasionalisme yang secara harafiah belum sepenuhnya bisa dikatakan begitu.

Salah satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab secara gamblang adalah “ Apakah umat katolik sungguh mempunyai manfaat bagi masyarakat Indonesia?
Saya berani mengatakan belum. Kenapa? Karena berkaitan dengan semboyan demi gereja dan tanah air, jelas disini dikatakan bahwa fakta objek siapa penggeraknya dan tanah air siapa masih rancu. Bisa saja tanah air yang dimaksud masih dalam teori, prakteknya dalam tahap sosialisasi. Memang semboyan itu sangat baik, tetapi makna yang terkandung didalamnya masih dalam kategori misteri tanpa terapan yang jelas.

Apakah umat katolik sungguh mempunyai manfaat bagi masyarakat Indonesia?. Ini bukan sindiran terhadap salah satu agama yang diakui bangsa ini, tapi saya ingin melihat bahwa umat katolik mempunyai tanggung jawab besar terhadap semboyan “Demi Tanah Air dan Bangsa”. Sebenarnya tidak perlu kata-kata yang muluk untuk membangkitkan rasa percaya diri umat mengungkapkan imannya, cukup pelajari dan lakukan dengan baik. Inilah yang diharapkan dalam kehidupan kebangsaan apalagi kita berdiri bersama dalam banyak perbedaan, munculnya pemikiran maju sebagai ciptaan paling berakal budi.

Dalam negara Indonesia, semboyan tersebut cocok digunakan sebagai alarm abadi, karena semboyan dari agama lain juga menekankan hal yang sama. Misalnya, Islam memperkenalkan Rahmatan Lil Allamin (QS 21:107), yang artinya islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semesta alam (hewan, tumbuhan dan sesama manusia). Makna ini lebih luas menyampaikan pesan perangkulan semua makhluk hidup ciptaan Allah SWT. Ini juga berdampak pada kehidupan bernegara kita yang erat dengan multi kultural, sehingga perangkulan dengan ayat Quran ini sangat membantu hubungan sesama manusia dalam melanjutkan moto hidup manusia sebagai makhluk sosial.

Sekali lagi saya tidak sedang membandingkan tetapi saya melihat ada beberapa nilai universal dari kedua semboyan itu untuk dijadikan pegangan perdamaian dan keharmonisan. Karena mencintai bangsa sendiri merupakan sikap luhur, maka seharusnya setiap agama di indonesia diharapkan selalu berdiri sebagai garda pengawasan. Kita bukan dalam artian mencintai bangsa ini setengah dan setengahnya lagi adalah agama kita sendiri, tetapi ini betul-betul dalam maksud sepenuhnya indonesia dan sepenuhnya agama saya sendiri. Kita tidak perlu memilih diantara keduanya, dengan demikian iman yang kita terima dan jalani sungguh meresap dalam hati, pikiran dan perbuatan.

Dengan demikian, kecintaan, kebersediaan, untuk berkorban, solider dan bersatu dengan seluruh elemen bangsa dalam berjuang demi masa depan sungguh dapat teraktualisasikan.

http://leosihura.blogspot.com/2017/05/pro-ecclesia-et-patria-dan-rahmatan-lil.html

Friday, December 13, 2019

Nyaman Dengan Diri Sendiri. Siraman Hati. Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC

Wednesday, December 11, 2019

Paus Fransiskus membuat Surat Apostolik tentang pentingnya Kandang Natal


Paus Fransiskus telah menulis Surat Apostolik berjudul “Admirabile signum” (tanda mengagumkan) tentang makna dan pentingnya Kandang Natal. Paus menandatangani surat itu dalam kunjungannya ke kota Greccio Italia, Minggu sore, 1 Desember 2019. Greccio adalah desa pegunungan tempat Santo Fransiskus dari Assisi membuat suasana atau pemandangan Natal di tahun 1223 untuk memperingati kelahiran Yesus.

Judul dalam bahasa Latin dari Surat itu mengacu pada “gambar mempesona” dari Kandang Natal, yang “tidak pernah berhenti membangkitkan kekaguman dan keheranan,” tulis Paus. “Gambaran kelahiran Yesus itu sendiri merupakan pewartaan misteri Inkarnasi Putra Allah yang sederhana dan penuh sukacita,” kata Paus.

“Kandang Natal itu seperti Injil yang hidup berasal dari halaman-halaman Kitab Suci,” lanjut Paus. Paus mengkontemplasikan kisah Natal seperti memulai perjalanan spiritual, “yang disusun oleh kerendahan hati Allah yang menjadi manusia untuk menjumpai setiap pria dan wanita.” Begitu besar cinta-Nya bagi kita, tulis Paus, “sehingga Ia menjadi salah satu dari kita, sehingga kita pada gilirannya menjadi satu dengan-Nya.”

Paus berharap Surat ini akan mendorong tradisi keluarga untuk mempersiapkan Kandang Natal, “tetapi juga kebiasaan membuatnya di tempat kerja, sekolah, rumah sakit, penjara dan alun-alun kota.” Seraya memuji imajinasi dan kreativitas dalam karya-karya agung kecil ini, Paus mengatakan ia berharap kebiasaan ini tidak akan pernah hilang “dan agar, di mana pun sudah tidak digunakan lagi, bisa ditemukan dan dihidupkan kembali.”

Paus mengingat asal usul Kandang Natal yang terkait dalam Injil. “Ketika datang ke dunia ini, Anak Allah dibaringkan di tempat binatang makan. Jerami menjadi tempat tidur pertama Dia yang hendak menyatakan diri-Nya sebagai ‘roti yang turun dari surga’. “Kandang Natal” membangkitkan sejumlah misteri kehidupan Yesus dan membawanya dekat dengan kehidupan sehari-hari kita,” tulis Paus.

Paus membawa kita kembali ke kota Greccio, Italia, yang dikunjungi Santo Fransiskus tahun 1223. Gua-gua yang dilihatnya di sana mengingatkannya akan pedesaan Betlehem. Tanggal 25 Desember, para biarawan dan penduduk setempat datang bersama-sama, membawa bunga dan obor, tulis Paus. “Ketika Fransiskus tiba, dia menemukan palungan penuh jerami, seekor lembu dan seekor keledai.” Seorang imam merayakan Ekaristi di atas palungan, “seraya menunjukkan ikatan antara Inkarnasi Putra Allah dan Ekaristi.”

Begitulah tradisi kita dimulai, lanjut Paus, “dengan semua orang berkumpul dalam kegembiraan di sekitar gua, tanpa jarak antara peristiwa asli dan mereka yang ikut bersama dalam misterinya.” Dengan kesederhanaan tanda itu, Santo Fransiskus melakukan karya evangelisasi besar, tulis Paus. Ajarannya berlanjut hari ini “memberikan sarana sederhana namun otentik untuk menggambarkan keindahan iman kita.”

Kandang Natal, jelas Paus, menyentuh kita begitu dalam karena menunjukkan kasih Allah yang lembut. Sejak awal Fransiskan, “Kandang Natal mengajak kita ‘merasakan’ dan ‘menyentuh’ kemiskinan yang dijalani Putra Allah atas diri-Nya sendiri dalam Inkarnasi,” tulis Paus. “Kandang Natal meminta kita bertemu dengan Dia dan melayani Dia dengan menunjukkan belas kasihan kepada saudara-saudari kita yang sangat membutuhkan.”

Paus merenungkan makna di balik unsur-unsur yang membentuk Kandang Natal. Paus mulai dengan latar belakang “langit berbintang yang diselimuti kegelapan dan kesunyian malam.” Kita memikirkan saat kita mengalami kegelapan malam, kata Paus, namun bahkan di saat itu, Tuhan tidak meninggalkan kita. “Kedekatan-Nya membawa terang di mana ada kegelapan dan menunjukkan jalan kepada mereka yang tinggal dalam bayang-bayang penderitaan.”

Paus kemudian menulis tentang pemandangan yang sering berisi reruntuhan atau bangunan kuno. Paus menjelaskan bagaimana reruntuhan itu merupakan “tanda nyata dari manusia yang jatuh, tanda bahwa segala sesuatu pasti jatuh ke dalam kehancuran, kerusakan dan kekecewaan.” Pengaturan yang indah ini mengatakan kepada kita bahwa Yesus telah datang “untuk menyembuhkan dan membangun kembali, mengembalikan dunia dan kehidupan kita pada keindahan awalnya.”

Beralih kepada para gembala, Paus menulis, “tidak seperti banyak orang lain, yang sibuk dengan banyak hal, para gembala menjadi orang pertama yang melihat hal paling penting dari semuanya: karunia keselamatan. Orang yang rendah hati dan miskinlah yang yang menyambut peristiwa Inkarnasi itu. “Para gembala menanggapi Allah “yang datang untuk menemui kita dalam Bayi Yesus dengan bertemu Dia dengan kasih, perasaan syukur dan kekaguman,” lanjut Paus.

Kehadiran orang miskin dan orang rendahan, lanjut Paus, adalah pengingat bahwa “Allah menjadi manusia demi mereka yang paling membutuhkan kasih-Nya dan yang meminta Dia untuk mendekat kepada mereka.” Dari palungan, “Yesus mewartakan, dengan cara lemah lembut namun penuh kekuatan, kebutuhan untuk berbagi dengan orang miskin sebagai jalan menuju dunia yang lebih manusiawi dan persaudaraan di mana tidak ada yang dikecualikan atau dipinggirkan.”

Kemudian, ada tokoh-tokoh yang tidak memiliki hubungan nyata dengan kisah Injil. Namun, tulis Paus, “dari gembala ke pandai besi, dari tukang roti sampai musisi, dari wanita yang membawa kendi air hingga anak-anak yang bermain: semua ini berbicara tentang kekudusan sehari-hari, sukacita melakukan hal-hal biasa dengan cara luar biasa.”

Paus kemudian berfokus tokoh Maria dan Yosep.

“Maria adalah ibu yang mengkontemplasikan anaknya dan menunjukkan Dia kepada setiap pengunjung,” tulis Paus. “Di dalam dirinya, kita melihat Bunda Allah yang tidak menyimpan Putranya hanya untuk dirinya sendiri, tetapi mengajak semua orang mematuhi firman-Nya dan mempraktikkannya. Santo Yosep berdiri di sisinya, “melindungi Anak dan Ibu-Nya.” Yoseph adalah wali, seorang yang adil, yang “mempercayakan dirinya selalu kepada kehendak Allah.”

Tetapi ketika kita menempatkan patung Bayi Yesus di palungan, Kandang Natal menjadi hidup, kata Paus. “Tampaknya tidak mungkin, namun itu benar: di dalam Yesus, Allah adalah seorang anak, dan dengan cara ini Dia ingin mengungkapkan kebesaran kasih-Nya: dengan tersenyum dan membuka tangan-Nya kepada semua orang.” Kandang Natal membuat kita bisa melihat dan menyentuh peristiwa unik dan tak tertandingi ini yang mengubah perjalanan sejarah, “tetapi juga membuat kita merenungkan betapa hidup kita merupakan bagian dari kehidupan Allah sendiri.”

Saat Hari Raya Epifani (Penampakan Tuhan) mendekat, kita menambahkan Tiga Raja pada Kandang Natal. Kehadiran mereka mengingatkan kita akan tanggung jawab setiap orang Kristen untuk menyebarkan Injil, tulis Paus. “Orang Majus mengajarkan kita bahwa orang-orang bisa datang kepada Kristus melalui rute yang sangat panjang,” tetapi ketika pulang, mereka memberi tahu orang lain tentang perjumpaan menakjubkan dengan Mesias ini, “sehingga mulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa.”

Kenangan berdiri depan Kandang Natal saat masih anak-anak hendaknya mengingatkan kita “tentang kewajiban untuk berbagi pengalaman yang sama dengan anak-anak dan cucu kita,” kata Paus. Tidak masalah bagaimana Kandang Natal itu dibuat, “yang penting Kandang Natal itu berbicara tentang kehidupan kita.”

Kandang Natal adalah bagian dari proses penyebaran iman, tulis Paus mengakhiri suratnya. “Dimulai sejak masa kanak-kanak, dan disetiap tahap kehidupan kita, Kandang Natal mengajarkan kita untuk mengkontemplasikan Yesus, untuk mengalami kasih Allah bagi kita, untuk merasakan dan percaya bahwa Allah beserta kita dan bahwa kita bersama Dia.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
https://stand-under.blogspot.com/2019/12/paus-fransiskus-membuat-surat-apostolik.html

Tuesday, December 10, 2019

Semua tergantung WaktuNya Tuhan...


Saya setuju sekali dengan kalimat di atas... Masalahnya saya ga tau kapan waktuNya Tuhan... Mungkin bulan depan... 2 bulan lagi... 1 thn lagi... Saya ga tau kapan waktuNya Tuhan... Atau mungkin sebenarnya pada saat ini... Iya detik ini... Jam ini... Hari ini... Bulan ini... WaktuNya Tuhan untuk kita... Yang penting karena ada janji Nya itu kita jadi kuat dan mampu... Org yg terus berdoa dan berusaha... Akan terus action... Karena dia pikir siapa tau saat ini waktuNya Tuhan.... Lakukan saja yg terbaik yg menjadi bagian kita...

Karena bisnis kita kuncinya hanya action... Lakukan sebaik2nya... Action terus saja... Walau banyak di tolak org... Atau hari ini sudah presentasi sana sini belum ada yg join... Gpp... Seperti lembaran buku catatan...tulis saja terus... Balik terus halamannya... Jgn buka mundur... Karena kita hrs habiskan jatah penolakan kita... Baru kemudian kita akan terima jatah penerimaan kita... Lempar terus dadunya.. sampai ketemu angka 6 nya... Buka terus kartunya... Sampai ketemu kartu AS nya... Intinya lakukan terus apa yg menjadi bagian kita... Lakukan dengan sepenuh hati.. maka Tuhan akan juga melakukan bagianNya... Mungkin Tuhan bilan waktumu 3 bulan lagi... Tapi karena Tuhan melihat kesungguhan kita bisa saja Dia berikan saat ini.
. Kita tau toh Tuhan maha baik... Tidak akan sia2 perkerjaan yg kita kerjakan dgn sungguh2 dan berharap pada Tuhan...

Rekan2 ku... Berjuanglah terus... Siapa tau sekrg ini... Saat ini Tuhan sedang memperisiapkan waktuNya untuk kita... (Itu prinsip saya... Saya selalu bilang inilah waktuNya saya lakukan yg terbaik... Krn siapa tau saat ini WaktuNya Tuhan untuk saya).

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ada jalan keluar... Cek dan ricek... Masalah bukan dari Tuhan... Kita yg membatasi diri kita... Kita yg buat masalah... Tuhan hanya akan memberikan kelimpahan dan berkatNya bagi org yg melakukan bagiannya sungguh2....biarkan Tuhan melakukan bagiaNya...

Jadi jgn tunggu waktu Nya Tuhan ya... Lakukan saja... Saat ini siapa tau waktuNya Tuhan untuk kita...
Jgn banyak alasan kalao mau sukses... Kalao masih alasan... Lupakan kesuksesan
https://stand-under.blogspot.com/2019/12/semua-tergantung-waktunya-tuhan.html
https://stand-under.blogspot.com/

Wednesday, December 4, 2019

Kehidupan Kekal Di Surga Kelak


Dengan kita dibabtis kita masuk dalam suatu komuntas keluarga kudus,keluarga Allah,kita calon peserta lomba lari,kita calon peserta penghuni rumah masa depan ( surga atau neraka).Anda boleh percaya,boleh tidak percaya.Janji Tuhan tidak akan meleset dan nyata.Karena Dia tidak bisa inkar dengan janjiNya sendiri.

Saudara sekalian, kita harus tetap waspada dan tauakal,menyadari sepenuhnya bahwa dengan kita dipermandikan tidak lah menjadi jaminan kita akan masuk surga atau diselamatkan.Permandian adalah merupakan tiket,Tuhan sudah menyediakan tempat tinggal akhir hidup kita.Pada saat kita dibaptis,itu merupakan awal perjalanan kita guna menuju tanah terjanji Yerusalem Baru yg akan diberkan Tuhan kepada kita semua umatnya, Surga. Namun,bukan dgn gratis,tapi dgn Syarat !

Kita diciptkan,sesuai dengan citra Allah,manusia gambaran Allah.Allah adalah Alfa dan Omega,dia awal dan akhir,kekaaaaaal selama-lamanya ! Demikian kekekalan itu ada didepan kita,karena kita adalah Citra Allah,Gambar Allah.Kita berhak mendapatkan kekekalan itu,karena kita dicitptakan memang demikian adanya.Kita diciptakan sehakekat dengan Allah.Disadari atau tidak,kita tetap berjalan ke arah kekekalan.Lokasi tempat kekekalan itu ada dua arah.Menuju Surga atau menuju Neraka,tempat beda situasi sama kekal.

Walaupun kita kaya atau kita miskin,biar kita pintar atau kita bodoh,kurus atau gemuk,biar wajah kita cantik atau jelek kekalan merupakan warisan yang sudah dijanjikan Tuhan bila kita dipanggil Tuhan YME pada akhir hidup kita di dunia ini.Kekekalan yang dimaksud bisa jatuh kekal di Neraka atau jatuh hidup kekal di Surga.Ini merupakan warisan yang diperoleh oleh setiap manusia sebagai konsekuesi logis manusia diciptakan sesuai citra atau  gambaran Allah Alfa dan Omega. Konsekuesi atas kebebasan manusia untuk memilih.Tidak ada pilihan lain selain dua arah itu.Manusia bebas memilih dgn perbuatannya.

Untuk mendapatkan sesuatu apapun juga dibutuhkan usaha dan perjuangan.Demikian hidup kekal itu harus kita perjuangkan,harus kita kejar,harus kita tempuh melalui jalan hidup kita sehari-hari.Bukan nanti,bukan besok,bukan minggu depan dst,tetap mulai sekarang,saat ini,hari ini dan seterusnya ! Di mana pun Anda berada. Permandian hanyalah teket,sarana,bukan jaminan atau tujuan.Kita sendiri harus tapaki,bergerak,berlomba,dan berusaha meraih kekudusan itu dalam kehidupan kita keseharian, agar kehidupan kekal di surga itu bisa kita peroleh setelah kita mati kelak.Seperti janji Tuhan, "hendaklah engkau kudus AdaNya".Kita harus siap selalu di setiap tempat  dan waktu.

Sebenarnya kita memiliki sangat sedikit waktu,maka berjuanglah untuk meraih hidup kekal itu ! Perjuangan kita di dunia ini tidak sebanding dengan kehidupan kekal yang akan kita peroleh di surga kelak.Kita diciptakan sehakekat dengan Allah.Pikirkanlah itu selagi Anda masih di dunia ini.Saat kita meninggalkan dunia ini, kita tidak dapat lagi memilih,Tuhan yang akan menempatkan kita sesauai dengan kelakuan kita di dunia : Ke Surga kekal atau Ke Neraka kekal,sama-sama kekal adanya. (jmg).

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)