Latest News

Showing posts with label Ajaran Gereja Katolik. Show all posts
Showing posts with label Ajaran Gereja Katolik. Show all posts

Friday, November 15, 2013

Ex Cathedra dan dogma Infallibilitas

Paus Fransiskus pada kursi Keuskupannya di Katedral Agung Basilika Lateran
Istilah ex cathedra  berasal dari kata-kata bahasa Latin yang berarti �dari takhta Uskup�. Dari kata ini munculah kata Katedral, yang berarti kursi Uskup Diosesan/takhta Uskup yang berada di salah satu gedung gereja di sebuah Keuskupan. Istilah Katedral sudah ada sejak zaman Gereja perdana. Istilah ini sebenarnya hendak menggambarkan wewenang mengajar tertinggi didalam Gereja yang dimiliki oleh Paus selaku pemimpin dari para Uskup sedunia.

Dengan bertindak sebagai imam agung didalam Gereja, Paus adalah yang pertama dari antara yang sederajat (Primus Inter Pares) dan jabatan Paus sebagai penerus Apostolik dari St. Petrus meneruskan jabatan Petrus sendiri selaku pemimpin dari para Rasul. Sehingga ketika Paus mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara ex cathedra maka ajaran ini harus dilindungi dengan karunia Infallibilitas Paus. Infallibilitas Paus adalah ketidakdapatan sesat Paus selaku Wakil dari Yesus Kristus (Vicarius Christi) dan Imam Agung dari Gereja Universal dalam mendeklarasikan ajaran iman dan moral kepada umat beriman.

Karunia agung ini tidak hanya terletak pada jabatan Paus namun juga pada Magisterium (Kuasa Mengajar Gereja) salah satu dari pilar iman Gereja Katolik. Kristus sendirilah yang menganugerahkan karunia ini kepada GerejaNya. Kristus memberikan karunia ini secara istimewa untuk melindungi GerejaNya dari alam maut/kesesatan kepada Petrus dan para Rasul dengan kuasa �mengikat dan melepaskan� (Mat 16:18).

Infabillitas Paus menurut definisi dari Konsili Vatikan I dan II
Ungkapan ex cathedra digunakan oleh Konsili Vatikan  I dalam merumuskan Infallibilitas Paus: �Oleh karena itu, dengan setia berpegang pada tradisi yang diterima dari awal agama Kristiani � kami mengajarkan dan merumuskan bahwa adalah suatu dogma yang diwahyukan Allah bahwa, apabila berbicara ex cathedra, Imam Agung Romawi memiliki Infabillitas yang dijanjikan kepadanya dalam diri Santo Petrus dan dengan itu Penebus ilahi mau membantu GerejaNya dalam merumuskan ajaran iman dan moral. Imam Agung Romawi ini berbicara ex cathedra apabila ia mengamalkan tugasnya sebagai gembala dan guru semua orang Kristiani dan dengan wewenang apostolic tertinggi serta bantuan ilahi, merumuskan suatu ajaran iman dan moral yang harus dipatuhi oleh seluruh Gereja. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan Imam Agung Romawi seperti itu sedari hakikatnya tidak dapat diubah dan tidak tunduk pada persetujuan Gereja. � (Konstitusi Dogmatis, Pastor Aeternus, Bab IV, paragraph 11).

Sedangkan Konsili Vatikan II didalam dokumen Lumen Gentiumnomor 25 mengajarkan:

�Adapun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus Ilahi dimiliki Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputi seluruh perbendaharaan Wahyu Ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dan diuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan  saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif.�

�Akan tetapi, bila Imam Agung di Roma atau badan para Uskup bersama dengan beliau menetapkan ajaran, itu mereka kemukakan sesuai dengan Wahyu sendiri, yang harus dipegang teguh oleh semua orang yang menjadi pedoman hidup mereka. Wahyu itu secara tertulis atau melalui secara tradisi secara utuh diteruskan melalui pergantian para Uskup yang sah, dan terutama berkat usaha Imam Agung di Roma sendiri. Berkat cahaya Roh Kebenaran wahyu itu dalam Gereja dijaga dengan cermat dan diuraikan dengan setia.�

Secara sederhana, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu pernyataan Paus dapat dipandang ex cathedra dan dilindungi oleh Infallibilitas Paus yaitu:
1. Pernyataan tersebut harus universal, yakni dibuat oleh Paus sebagai gembala agung dan guru untuk seluruh Gereja, bukan hanya untuk sebagian dari Gereja.
2. Pernyataan tersebut harus berkaitan dengan masalah iman dan moral.
3. Pernyataan tersebut harus diajarkan secara definitif.

Beberapa kesalahpahaman dalam memahami dogma Infallibilitas
Infallibilitas bukanlah suatu ajaran yang beraliran tenang dalam artian bahwa setiap orang menerimanya, tidak jarang bahwa Infallibilitas sering kali disalahartikan bahkan disalahgunakan oleh sejumlah pihak yang membenci Gereja Katolik. Infallibility (ketidakdapatan sesat) seringkali disalahartikan dengan impeccability (ketidakdapatan berdosa). Mereka mengartikan bahwa Paus yang tidak dapat salah dalam mengajarkan dogma iman dan moral didalam Gereja maka secara otomatis ia pun tidak dapat berdosa atau dilindungi dari dosa karena jabatannya sebagai seorang Paus. Kesalahpahaman ini sebenarnya menyinggung masa kegelapan yang pernah dilintasi oleh Gereja Katolik di masa lalu dimana tidak sedikit Paus, yang berbuat buruk dan tidak bermoral. Sebagai contoh yaitu Paus Alexander VI yang dikenal sebagai Paus yang hidup berfoya-foya, memperkaya dirinya sendiri dan keponakannya Alexander Borgia bahkan sampai memiliki istri dan memperoleh beberapa anak.

Gereja Katolik secara terbuka mengakui dan sadar akan perbuatan buruk yang dilakukan oleh beberapa Paus namun apabila ditelaah kembali, ketika beberapa Paus yang berbuat bejat tersebut mendeklarasikan ajaran iman dan moral, tak pernah sekalipun ajaran tersebut jatuh dalam kesesatan atau didalamnya tercantum suatu kalimat yang salah sehingga mengacu pada konsep pemahaman yang keliru. Ini semua sebagai bukti bahwa Paus itu bisa salah contohnya salah menghitung, berkata-kata dan terutama berbuat dosa karena Paus bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. 

Namun ketika Paus mengumumkan suatu ajaran tentang iman dan moral secara ex cathedra maka perbuatannya itu berada dibawah naungan dari Roh Kudus sendiri, sehingga ajaran tersebut tidak dapat salah. Dilain kesempatan pula, dogma ini tak luput juga dari serangan beberapa kaum yang sebenarnya tidak memahami secara keseluruhan dari dogma ini. Salah satu diantaranya adalah penentangan St. Paulus terhadap St. Petrus (Galatia 2:11-15) harus diperhatikan bahwa sikap Paulus dalam menentang St. Petrus ini bukanlah karena ajaran Petrus yang tidak sesuai dengan Iman Kristen, tetapi sikapnya yang tidak konsisten dalam menerapkan keputusan Konsili Yerusalem mengenai kesamaan kedudukan kaum Yahudi yang bersunat dan sebaliknya. Sebab sebagai manusia Petrus dan penerusnya (para Paus) bisa salah, namun yang tidak bisa salah adalah ketika ia mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara definitif yang berlaku untuk Gereja Universal.

Perlu diketahui pula bahwa tidak seluruhnya dari semua pernyataan ex cathedra dimaklumkan sebagai dogma, dalam beberapa dekade terakhir hanya ada dua dogma yang dirumuskan oleh Paus yaitu dogma Maria Dikandung Tanpa Noda oleh Paus Pius IX pada tahun 1854 dan dogma Maria Diangkat Ke Surga, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1950. Dengan demikian sebagai umat Katolik, kita tidak perlu ragu dalam mempercayai seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik, karena seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik berasal dari inspirasi dari Roh Kudus sendiri dan kita harus percaya pula bahwa Kristus tidak akan pernah membiarkan Gereja yang didirikan-Nya sendiri jatuh dalam kesesatan (Mat 16:18) karena Ia akan membimbing Gereja-Nya sampai pada akhir zaman (Mat 28:20).

Dominus illuminatio mea!

Friday, September 27, 2013

Paus Fransiskus Ekskomunikasi Imam Melbourne

Sebuah artikel mengenai berita singkat tentang Paus Fransiskus yang mengekskomunikasi seorang Imam dari Keuskupan Agung Melbourne bernama Grey Renold. Berita ini mungkin mengejutkan beberapa pihak karena Paus Fransiskus begitu dikenal dengan kepribadiannya yang rendah hati, namun dibalik sifatnya tersebut, Paus Fransiskus memiliki sifat yang amat tegas dan taat pada Iman Katolik, berikut artikel terjemahannya yang diambil dari The Age Victoria.



Seorang Imam pembangkang bernama Greg Reynolds telah dipecat dari jabatannya sebagai seorang Imam dan diekskomunikasi karena telah mendukung terciptanya Imam berjenis kelamin wanita dan gay � Pater Greg dipercaya sebagai Imam pertama yang pernah di ekskomunikasi di Melbourne.

Perintah ekskomunikasi ini pun datang langsung dari Vatikan, dan tanpa adanya permintaan dari Uskup Agung Melbourne, Denis Hart. Melihat hal ini, Greg tampaknya menyindir bahwa pemecatan dirinya awalnya bersifat pengaduan secara sembunyi-sembunyi yang merupakan teknik terbaik dari inkuisisi.

Dokumen Ekskomunikasi tersebut ditulis dalam bahasa Latin dan tanpa disertai dengan keterangan. Berita ekskomunikasi ini tertanda pada 31 Mei 2013 yang lalu, dengan hal ini yang dapat disimpulkan bahwa, dibawah otoritas dari Paus Fransiskus yang menjadi topik utama pada hari Kamis 19 Mei 2013 lalu, ia (Paus Fransiskus) menyerukan gereja yang kurang aturan dan terlalu terobsesi.

Pater Reynolds, yang mengundurkan diri sebagai Pastor Paroki pada tahun 2011 lalu dikemudian hari pada tahun 2012 mendirikan sebuah organisasi bernama �Katolik Inklusif�, mengatakan bahwa ia mungkin saja akan dipecat dari jabatannya sebagai Imam namun tidak akan diekskomunikasi. Namun hal tersebut, tentu tidak akan mengubah apa yang telah dilakukannya.

�Pada masa lalu ekskomunikasi adalah sesuatu yang bersifat besar, namun kini Hirarki (Gereja Katolik) telah kehilangan kepercayaan dan kehormatan.� ujarnya

''Aku hadir dalam posisi ini karena saya telah mengikuti hati nurani saya tentang tahbisan wanita dan pernikahan gay. ''

Menurut Ajaran Gereja, ekskomunikasi adalah sebuah sanksi terkuat dan dengan hal ini dapat dipastikan bahwa seseorang tidak dapat memegang jabatan atau menerima Sakramen apapun.

Media Fairfax memahami bahwa kasus ini dapat menyebabkan dampak bagi imam-imam Melbourne lainnya.

Uskup Agung Hart secara luas dikritik setelah penampilannya pada kasus penyelidikan di Victoria, mengenai bagaimana gereja menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak, dan ketika ia menjawab pertanyaan tentang mengapa gereja membutuhkan rentang waktu hampir 18 tahun, untuk meminta Vatikan untuk memecat jabatan Imamat, Pater Desmond Gannon (tersangka pelaku Pedofilia), Hart hanya mengatakan �lebih baik terlambat daripada terlambat sama sekali.�

Seperti penghapusan Uskup Bill Morris dari Toowoomba, Vatikan bergerak relatif jauh lebih sigap ketimbang Pater Renold mengenai imam perempuan .

Pater Reynolds mengatakan bahwa, ia dipanggil untuk memenuhi Dekan dari Katedral St Patrick , John Salvano , pengacara kanonik , untuk membahas beberapa isu '' '' pada Rabu pagi.

Ketika ia tiba , Pater Salvano menerjemahkan dokumen untuknya:

''Dia mengatakan kepada saya bahwa Uskup Hart tidak melakukan hal ini, namun seseorang yang tidak diketahui telah mengirimkan notifikasi kepada Kongregasi Doktrin Iman.�

'' Vatikan tidak pernah menghubungi saya , dan hal itu tidak memberikan penjelasan lebih lanjut."

Pater Reynolds tidak memiliki sepeser uang ketika ia mengundurkan diri sebagai imam Melbourne, dan kemudian ditawarkan uang senilai $ 5.000 sebagai pembayaran selama 32 tahun pengabdiannya , meskipun ia mengatakan angka biasa adalah sekitar $ 1500 per tahun layanan - dalam kasusnya, $ 48.000. Negosiasi pun terus-menerus berlanjut.

Uskup Agung Hart mengatakan bahwa Pater Reynolds diekskomunikasi, disebabkan oleh fakultas dimana Pater Renolds menempuh pendidikan terus menentang Pater Renolds yang tetap merayakan Perayaan Ekaristi dan memberitakan ajaran yang bertentangan dengan ajaran Gereja.

Pater Reynolds bukanlah Katolik Australia pertama yang diekskomunikasi. Yang paling terkenal adalah Suster Mary MacKillop, yang dikucilkan oleh uskup setempat tapi kembali pada tahun 2010. 

Mari kita doakan Greg Reynold. Dominus illuminatio mea!

Sunday, August 11, 2013

Misa Tridentina dan Novus Ordo

Misa Latin Tradisional/ Misa Tridentina
Banyak umat Katolik zaman sekarang, yang kini tidak mengenal lagi Misa Latin Tradisional (Usus Antiquor atau Tridentina), dengan mendengar namanya saja orang-orang akan berpikir bahwa Misa Latin Tradisional adalah Misa yang kuno dan sudah tidak dirayakan lagi setelah Konsili Vatikan II sehingga yang dirayakan oleh Gereja Latin hanyalah Misa Forma Novus Ordo dan menghapus keberadaan Misa Tridentina. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai perbedaan dari kedua format Misa tersebut dalam Perayaan Ekaristi.
Secara garis besar terdapat 2 format cara perayaan Ekaristi dalam Ritus Latin:

1) Misa Tridentina/Usus Antiquor (Forma Ekstraordinaria)
Misa Tridentine adalah tata cara perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja Roma sebelum Konsili Vatikan II, yang dipromulgasikan setelah Konsili Trente (1545-1563). Liturgi Misa Tridentina sendiri telah masuk dalam edisi 1570-1962 didalam Roman Missal, berdasarkan Bulla Quo Primus oleh Paus Pius V.

2) Misa Novus Ordo (Forma Ordinaria)
Misa Novus Ordo adalah tata cara Perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja Roma setelah Konsili Vatikan II, yang dipromulgasikan oleh Paus Paulus VI salah satu dari 4 Paus Pemimpin Konsili Vatikan II. Terbentuknya Misa Forma Novus Ordo ini dilatar belakangi oleh kejadian sekitar abad 19-20 yang dimana pada masa tersebut, terjadilah sebuah gerakan liturgis yang menuntut terjadinya keikutsertaan awam dalam Liturgi Gereja. Untuk maksud partisipasi umat secara aktif inilah, Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Liturgi (Sacrosanctum Concillium/ SC), menetapkan bahwa di samping bahasa Latin, dimungkinkannya digunakannya bahasa setempat/ vernakular dimana Perayaan Ekaristi dirayakan (lih. SC 36), agar umat dapat memahami makna perayaan Ekaristi dengan lebih mudah dan mendalam (karena Misa Tridentina hanya menggunakan Bahasa Latin dalam perayaannya).

Sehingga terjadilah perkembangan dari Misa Tridentine ke Misa Novus Ordo, maka penyesuaian liturgi dinyatakan dalam Konstitusi tentang Liturgi, Sacrosanctum Concilium, 50, Konsili Vatikan II menyatakan:
�Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga lebih jelaslah makna masing-masing bagiannya serta hubungannya satu dengan yang lain. Dengan demikian Umat beriman akan lebih mudah ikut-serta dengan khidmat dan aktif. Maka dari itu hendaknya upacara-upacara disederhanakan, dengan tetap mempertahankan hal-hal yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semua pengulangan dan tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan sejarah. Sedangkan beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis waktu, hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah semasa para Bapa Gereja, bila itu nampaknya memang berguna atau perlu.�
Perbedaan umum antara Misa Tridentine dan Misa Novus Ordo
Secara umum, terdapat dua perbedaan secara �ordinari� (bagian yang tidak berubah) dan proper (bagian yang berubah) antara Misa Tridentine dan Novus Ordo. Pertama, secara ordinari dapat dilihat dengan jelas bahwa Misa Tridentina begitu banyak memohon doa dari para Malaikat dan orang kudus (seperti yang tercantum dalam doa tobat �versi Tridentine�) dan banyak pula mengisi hampir dari struktur Perayaan Ekaristi dengan doa-doa yang diambil dari kitab Mazmur (seperti doa dikaki Altar) dan dinyatakan begitu ekspresif oleh pelayan Liturgi. Sedangkan dalam Misa Novus Ordo, Perayaan Ekaristi begitu terfokus kepada Allah Trinitas dan amat sedikit menyebut nama Maria, para Malaikat dan orang kudus meskipun tidak seluruhnya dan terkesan bahwa Novus Ordo lebih sederhana daripada dari Misa Tridentina. 

Misa Novus Ordo oleh Paus Fransiskus
Sedangkan secara proper, pada Misa Tridentine hanya terdapat dua bacaan, satu dari surat- surat para Rasul di Perjanjian Baru (cth Kisah Para Rasul, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika) dan satu lagi yang diambil dari ke 4 kisah Injil. Misa Tridentine pun hanya menggunakan satu siklus bacaan setahun. Sedangkan pada Novus Ordo, dalam Perayaan Ekaristi mingguan terdapat 3 bacaan, satu dari Perjanjian Lama, kedua dari surat-surat para Rasul dalam Perjanjian Baru dan ketiga diambil dari ke 4 Kisah Injil dan didalam Misa Novus Ordo terdapat tiga jenis siklus bacaan (Tahun A,B,C) yang digilir dalam selang 3 tahun. Hal ini untuk mendukung penyesuaian kalender liturgis agar sesuai dengan masa/ perayaan yang sedang diperingati secara keseluruhan.

Selanjutnya yaitu mengenai tata cara hadap-imam dalam Perayaan Ekaristi yang dalam Forma Tridentina (menghadap ke Timur/Tabernakel) sedangkan Novus Ordo (menghadap ke arah umat beriman), dalam konteks ini Paus Paulus VI dalam Konstitusi Apostolik Missale Romanum (silahkan klik), menjelaskan bahwa prinsip dasar direvisi tata cara Missale adalah agar:

1) Ritus Misa disusun dengan seksama agar dapat mengekspresikan dengan lebih mendalam lagi hal-hal kudus yang terkandung didalamnya.

2) Ritus Misa direvisi sehingga hakekat dan maksud dasar dari bagian-bagiannya, dan juga hubungan antara bagian-bagian tersebut, dapat lebih jelas dinyatakan dan sehingga partisipasi khidmat dan aktif dari umat beriman dapat tercapai dengan lebih mudah.

3) Harta Rohani dalam Kitab Suci dibukakan dengan lebih limpah, sehingga kekayaan ini dapat disampaikan kepada umat dalam liturgi Sabda.

4) Sebuah ritus untuk konselebrasi harus disusun dan dimasukkan ke dalam Missale.

Maka pembaharuan liturgi yang dilakukan oleh Paus Paulus VI ini bertujuan agar umat dapat semakin mendalami dan sekaligus aktif dalam doa-doa Liturgi Gereja. Perubahan arah hadap Imam sendiri, tidak disebutkan secara eksplisit dan juga tidak ditegaskan apakah hal tersebut adalah mutlak dan tidak bisa diubah oleh Missale Romanum. Namun perubahan arah hadap imam ini baru dapat disimpulkan setelah kita membaca PUMR (Pedoman Umum Missale Romawi) yang menjelaskan lebih lanjut, baik sikap imam (lih. PUMR, 124) maupun tata perletakan altar (PUMR, 299).

Perihal mengenai imam menghadap ke altar/ tabernakel memang terkesan mencerminkannya sebagai pemimpin ibadah dan atas nama umat mempersembahkan kurban kepada Allah. Namun dengan posisi imam menghadap ke umat, juga sesungguhnya tidak mengubah kaedah tersebut. Setelah promulgasi Misa Novus Ordo ini, Paus Paulus VI tetap mengizinkan Misa Latin Tradisional dirayakan di berbagai tempat termasuk Inggris dan Wales. Dua imam kudus yang terkenal, St. Josemaria Escriva dan St. Padre Pio juga masih tetap merayakan Misa Latin Tradisional hingga akhir hayatnya.
 
Misa bentuk luarbiasa forma ekstraordinaria oleh MGR. Luciano Giovanetti
Selanjutnya, Paus Emeritus Benediktus XVI dalam surat apostoliknya, Summorum Pontificum menegaskan bahwa pada intinya, yang dikehendaki oleh Konsili Vatikan II adalah agar penghormatan yang khidmat dari penyembahan ilahi harus diperbaharui dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. Sehingga, harap diketahui bahwa kedua Tata Perayaan Ekaristi Tridentine maupun Novus Ordo merupakan Tata Perayaan Misa yang sah dalam Gereja Latin. 

Paus Em. Benediktus XVI sendiri melalui Summorum Pontificum tahun 2007 juga memberikan kemungkinan kepada perayaan misa dengan cara Misa Tridentine (menurut Paus Pius V, 1570). Seperti yang ditegaskannya �Karena itu, adalah diijinkan untuk merayakan Kurban Misa mengikuti edisi tipikal dari Misa Roma, yang dipromulgasikan oleh Beato Yohanes XXIII pada 1962 dan tidak pernah dibatalkan (abrogated), sebagai suatu bentuk luarbiasa dari Liturgi Gereja.�Yang artinya adalah, Misa Tridentina dan Novus Ordo merupakan kekayaan luar biasa Liturgi Gereja dalam Ritus Romawi, walaupun dirayakan dengan ekspresi yang berbeda, namun keduanya berasal dari ritus Romawi yang sama. Karena kedua perayaan Ekaristi yang berasal dari zaman Kristus dan para Rasul.

Di Indonesia, Perayaan Misa pada umumnya dilakukan dengan Misa Paulus VI/Novus Ordo, namun seperti telah disebutkan di atas, tidak mengurangi penghormatan ataupun makna Misa Kudus, tetapi malah ingin menjadikannya menjadi semakin agung walaupun diadakan dengan lebih sederhana.


Demikian, semoga ulasan singkat ini bermanfaat. Dominus illuminatio mea!

Thursday, June 20, 2013

Nama Santo Yosef Ditambahkan Di DSA

Pada hari Rabu, 19 Juni 2013, Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tertib Sakramen mengeluarkan dekrit tertanggal 1 Mei 2013 dan ditandatangani oleh Prefek dari Dicasteries itu, Antonio Canizares Kardinal Llovera, yang menetapkan bahwa, setelah Santa Perawan Maria, nama suaminya Santo Yosef juga dibacakan dalam Doa Syukur Agung II, III, dan IV.


"Umat beriman dalam Gereja Katolik", membaca dekrit tersebut, "telah menunjukkan devosi terus menerus kepada Santo Yosef dan telah sungguh-sungguh dan terus-menerus menghormati kenangannya sebagai suami tersuci dari Bunda Allah dan sebagai Pelindung surgawi dari Gereja semesta. Karena alasan ini Beato Paus Yohanes XXIII, pada hari-hari Konsili Ekumenis Vatikan II yang Mahakudus, mengeluarkan dekrit bahwa nama Santo Yosef ditambahkan pada Kanon Romawi kuno. Dalam menanggapi petisi-petisi yang diterima dari tempat-tempat di seluruh dunia, Paus Benediktus XVI menganggap petisi-petisi tersebut layak implementasi dan dengan anggun menyetujuinya. Paus Fransiskus juga baru-baru ini mengukuhkannya. Dalam hal ini para Paus memiliki di hadapan mata mereka persekutuan penuh Para Kudus yang, pernah berziarah di dunia ini, kini menuntun kita kepada Kristus dan mempersatukan kita dengan Dia".

�Sehubungan dengan teks Latin, rumusan-rumusan tersebut dengan ini dinyatakan khusus. Dengan sendirinya Kongregasi akan segera menyediakan terjemahan asli dalam bahasa-bahasa Barat yang lebih luas; mengenai bahasa-bahasa lain, terjemahan harus disiapkan oleh Konferensi Waligereja, menurut norma hukum, untuk dikukuhkan oleh Tahta Suci melalui Dikasteri ini�.

Berikut adalah rumusan-rumusannya:
Dalam Doa Syukur Agung II : �... ut cum be�ta Dei Genetr�ce V�rgine Mar�a, be�to Ioseph, eius Sponso, be�tis Ap�stolis....� (�.... yang bersama Santa Maria, Perawan dan Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul....�)
Dalam Doa Syukur Agung III:�.... cum beat�ssima V�rgine, Dei Genetr�ce, Mar�a, cum be�to Ioseph, eius Sponso, cum be�tis Ap�stolis....� (�..... bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul-Mu yang kudus.....�)
Dalam Doa Syukur Agung IV: �.....cum be�ta V�rgine, Dei Genetr�ce, Mar�a, cum be�to Ioseph, eius Sponso, cum Ap�stolis.....� (�.... bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul....�) (PS)

Diolah dari sumber : Radio Vatican; Zenith.org

Ditulis ulang oleh Katolisitas Indonesia dari admin sebuah page Katolik bersignature ~Dv

Thursday, June 6, 2013

Katolisisme Tidak Sama Dengan Latinisme


�Kita harus berjuang untuk memastikan bahwa Latinisme dan Katolisisme tidak lagi bersifat sinonim, bahwa Kekatolikan harus terbuka kepada setiap kebudayaan, setiap semangat, dan setiap bentuk organisasi yang selaras dengan kesatuan iman dan cinta kasih. Pada saat yang sama, dengan teladan kita sendiri, kita harus mendesak Gereja Ortodoks untuk mengakui bahwa persatuan [�] dengan Tahta Petrus dapat dicapai tanpa membuat mereka meninggalkan Ortodoksi- 

Yang Terberkati Maximos IV
Patriarkh Antiokhia, Alexandria dan Yerusalem untuk Gereja Katolik Melkite

Beberapa bulan ini saya telah membaca buku �Gereja Melkite Dalam Konsili Vatikan II� yang berisi berbagai pidato, intervensi, dan catatan Patriarkh Maximos sejak masa persiapan Konsili sampai pada penutupannya. Dalam masa-masa itu Maximos menunjukkan visinya yang tegas bahwa Katolisisme harus universal, Gereja Katolik tidak identik dengan Gereja Latin.


Memang benar bahwa dari 1,1 milyar umat Katolik, hampir seluruhnya adalah anggota Gereja Latin, dan Pengganti St. Petrus menggembalakan sebuah Keuskupan Ritus Latin dan pada umumnya ia menggunakan ritus Latin untuk merayakan Liturgi Suci yang dipimpinnya. Tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa Ritus Latin adalah Ritus utama Gereja, hal itu juga tidak berarti bahwa Gereja Latin adalah �Gereja utama� dalam Gereja Katolik. Sebaliknya, yang benar ialah Gereja Latin adalah satu dari 22 Gereja sui-iuris (otonom) yang membentuk Gereja Katolik dengan Uskup Roma sebagai kepala persekutuan.


Sejak berakhirnya Konsili Fireze (Florence) telah terjadi ketidakadilan dalam Gereja Katolik yang dimulai dengan penempatan para Kardinal Romawi secara lebih terhormat daripada para Patriarkh dalam Konsili-konsili dan dalam upacara-upacara resmi Gereja Katolik (pada Konsili Firence sendiri para Patriarkh masih diberi kehormatan lebih tinggi, namun sesudahnya barulah kekacauan itu dimulai).


Kekacauan ini kemudian merambat dari atas ke bawah dan berakhir pada Latinisasi besar-besaran terhadap Gereja-gereja Timur yang bersekutu dengan Roma. Seringkali Latinisasi ini terjadi karena sebagian Uskup dan Imam yang menjadi misionaris di daerah-daerah Timur secara salah menganggap bahwa Katolisisme identik dengan Latinisme dan mencurigai apa saja yang berbau Timur.


Kita bersyukur bahwa Roh Kudus tidak tinggal diam, perlahan-lahan para Paus bertindak menghentikan Latinisasi. Saat yang paling menentukan adalah Paus Leo XIII dengan ensiklik Orientalium Dignitas yang menjadi awal titik balik yang mencapai puncaknya pada Konsili Vatikan II yang memberi mandat kepada Gereja-gereja Timur untuk kembali kepada tradisinya yang asli dan memeliharanya.


Semua Paus pasca-Vatikan II menunjukkan penghormatan dan pengakuan terhadap tradisi-tradisi Timur; Paulus VI mengizinkan untuk tidak menggunakan �filiouqe� (dan Putera) pada Pengakuan Iman Nicaea-Konstantinopel yang dinyanyikan di Gereja-gereja Timur, Yohanes Paulus II menulis ensiklik Orientale Lumen yang mengakui kekayaan warisan rohani Gereja-gereja Timur dimana sebagai orang Polandia ia cukup dekat dengan Gereja-gereja Katolik Ritus Byzantine yang ada di negaranya.


Kembali ke Konsili Vatikan II, pada masa Konsili itu para Patriarkh Timur masih juga ditempatkan dalam urutan kehormatan sesudah para Kardinal Romawi. Patriarkh Maximos menentang urutan ini dan meminta agar tatanan kehormatan yang tradisional dan kuno dikembalikan. Sejumlah Uskup Latin menentangnya dan mengatakan bahwa Gereja Katolik Timur adalah �buatan� Paus dan karenanya para Patriarkhnya tidak layak diperlakukan seperti yang diatur dalam Konsili-konsili kuno. Patriarkh Maximos menjawab mereka (dengan perkataan yang merupakan perkataan favorit saya):


�5. Akhirnya, keberatan yang diajukan adalah saat yang wajar untuk mengakui keutamaan para Patriarkh Timur sebagaimana mereka miliki sebelum skisma adalah saat para Patriarkh �sejati� yaitu para Patriarkh Ortodoks menyetujui untuk membicarakan persatuan. Tetapi para Patriarkh Timur yang sekarang hadir di Konsili ini adalah buatan baru dari Tahta Suci, dan karenanya memberikan tingkatan dan kuasa itu tidaklah tepat.


- Konsep ini, yang menyangkal bahwa para Patriarkh Katolik Timur adalah pengganti yang legitim dari para pendahulu mereka di tahta masing-masing, adalah senjata baru para �latinis� yang digunakan untuk menentang para Katolik dari Ritus-ritus Timur. Malang bagi mereka, karena walaupun konsep ini mungkin akan diterima oleh para Ortodoks yang terpisah dari Roma, namun tidak dapat diterima oleh orang Katolik dan secara mutlak bertentangan dengan pemikiran para Paus sendiri.


Karena kami tidak dapat menyajikan begitu banyak teks-teks kepausan yang mendukung pandangan kami, kami hanya membatasi dengan mengajukan teks-teks yang berkaitan dengan Kepatriarkhan Antiokhia kami sendiri, yang saat dijabat oleh Cyril VI Tanas menyatakan persatuan dengan Roma tahun 1724. Saat utusan Paus menahtakannya pada tanggal 25 April 1730, utusan Paus mengakui dia sebagai �Patriarkh Antiokhia yang legitim.� (Masi, Vol 46. col, 189) Sementara itu Paus Benediktus XIV, dalam pidatonya pada konsistori 3 februari 1744, mengakui Cyril VI sebagai satu-satunya pejabat Tahta Ortodoks yang sejati di Antiokhia, dan mengatakan tentang Patriarkh tandingganya Sylvester �ia telah merampas tahta patriarchal� dan megatakan kepada para Melkite bahwa didalam mereka �sisa-sia terhormat dari Gereja Antiokhia, yang sebelumnya terkubur, telah bangkit kembali kepada kehidupan� (Ibid., col. 340)


Dalam surat tanggal 29 Februari 1744, yang ditujukan juga kepada Patriarkh Cyril, Benediktus XIV mengungkapkan dirinya dengan cara ini: �Sementara kami mengakui bahwa Gerea Antiokhia Yunani yang terhormat, telah terpisah dari tahta Roma untuk waktu yang lama karena sksma yang mengerikan dan dikendalikan oleh para Patriakh yang terjangkit wabah skisma, sekarang akhirnya telah diserahkan kepadamu hai saudara, untuk kau jaga sebagai gembalanya yang sah.� (Ibid. col. 341) Dan Paus melanjutkan dengan menyatakan bahwa ia sungguh bergembira karena ia kini dapat sekali lagi memasukkan nama Patriarkh Antiokhia ke dalam diptychs Gereja Roma. Dari semua ini, jelaslah bahwa, bagi para Paus, Kepatriarkan Katolik Melkite Yunani adalah kelanjutan yang sah dari suksesi Tahta Antiokhia. Karenanya hak dan keistimewaan yang sama adalah hak bagi para Patriarkhnya sebagaimana para pendahulu kuno mereka.

Keberatan lain dapat diajukan, dan akan mudah untuk menjawabnya. Jantung utama dari permasalahan ini adalah: haruskah Gereja Katolik pada masa kita secara murni dan sederhana mengakui perkembangan yang hanya terjadi dalam lingkungan Latin Barat yang memunculkan Kekardinalan, atau harusnya sekali lagi diadakan penyelarasan berbagai institusi modern Barat dengan institusi yang lebih kuno di Timur? Dengan kata lain, apakah Katolisisme adalah perluasan Latinisme yang bersifat menaklukkan? Ataukah Katolisime adalah institusi ilahi, supra-regional, supra-nasional dimana tradisi Timur dan Barat memiliki hak yang pada dasarnya sama? Masalah tingkatan para Patriarkh Timur bukanlah masalah keutamaan dan kemuliaan kosong. Tetapi, menunjukkan suatu pengembalian kepada konsep eklesiologi yang lebih otentik dan apostolik. 


Paus Pius XII dengan Patriarkh Antiokia, Maximos IV
Dalam sesi-sesi Konsili selanjutnya urutan kehormatan para Patriarkh dipulihkan dan terjadi perkembangan yang positif. Namun, sesudah Vatikan II terjadilah suatu perkembangan yang sangat negatif yaitu diangkatnya para Patriarkh Timur menjadi Kardinal. Pengangkatan ini pada umumnya disambut dengan ketidakpuasan dan kekecewaan di kalangan Timur, walaupun jalan tengah dapat diambil yaitu para Kardinal Patriakh tidak menerima gelar berupa dekanat, Paroki, atau Keuskupan di sekitar Roma.

Secara tradisional para Kardinal adalah pembantu Paus sebagai Patriarkh Gereja Latin. Dewan Kardinal terdiri terutama dari 6 orang Uskup yang menangani keuskupan-keuskupan pinggiran kota Roma yang pada awal abad pertengahan memiliki banyak penduduk dan para Uskupnya memiliki peranan penting namun pada masa ini enam keuskupan itu hanya menjadi daerah pinggiran yang sepi dan secara nyata tidak memiliki peran apa-apa. Selebihnya para Kardinal terdiri dari para Pastor di Paroki-paroki besar di kota Roma, dan para Diakon yang memimpin diskateri-diskateri (komisi-komisi) Keuskupan. 


Sementara saya tidak keberatan seorang Patriarkh Timur mengikuti konklaf (sementara beberapa orang Katolik Timur merasa aneh jika Patriarkh mereka harus terlibat dalam pemilihan Patriarkh Gereja Roma) dan bahkan merasa sangat perlu para Patriarkh Timur mengikuti konklaf, sangatlah tidak tepat jika mereka diangkat menjadi Kardinal Romawi. Tampaknya jauh lebih tepat dan lebih baik jika aturan konklaf (pemilihan Paus) diubah menjadi konklaf diikuti oleh para Kardinal Romawi dan semua kepala Gereja-gereja sui iuris dalam Gereja Katolik. Dibalik persoalan Kardinal ini, masalah sebenarnya adalah sama seperti yang diungkapkan Patriarkh Maximos yaitu eklesiologi yang terlalu berorientasi kepada Gereja Latin.


Pidato Maximos IV dan pengangkatan para Patriarkh sebagai Kardinal menunjukkan bahwa kesetaraan antara Gereja Latin dan Gereja-gereja Timur sebagai sesama Gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik belum dicapai sepenuhnya.


Ditulis ulang dari tulisan Frater Daniel Pane.CSE dengan beberapa penambahan.

Thursday, May 30, 2013

Kutipan Paus Roma Terhadap Dogma EENS

Berikut adalah kutipan beberapa Paus Roma terhadap Dogma EENS (Extra Ecclesiam Nulla Sallus). Beberapa artikel tentang Dogma EENS bisa dibaca disini (silahkan klik)
Pope Pelagius II (A.D. 578 - 590): "Consider the fact that whoever has not been in the peace and unity of the Church cannot have the Lord. ...Although given over to flames and fires, they burn, or, thrown to wild beasts, they lay down their lives, there will not be (for them) that crown of faith but the punishment of faithlessness. ...Such a one can be slain, he cannot be crowned. ...[If] slain outside the Church, he cannot attain the rewards of the Church." (Denzinger 246-247) "Mempertimbangkan fakta bahwa siapapun yang tidak berada dalam damai dan kesatuan dengan Gereja tidak bisa mendapatkan Tuhan... Meskipun dilemparkan dalam api membara yang membakar mereka, atau dilemparkan ke binatang buas, mereka menyerahkan nyawa [pada binatang buas tersebut], tidak akan ada mahkota Iman (bagi mereka ini), tapi hanya ada penghukuman atas ke-tak-ber-iman-an... Begitu pula seseorang bisa terbantai tapi dia tidak bisa mendapatkan mahkota ... [Bila] dia dibantai diluar Gereja, dia tidak dapat mendapatkan hadiah dari Gereja.  


Pope Saint Gregory the Great (A.D. 590 - 604): "Now the holy Church universal proclaims that God cannot be truly worshipped saving within herself, asserting that all they that are without her shall never be saved." (Moralia) "Sekarang Gereja Kudus universal menyatakan bahwa Allah tidak bisa disembah dengan layak tanpa berada dalam dirinya (nya = Gereja), bahwa mereka yang berada tanpa dia (dia = Gereja) tidak akan pernah selamat  

Pope Innocent III (A.D. 1198 - 1216): "With our hearts we believe and with our lips we confess but one Church, not that of the heretics, but the Holy Roman Catholic and Apostolic Church, outside which we believe that no one is saved." (Denzinger 423) "Dengan hati kita, kita percaya dan dengan bibir kita, kita mengaku akan satu Gereja bukan yang berasal dari penganut ajaran sesat, tapi Gereja Katolik Roma yang Kudus dan Apostolik, yang diluarnya (nya = Gereja) kita percaya bahwa tidak ada satupun yang selamat"  

Pope Innocent III and Lateran Council IV (A.D. 1215): "One indeed is the universal Church of the faithful outside which no one at all is saved..." "Inilah satu-satunya Gereja universal dari semua umat, yang diluarnya tidak ada satupun yang selamat..."  

Pope Boniface VIII in his Papal Bull Unam Sanctam(A.D. 1302): "We declare, say, define, and pronounce that it is absolutely necessary for the salvation of every human creature to be subject to the Roman Pontiff." "Kami mendeklarasikan, mengatakan, mendefinisikan dan mengumumkan bahwa sangatlah perlu sekali bagi keselamatan seluruh umat manusia untuk menjadi subyek dari Paus Roma."  

Pope Eugene IV and the Council of Florence (A.D. 1438 - 1445): "[The Holy Roman Church] firmly believes, professes, and proclaims that those not living within the Catholic Church, not only pagans, but also Jews and heretics and schismatics cannot become participants in eternal life, but will depart `into everlasting fire which was prepared for the devil and his angels' (Matt. 25:41), unless before the end of life the same have been added to the flock; and that the unity of the ecclesiastical body is so strong that only to those remaining in it are the sacraments of the Church of benefit for salvation, and do fastings, almsgiving, and other functions of piety and exercises of Christian service produce eternal reward, and that no one, whatever almsgiving he has practiced, even if he has shed blood for the name of Christ, can be saved, unless he has remained in the bosom and unity of the Catholic Church." "Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  

Pope Leo XII (A.D. 1823 - 1829): "We profess that there is no salvation outside the Church. ...For the Church is the pillar and ground of the truth. With reference to those words Augustine says: `If any man be outside the Church he will be excluded from the number of sons, and will not have God for Father since he has not the Church for mother.'" (Encyclical, Ubi Primum) "Kita meyakini bahwa tidak ada keselamatan diluar Gereja. ... Karena Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. Dengan merujuk ke kata-kata tersebut Agustinus berkata: 'Jika seorang berada diluar Gereja dia akan dikucilkan dari para putra, dan tidak akan mempunyai Allah sebagai Bapa karena dia tidak mempunyai Gereja sebagai ibu  

Pope Gregory XVI (A.D. 1831 - 1846): "It is not possible to worship God truly except in Her; all who are outside Her will not be saved." (Encyclical, Summo Jugiter) "Tidaklah mungkin untuk menyembah Tuhan secara benar kecuali didalamnya (nya = Gereja); semua yang berada di luarnya (nya = Gereja) tidak akan selamat."  

Pope Pius IX (A.D. 1846 - 1878): "It must be held by faith that outside the Apostolic Roman Church, no one can be saved; that this is the only ark of salvation; that he who shall not have entered therein will perish in the flood." (Denzinger 1647) "Ini haruslah diyakini sebagi Iman bahwa diluar Gereja Roma yang Apostolik, tidak ada yang bisa selamat; [Gereja] ini adalah satu-satunya bahtera keselamatan; dia yang tidak masuk didalamnya (nya = bahtera = gereja) akan musnah dalam banjir."  

Pope Leo XIII (A.D. 1878 - 1903): "This is our last lesson to you; receive it, engrave it in your minds, all of you: by God's commandment salvation is to be found nowhere but in the Church." (Encyclical, Annum Ingressi Sumus) "Ini adalah ajaran terakhir kami bagi kamu; terimalah, torehkanlah di pikiran kamu, kamu semuanya; Berdasarkan perintah Allah, keselamatan tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali didalam Gereja."  

Pope Saint Pius X (A.D. 1903 - 1914): "It is our duty to recall to everyone great and small, as the Holy Pontiff Gregory did in ages past, the absolute necessity which is ours, to have recourse to this Church to effect our eternal salvation." (Encyclical, Jucunda Sane) "Adalah tugas kita untuk mengingatkan pada semua orang, besar dan kecil, seperti yang dilakukan Paus suci Gregory di jaman terdahulu, kepentingan absolut yang ada pada kita, untuk memasrahkan pada Gereja ini, keselamatan abadi kita."  

Pope Benedict XV (A.D. 1914 - 1922): "Such is the nature of the Catholic faith that it does not admit of more or less, but must be held as a whole, or as a whole rejected: This is the Catholic faith, which unless a man believe faithfully and firmly, he cannot be saved." (Encyclical, Ad Beatissimi Apostolorum) "Begitulah sifat dari iman Katolik bahwa [iman ini] tidak hanya mengakui lebih atau kurang, tapi harus diyakini secara penuh atau secara penuh ditolak: Ini adalah iman Katolik, yang kalau seseorang tidak mempercayai dengan iman dan tegas, dia tidak bisa diselamatkan."  

Pope Pius XI (A.D. 1922 - 1939): "The Catholic Church alone is keeping the true worship. This is the font of truth, this is the house of faith, this is the temple of God; if any man enter not here, or if any man go forth from it, he is a stranger to the hope of life and salvation. ...Furthermore, in this one Church of Christ, no man can be or remain who does not accept, recognize and obey the authority and supremacy of Peter and his legitimate successors." (Encyclical, Mortalium Animos) "Hanya Gereja Katoliklah yang mempunyai penyembahan yang sejati. Inilah wadah kebenaran, inilah rumah iman, inilah kuil Allah; Bila ada orang yang masuk tidak disini, atau bila ada orang yang keluar darinya, dia akan menjadi asing terhadap hidup dan keselamatan. ... Lebih lanjut, didalam satu-satunya Gereja Kristus ini, tidak ada orang yang bisa berada didalamnya tanpa menerima, mengakui dan mematuhi otoritas dan supremasi dari Petrus dan penerusnya yang sah."  

Pope Pius XII (A.D. 1939 - 1958): "By divine mandate the interpreter and guardian of the Scriptures, and the depository of Sacred Tradition living within her, the Church alone is the entrance to salvation: She alone, by herself, and under the protection and guidance of the Holy Spirit, is the source of truth." (Allocution to the Gregorian, October 17, 1953) "Atas mandat Ilahi penafsir dan penjaga Kitab Suci, dan penyimpan Tradisi Suci yang hidup didalamnya (nya = Gereja), hanya Gerejalah pintu masuk keselamatan: Hanya dialah (dia = Gereja), oleh dirinya (nya = Gereja) sendiri, dan dibawah perlindungan dan tuntunan Roh Kudus, adalah sumber kebenaran."  

Pope John XXIII (A.D. 1958 - 1963) "How beautiful is the Church of Christ, the 'fold of the sheep!' Into this fold of Jesus Christ no man may enter unless he be led by the Sovereign Pontiff, and only if they be united to him can men be saved." "Sebagaimana indahnyakah Gereja Kristus, 'sarang para domba!' Kedalam sarang dari Yesus Kristus ini tidak seorangpun bisa masuk kecuali kalau dia dipimpin oleh Paus Utama, dan hanya jika mereka disatukan dengan dia (Gereja) manusia bisa diselamatkan." "Outside the true Catholic Faith no one can be saved, so help me God!" "Diluar Iman Katolik yang sejati tidak ada seorangpun yang bisa selamat, tolonglah aku tuhan!" 



Pope Paul VI (A.D. 1963 - 1978) [color=darkred]"The means of salvation and sanctification are known by all men, and are necessary to everyone who wishes to be saved." "Alat untuk keselamatan dan pengudusan sudah diketahui oleh manusia, dan sangat penting bagi mereka yang ingin selamat."  

Pope John Paul I (A.D. 1978) St Paul asked: "Who are you, Lord?" �"I am that Jesus whom you are persecuting". A light, a flash, crossed his mind. I do not persecute Jesus, I don't even know him: I persecute the Christians. It is clear that Jesus and the Christians, Jesus and the Church are the same thing: indissoluble, inseparable. Read St Paul: "Corpus Christi quod est Ecclesia". Christ and the Church are only one thing. Christ is the Head, we, the Church, are his limbs. It is not possible to have faith and to say, "I believe in Jesus, I accept Jesus but I do not accept the Church." We must accept the Church, as she is. (General Audience, September 13,1978) St. Paulus bertanya: "Siapakah engkau Tuhan?" � "Aku adalah Yesus yang kau aniaya". Sebuah kilasan, sebercik sinar, menerjang pikirannya. Aku tidak menganiaya Yesus, aku bahkan tidak kenal dia: Aku menganiaya umat Kristen. Jelaslah disini bahwa Yesus dan umat Kristen, Yesus dan Gereja adalah satu hal yang sama: tidak terberaikan, tidak terpisahkan. Baca St. Paulus: "Corpus Christi quod est Ecclesia". Kristus dan Gereja adalah satu. Kristus adalah Kepala, kita, Gereja, adalah organ-organnya. Tidaklah mungkin untuk mempunyai iman dan berkata, "Aku mempercayai Yesus, aku menerima Yesus tapi aku tidak menerima Gereja." Kita harus menerima Gereja sebagai apa adanya. "The ship of the Church is guided by Christ and by His Vicar... It alone carries the disciples and receives Christ. Yes, it is tossed on the sea, but outside one would perish immediately. Salvation is only in the Church; outside it one perishes." (First Allocution, August 27, 1978, L'Osservatore Romano, August 28,29, 1978.) "Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya... Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap."  


Pope John Paul II (A.D. 1978 - 2005) "The mystery of salvation is revealed to us and is continued and accomplished in the Church, and from this genuine and single source, like 'humble, useful, precious and chaste' water it reaches the whole world. Dear young people and members of the Faithful, like Brother Francis we have to be conscious of and absorb this fundamental and revealed truth contained in the phrase consecrated by tradition: there is no salvation outside the Church. From Her alone there flows surely and fully the life giving force destined in Christ and in His Spirit, to renew the whole of humanity, and therefore directing every human being to become a part of the Mystical Body of Christ." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.) "Misteri keselamatan dinyatakan kepada kita dan diteruskan dan tercapai didalam Gereja, dan dari sumber yang asli dan satu-satunya ini, bagaikan air yang 'rendah hati, berguna, berharga, dan murni' misteri ini mencapai dunia. Para muda dan umat tercinta, seperti Brother Francis kita harus sadar akan dan menyerap kebenaran fundamental yang diwahyukan ini, yang terkandung didalam kata-kata yang di sucikan oleh tradisi: Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." "We are the guardians of something given, and given to the Church universal, something which is not the result of reflection, however competent, on cultural and social questions of the day, and is not merely the best path among many, but the one and only path to salvation." (John Paul II, "I Confirm You to Truth," Address to Joint Assembly of the U. S. Archbishops and the Department Heads of the Roman Curia, March 11, 1989, The Pope Speaks, 34 (September/October, 1989), pp. 254-55.) "Kita adalah penjaga dari sesuatu yang diserahkan, dan diserahkan ke Gereja universal; sesuatu yang bukan dihasilkan dari refleksi, bagaimanapun kompetennya, atas pertanyaan kultural dan sosial akhir-akhir ini, dan bukan hanya jalan terbaik diantara banyak jalan, tapi satu-satunya jalan keselamatan."
ekaristi.org 

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)