Latest News

Showing posts with label Dasar Iman Katolik. Show all posts
Showing posts with label Dasar Iman Katolik. Show all posts

Sunday, November 24, 2013

"Setelah Tahun Iman, bagaimana...?"

Mgr. Petrus Boddeng Timang
Paus Benediktus XVI dalam surat Apostolik Porta Fidei (Pintu kepada Iman) tertanggal 11 Oktober 2011 mencanangkan Tahun Iman yang berlanggsung dari tanggal 11 Oktober 2011 sampai tanggal 24 November 2013. Tanggal 11 Oktober 2012 adalah hari ulang tahun ke-50 Konsili Vatikan II juga ulang tahun ke-20 terbitnya buku Katekismus Gereja Katolik (KGK). 


Konsili Vatikan II menegaskan dan memberikan pengarahan kepada Gereja dalam proses Pembaharuan Diri (aggiornamento) yang sesungguhnya sudah dimulai sejak awal abad ke-20, sedangkan Katekismus Gereja Katolik (KGK), buah sejati Konsili Vatikan II, dimaksudkan sebagai saran bantu untuk katekese umat untuk membeberkan kepada segenap umat beriman gambaran tentang kekuatan dan keindahan iman kepercayaan kita.

Pada tahun 1976, untuk memperingati 1900 tahun wafatnya Rasul Petrus dan Paulus sebagai martir, Paus Paulus VI sudah memaklumkan Tahun Iman untuk mengajak seluruh Gereja memulihkan kembali pemahaman yang tepat atas iman kepercayaan Katolik sehingga dengan demikian juga menguatkan, memurnikan dan mengakuinya. Dengan demikian umat Katolik, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, dapat memberikan kesaksian iman yang konsisten dalam situasi sosial.
Tahun Iman adalah pertama-tama panggilan untuk pertobatan sejati untuk kembali kepada Tuhan, satu-satunya Juruselamat dunia. 

Melalui wafat dan kebangkitan Kristus, Allah telah menyatakan sepenuh-penuhnya kasih-Nya yang menyelamatkan, yang memanggil manusia kepada pertobatan hidup melalui pengampunan dosa (Kis 5:31). �Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan selama kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru� (Rm 6:4). Sejauh manusia bersedia dengan bebas menanggapi uluran tangan dan panggilah kasih Allah itu, pikiran, persaaan, mentalitas dan perilakunya perlahan-lah dimurnikan dan diubah sedemikian sehingga �bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku.� (Gal 2:20). Proses itu berjalan terus sepanjang hidup di dunia iini hingga tiba saatnya kita �sempurna, sama seperti Bapa yang di Surga adalah sempurna� (Mat 5:48; Porta Fidei n.6).

Iman pertama-tama anugerah Allah berkat daya dan penerangan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Petrus mewartakan misteri Iman Kristiani yang paling inti dan paling dalam �bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus� (Kis 2:36). Iman adalah pengakuan �bahwa Yesus adalah Tuhan, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati� (Rm 10:9). Roh Kuduslah yang menganugerahkan iman kepada seseorang. Karena itu Rasul Paulus berani menyatakan �dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan� (Rm 10:10). Maka tahap-tahap dalam proses timbulnya iman adalah:

1. Tuhan dalam Roh-Nya membuka hati seseorang terhadap pewartaan Sabda Allah (Kis 16:14). 

2.Orang bersangkutan bertobat dan memberikan diri dibaptis untuk pengampunan dosa-dosanya (Kis 2:38).

3. Selanjutnya dia menerima anugerah-anugerah Roh Kudus untuk mewartakan dengan bibir dan perbuatan apa yang diimaninya (Rm 9:15).

Beriman bukalah suatu urusan pribadi belaka yang artinya hanya �rohani�. Beriman berarti dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun selalu berpihak pada Allah dan tetap bersama Allah �yang selalu setia dan tetap bersama kita� (1 Tim 2:13).

Pengakuan Iman, Credo, �Aku Percaya� yang diucapkan dengan bibir sesungguhnya adalah pertanggungjawaban, janji setia dan kesaksian bahwa Tuhan Yesus yang kita imani telah mengalahkan kejahatan dan kematian. Apapun juga yang terjadi, seberat apapun cobaan yang menimpa, kita tetap percaya bahwa Dia telah menghancurkan kekuatan si jahat dan dalam Gereja-Nya yang kudus, Dia hadir demi pengampunan dosa dan keselamatan kekal semua orang (Porta Fidei n.15).

Tiga setengah abad yang lalu, Pater Ventimiglia telah menjejakkan iman di bumi Kalimantan. Iman yang ditaburkan tiga setengah abad yang lalu, perlahan tapi pasti, bertumbuh dan berkembang berkat kehadiran para misionari yang mengikuti jejak iman Pater Ventimiglia hingga terbentuklah Vikariat Apostolik Kalimantan yang meliputi hampir seluruh pulau Kalimantan. Pada tahun 1938, Roma mendirikan Prefektur Apostolik Banjarmasin. Peristiwa itu menjadi sejarah bagi Gereja di Keuskupan Banjarmasin pada tahun 2013 ini genap berusia 75 tahun.


Dalam rasa syukur atas 75 tahun usia Keuskupan Banjarmasin, saya mengucapkan selamat melanjutkan Tahun Iman dengan tetap mendalami, menghayati serta mengamalkan iman dalam lingkup pribadi, keluarga, komunitas dan terutama dalam ranah publik.

Pada Pesta Salib Suci, 14 September 2013

+ Mgr. Petrus Boddeng Timang +

Uskup Keuskupan Banjarmasin

Tuesday, August 27, 2013

Paus Sebagai Penentu Ajaran Gereja Katolik

Gereja Katolik dalam sejarah hidupnya, yang mencapai rentang waktu lebih dari 2000 tahun, memiliki begitu banyak nilai-nilai sejarah dan masalah-masalah yang dihadapi oleh Gereja. Tidak sedikit ajaran-ajaran sesat (bidaah) yang menghantam Gereja Katolik, seperti halnya bidaah Arianisme, sebuah pandangan yang dianut oleh pengikut Arius (seorang Imam eks-Katolik dari Alexandria) yang menolak keilahian Yesus Kristus dan Tritunggal Mahakudus. Bidaah ini sendiri dipandang sebagai bidaah terbesaryang pernah dihadapi oleh Gereja Katolik pada abad ke-4.

Lambang Kepausan, Paus Fransiskus
Adapula bidaah Nestorianisme (ditolak oleh Konsili Kalsedon (451) yang dipimpin oleh Paus St. Leo Agung) yang mengajarkan bahwa, Pribadi manusia Yesus dan Pribadi Allah Putera adalah dua pribadi yang berbeda yang bersatu di dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, bidaah ini mengajarkan bahwa Yesus memiliki dua Pribadi dengan dua kodrat. Sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus  adalah satu Pribadi dengan dua kodrat, Allah dan Manusia. Bidaah ini juga menolak gelar Bunda Allah terhadap Bunda Maria.

Dalam kasus ini, Gereja membutuhkan tolak ukur dan penentu dari setiap ajaran iman dan moral yang ada, disini dibutuhkan pula kuasa dalam hal mengajarkan suatu dokrin yang tidak dapat salah (infallible). Dan penentu dari setiap ajaran doktrin ini ialah pribadi Petrus dan para penerusnya yaitu Paus Roma. Hal ini dapat berakibat fatal apabila tidak ada penentu dari setiap ajaran iman yang ada, dengan demikian maka setiap orang akan berpegang pada opini pribadi untuk membenarkan apa yang dia yakini dan hal ini tentu tidak akan menjadi tanda kesatuan ajaran Kristen.

Sifat ajaran Gereja Katolik adalah tetap dan tak akan pernah berubah, kedua ciri khas ini menggambarkan pula pribadi Kristus sebagai Pendirinya yang konsisten. Disinilah peran penting Pribadi Paus ikut serta dalam menentukan dan menetapkan suatu ajaran. Dalam tahun-tahun permulaan berdirinya Gereja, yaitu 5 abad pertama. Para Paus dipandang sebagai seorang yang mempunyai wibawa yang memimpin dan mengajarkan iman dan moral.

Seperti halnya, St. Petrus (33-67), memimpin sinode pertama Gereja di Yerusalem. Ia menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat diterima ke dalam Gereja tanpa perlu disunat.

Paus ke-2, St. Linus (67-76), dikenal sebagai orang yang berperan dalam pengembangan kaum klerus dan pembagian tugas dan fungsi mereka.

Paus ke-10, St. Pius I (140-155), ia menolak dengan tegas bidaah agnotisisme (yang mengingkari adanya kebenaran) dan menetapkan proses penentuan tanggal Paskah.

Paus ke-11, St. Anisetus (155-166), menekankan Perayaan Paskah sebagai perayaan yang utama dalam Kekristenan.

Paus ke 20, St. Fabianus (236-50), berperan penting dalam pembagian kota Roma, ia mengutus tujuh diakon ke berbagai tempat untuk memberitakan Injil disana, Kekristenan pun dalam masa kepemimpinannya mengalami periode yang relatif aman dari penganiayaan Kaisar Diokletianus.

Paus ke-26, St. Feliks I (269-274), menegaskan ajaran bahwa Kristus adalah sungguh Allah sungguh manusia, memiliki dua kodrat dalam satu pribadi.

Paus ke-33, St. Silvester (314-35), mengutus Uskup Hosius dari Cordoba untuk memimpin Konsili Nicea untuk menghadapi ajaran sesat yang dipimpin oleh Arius. Beserta Pater Vitus dan Pater Vinsensius yang menandatangani dekrit Konsili Nicea dalam nama �Gereja Roma dan Gereja-gereja seluruh Italia, Spanyol dan seluruh Barat�.

Paus ke-35, St. Julius I (337-352), menetapkan bahwa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember.

Paus ke-37, St. Damasus I (366-384), menentukan kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci dan menolak beberapa kitab untuk dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci (contohnya �injil� Thomas, �injil� Maria Magdalena, �injilPetrus, Wahyu kepada Paulus, Apokrifa Yakobus, Apokrifa Yohanes, Kisah Petrus dan Kedua Belas Rasul, dll). Ia memerintahkan St. Hieronimus untuk menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin dengan nama Vulgata. Kitab-kitab yang ditentukan oleh Paus St. Damasus ke dalam Kanon Kitab Suci adalah Kitab Suci Katolik dengan Deuterokanonika yang merupakan Kitab Suci yang rasuliah, yang berasal dari zaman para rasul.

Dari nama beberapa Paus diatas, terlihat bahwa Para Paus memiliki peran penting dalam hal menetapkan atau menolak ajaran-ajaran yang ada, dalam konteks ini Paus dapat melakukan seluruh hal tersebut karena Paus memiliki Kuasa Tidak Dapat Salahdalam hal mengajar iman dan moral. Ini sudah pernah dibahas, silahkan klik link ini.  Disini sungguh terbukti janji Kristus kepada GerejaNya, �Dan engkau Petrus diatas batu karang ini, Aku mendirikan GerejaKu dan alam maut tak akan menguasainya (Mat 16:18)�. 

Daftar Paus Gereja Katolik dapat dilihat disini.
Dominus illuminatio mea!

Wednesday, July 24, 2013

Evangelisasi Orang Muda Katolik

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, dunia kini digoncangkan oleh sorak-sorai orang muda Katolik di bukit Corcovado (Rio De Janairo). Tema WYD 2013 (23-28 Juli 2013) kali ini yaitu memanggil orang-orang muda Katolik sedunia untuk menerima panggilan misi, hidup sebagai saksi Kristus yang bangkit. �Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku.� (Mat 28:19). Dari kutipan ini kita diajak untuk menjadi Missionaris bagi setiap orang yang membutuhkan kasih Tuhan. Seringkali kita berpikir sebagai orang muda Katolik, 'aku masih terlalu muda' seperti yang dikatakan oleh Nabi Yesaya. Allah tidak memandang orang dari umur, rupa dan jenis kelamin. Kita telah dibaptis didalam nama Kristus dan telah dicurahi rahmat penguatan dan pendewasaan Iman didalam Sakramen Krisma.


Kita mempunyai tanggung jawab besar untuk berani mewartakan Iman Katolik. Iman kebenaran bagi dunia yang penuh kegelapan. Banyak anak muda zaman kini yang hidupnya dilanda budaya dan isme-isme yang berdampak buruk bagi hidupnya, sebagai contoh budaya hedonisme, konsumerisme, relativisme, masa bodoh dengan agamanya sendiri. Dan sekarang adalah waktunya dimana kita semua sebagai orang muda Katolik mampu melawan arus buruk tersebut dengan mengejar kekudusan hidup.

Kita bisa melihat riwayat hidup Santo-santa yang umurnya masih belia, sebagai contoh Santo Dominikus Savio. Santo Dominikus Savio adalah seorang anak muda yang masih belia namun begitu mencintai kekudusan, ia adalah murid dari Santo Yohanes Bosco, kini apabila kita semua membaca dengan lubuk hati yang terdalam maka kita akan merasa 'ditampar� oleh kekudusan yang dimiliki oleh Santo Dominikus dan tentu akan merasa malu besar akan kehidupan yang diharumi oleh harum kekudusan.

Sungguh dizaman sekarang, kita harus sadar bahwa kita telah menerima berkat luar biasa dari Konsili Vatikan II dimana setiap orang yang telah dibaptis mempunyai kewajiban untuk mewartakan Imannya, dan tentu mewartakan Injil bukan hanya tugas para kaum klerus. Namun kita semua! Yang percaya bahwa Kristus telah wafat dan bangkit dari alam maut, yang telah mendirikan GerejaNya sendiri diatas Sang Petrus.

Kita tentu mengenal Rasul Paulus yang merupakan seorang pendosa yang bertobat dan menjadi pewarta iman yang begitu bersemangat mewartakan Sabda Kristus. Dia di jebloskan kedalam penjara, digiring ke pengadilan, diancam dengan hukuman mati. Namun ia sama sekali tidak gentar menghadapi semua itu, ia mewartakan Sabda Kristus sebagai bentuk ungkapan rasa cintaNya akan Tuhan. Perjumpaannya dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik, mengubah ia yang dulunya sebagai seorang pembunuh bayaran untuk membunuh murid-murid Kristus, menjadi seorang manusia baru. Semangat Rasul Paulus untuk mewartakan Kristus, dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk juga melakukan tugas pewartaan. 

Tugas pewartaan yang dulu dilakukan oleh Rasul Paulus dengan berjalan kaki, menjelajahi samudra luas, mengalami penghinaan dan penderitaan, sampai akhirnya menyerahkan nyawa demi Kristus yang tersalib, kini menjadi tugas yang harus kita emban bersama. Hanya seja sekarang jaman dan keadaannya berbeda. Dengan kehidupan yang diwarnai dengan informasi digital, cyberspace, maka tugas mewartakan Kristus menjadi lebih mudah bagi kita. Kita dapat melakukan semuanya dari rumah, asal terhubung dengan kabel internet. Berikut ini adalah beberapa prinsip ajaran Rasul Paulus yang mungkin dapat kita jadikan sebagai patokan dasar pewartaan kita yang saya ambil dari Katolisitas.org:

Santa Perawan Maria Aparecida (Pelindung Brazil)
1. Beritakanlah Injil!
�Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.� (1 Kor 9:16) Rasul Paulus mempunyai kecintaan yang besar kepada Injil. Maka pewartaannya tentang Kristus juga merupakan pewartaan akan segala pengajaran dan perintah Kristus dalam Injil. Semangat Rasul Paulus ini harus mendorong kita untuk juga semakin bersemangat untuk membaca Kitab Suci, merenungkannya dan melaksanakannya; supaya Injil menjadi sungguh hidup di dalam keseharian kita. Dengan kata lain, Injil yang kita imani itu menentukan sikap hidup, pikiran dan tutur kata kita; inilah sesungguhnya bentuk pewartaan yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Paulus (Flp 1:27). Selanjutnya Injil inilah yang harus kita wartakan dalam tugas kerasulan kita sebagai katekis.

2. Berpegang pada pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja
�Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari  kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.� (2 Tes 2:15) Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar berpegang kepada ajaran-ajaran para rasul, baik yang disampaikan secara lisan -yaitu Tradisi Suci- maupun yang tertulis -yaitu Kitab Suci. Dengan demikian, jika kita mengikuti jejak Rasul Paulus dalam pewartaan Sabda Tuhan, selain kita menyampaikan ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci, kita harus juga menyampaikan ajaran Tradisi Suci yaitu pengajaran dari para Bapa Gereja dan Magisterium, yang walaupun tidak termasuk di dalam Kitab Suci namun berasal dari sumber yang sama -yaitu dari Kristus, para rasul dan para penerus mereka- sehingga baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci perlu mendapat penghormatan yang sama.

Di samping sumber Kitab Suci dan Tradisi Suci, Rasul Paulus juga mengajarkan untuk �Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat (ekklesia = Gereja) dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.� (1Tim 3:15 ) Dari sini kita tahu, bahwa Rasul Paulus sangat menghargai Gereja. Dan penghargaan dan ketaatan Rasul Paulus akan keputusan Gereja diwujudkan dengan mentaati segala sesuatu yang diputuskan dalam Konsili Yerusalem I.

3. Memberitakan Kristus: kebangkitan-Nya tak terlepas dari kurban salib-Nya
�Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.� (1Kor 2:2)Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar tidak ragu untuk mewartakan Kristus yang disalibkan, sebab kebangkitan-Nya tidak pernah terlepas dari sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Maka sebagai umat Kristiani, seharusnya kita tidak menekankan hanya pada hal kebangkitan Kristus dan mengabaikan sengsara dan wafat-Nya, sebab tidak ada hari Minggu Paskah tanpa hari Jumat Agung. Sebenarnya tantangan pewartaan Rasul Paulus kepada kaum Yahudi dan kepada kaum Yunani pada jamannya juga masih relevan saat ini. Sebab pewartaan Yesus yang disalibkan itu memang menjadi batu sandungan bagi banyak orang, dan sering dianggap sebagai kebodohan bagi kaum cendekiawan dunia. Namun bagi kita yang percaya, Kristus yang disalibkan merupakan kekuatan dan hikmat Allah (lih. 1 Kor 1:23).

4. Menjangkau semua orang, karena Allah menghendaki semua orang diselamatkan
�[Allah] menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.� (1 Tim 2:4) Pesan pewartaan berikutnya yang perlu disampaikan sehubungan dengan Kristus yang disalibkan adalah: melalui kurban salib-Nya itu, Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Jadi pesan ini jugalah yang harus kita sampaikan saat kita mewartakan Kristus.

5. Pewartaan iman, pengharapan dan kasih, di dalam Kristus
�Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman�. � (Ef 2:8)�. �yang bekerja oleh kasih� (Gal 5:6) �karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, (1Tim 4:10) �[karena] kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.� (Rom 6:11). Pewartaan Kristus yang tersalib itu adalah pewartaan kebenaran akan kasih karunia Allah kepada kita manusia, dan dengan mengimaninya dan mewujudkan iman itu di dalam perbuatan kasih, kita diselamatkan. Pewartaan akan pentingnya iman yang tak terpisahkan dari kasih ini menjadi salah satu inti pengajaran Rasul Paulus. Walaupun sebelum bertobat ia berlatar belakang Farisi yang sangat taat kepada hukum Taurat, namun setelah perjumpaannya dengan Kristus, Rasul Paulus mengetahui bahwa manusia diselamatkan bukan dari melakukan hukum Taurat tetapi karena kasih karunia Allah yang mengubah seseorang sehingga ia memperoleh hidup yang baru di dalam Kristus.

Sehingga apalagi yang kita tunggu? Gunakanlah segala-galanya untuk mewartakan kasih, Sabda dan Kurban Kristus bagi setiap orang. Pergilah dan jadilah saksi sukacita perjumpaan dengan Kristus yang bangkit.

Dominus illuminatio mea!

Tuesday, May 14, 2013

Kesaksian Katolik - Dari Islam Ke Katolik


Kisah Daniel Ali - mewartakan Kristus yang tersalib

Pada tahun 1959 saya dilahirkan dalam sebuah keluarga Muslim di Kurdistan di Irak utara. Saya adalah anak kelima dari sebuah keluarga besar. Budaya Arab dan agama Islam adalah pengaruh yang amat dominan, yang menaungi tiga negara di Irak, namun negara yang terbesar adalah Kurdistan. Saya memulai belajar secara formal bahasa Arab pada saat usia saya menginjak dua belas tahun. Seiring berjalannya waktu, pada saat saya berusia enam belas tahun, saya menulis puisi dalam bahasa Arab, yang beberapa di antaranya telah diterbitkan pada awal tahun 1976.

Kegiatan politik saya, di oposisi Kurdistan untuk melawan Saddam Hussein, sebagian besar terjadi di Irak. Saddam Hussein, dari salah satu begitu banyaknya invasi kepada masyarakat Kurdi, adalah memindah secara paksa masyarakat dari kampung halaman mereka, mengusir mereka ke negara bagian lain, dan untuk merampas sekaligus dan mengamankan kekuasaannya atas ladang minyak di Kurdi. Sehingga mulai tahun 1975, upaya aktif saya adalah untuk membebaskan orang-orang Kurdi dengan menyatukan mereka secara politis.

Dan untuk ini, saya telah mengalami begitu banyak penderitaan di penjara dan juga telah disiksa beberapa kali oleh Saddam. Dengan menutup pertemuan saya dengan ��kematian�, hal ini bisa dipandang sebagai  sebuah �keberuntungan" karena pada saat itu beberapa tentara telah menyerang Kurdistan dan menghabisi nyawa beberapa rekan saya. Telah berkali-kali Tuhan menyelamatkan hidup saya, dari kematian yang tampaknya datang begitu dekat melalui keputusan hakim, pada sebuah bom kimia yang jatuh seperti hujan di Kurdistan. Namun, saya tetap tidak menyadari bahwa itu adalah pertolongan dari tangan Tuhan.

Di kemudian hari, saya terus menerus memperjuangkan hak kebebasan di negara saya, saya sering menghabiskan beberapa bulan di pegunungan, dengan didampingi hawa dingin, rasa lapar, ketakutan yang begitu mendera, dan beberapa kolega saya yang merasa telah ditinggalkan oleh bangsa-bangsa di dunia. Lalu pada tahun 1988, saya melihat didepan mata saya, teman-teman yang begitu saya cintai mati menggenaskan dalam serangan bom kimia di kota Halabja. Saya mulai memahami kelemahan dari setiap orang karena dosa-dosanya dengan keputusasaan hidup tanpa naungan Tuhan.

Ketertarikan awal saya pada Iman Kristiani
Sejak awal hidup saya, hati saya begitu tertarik pada cara hidup orang Kristen, terutama dari kenangan saya yang paling awal dari tetangga Kristen saya, banyak hal dari mereka yang telah memberikan sebuah contoh yang indah dari kasih Kristus. Mengingat mereka, telah meninggalkan saya, maka saya sadar sebuah relasi nyata bahwa Allah telah memanggil saya, bahkan sejak masa kecil saya.

Suatu hari, seorang Katolik Armenia memberikan kepada saya sebuah buku tentang para martir dari Gereja awal. Saya membacanya dan terinspirasi untuk membela secara hidup dan mati kebebasan teman-teman saya di Kurdistan. Saya mempunyai kebiasaan senang membaca, selama masa mudaku dengan membaca secara luas ilmu teologi, filsafat, dan sejarah. Karena hal tersebut, saya telah menjadi seorang yang fasih dalam berbahasa Inggris yang juga dipengaruhi dengan membaca karangan Voltaire, Hegel, dan Dickens, dan beberapa nama terkenal lainnya.

Akhirnya saya melanjutkan studi saya pada iman Kristen kepada Santo Thomas Aquinas. Dengan investigasi yang konsisten dan perbandingan teologi antara Islam dan Kristen, saya mulai mengenali kebenaran agama Kristen pada awal tahun 1982. Tapi hal ini hanya pengakuan secara intelektual saja. Saya hanya mengakui bahwa Yesus adalah seorang Mesias, namun saya tidak mengenal Ia secara pribadi.

Beberapa saat setelah Perang Teluk Persia, saya menikah dengan Sara, seorang Kristen dari Amerika, lalu saya mengatakan kepada istri saya, bahwa saya percaya Yesus adalah Mesias. Namun dia sama sekali tidak mempunyai niat apapun untuk mengubah saya menjadi seorang Kristen. Saya melakukan hal ini dengan fakta bahwa saya mengakui dan percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah seorang Mesias.

Muslim memahami istilah-istilah ini dengan perbedaan yang signifikan dari cara Kristen memahami mereka. Istri saya tahu bahwa hal ini adalah kesepakatan serius dan tidak main-main, kami telah bertahan selama dua tahun kedepan, dari semua badai yang menggeluti hubungan pernikahan kami yang berbeda budaya dan agama. Melalui banyak argumen dan ketidaksepakatan yang pahit, saya perlahan-lahan mulai melihat bahwa Sara terus memaafkanku, mencintai saya, dan ingin saya menjadi diri saya sendiri.

Lalu tanpa sepengetahuan istri saya, saya mulai menyadari bahwa istri saya adalah kesaksian hidup nyata dari Pribadi Kristus dalam perjuangan pernikahan kita. Pada akhirnya, saya mulai bangun pada malam hari untuk membaca Kitab Perjanjian Baru secara diam-diam. Hal ini semakin mendekatkan kepada Tuhan, karena saya telah bertemu dengan-Nya didalam SabdaNya yang kudus, Alkitab.

Di kemudian hari, kami berangkat ke Amerika Serikat pada awal tahun 1993 untuk melanjutkan usaha kecil Sara, yang telah berjalan pada saat itu. Dan saat itu juga, saya telah menyisihkan sebagian besar hidup saya untuk mempelajari Teologi Islam dan Kekristenan. Observasi ini membawa saya pada sebuah perjalanan, yang akhirnya telah membawa saya kepada Yesus Kristus, yang saya akui secara intelektual sebagai seorang Mesias. Namun pada saat itu, bagaimanapun juga saya belum membuat komitmen untuk segera di Baptis.

Baptisan, Konversi, dan Gereja Katolik
Suatu hari saya didekati oleh dokter gigi saya, Doktor Blevins, yang berdoa bersama dengan saya yang pada akhirnya membawa iman saya kepada Kristus selama musim panas tahun 1995. Saya kemudian dibaptis didalam Kristus pada tanggal 17 September 1995. Dan mulai hari itu semua yang ada didalam hidup saya berubah.

Saya segera memberitahu teman-teman Muslim saya, dengan menceritakan mengapa saya menjadi seorang Kristen dan ini merupakan sebuah upaya besar untuk menginjili mereka. Saya mempelajari Alkitab dan saya sudah mulai bisa mengutip beberapa bab dan ayat, dan mulai bersaksi kepada semua orang yang mau mendengarkan. Banyak memang yang mendengarkan, dan benar, beberapa orang mulai tertarik kepada Kristus dan Alkitab.

Saya sadar, bahwa saya saat ini saya telah memiliki apa yang diperlukan oleh bangsa saya, dan juga kepada orang Muslim seluruh dunia. Saya punya Injil, dan tidak ada seorang pun yang bisa mencegah saya untuk mewartakan Firman Tuhan.

Beberapa tahun ke depan atau lebih, saya telah membaca selama berjam-jam setiap hari, menyaksikan ratusan orang yang datang ke tempat kerja saya, yang menemukan saya bahwa saya memiliki karunia untuk membawa orang kepada iman didalam Kristus dan untuk menguatkan kembali Iman mereka. Dalam pekerjaan kecil saya ini, di lingkungan saya, di antara orang asing dan teman-teman saya, saya tidak menemukan apa-apa lagi selain Yesus Kristus.

Sekarang, pertobatan saya telah menginjak umur 8 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, Tuhan telah menggunakan saya sebagai saksiNya untuk membawa banyak orang kepada-Nya, beberapa dari mereka Muslim, beberapa dari mereka ada orang murtad, adapula seorang dari mereka yang Atheis. "Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Markus 8:38)

Segera setelah pembaptisan saya, Sara dan saya memulai studi Alkitab dalam ruang lingkup lingkungan, dan setiap orang dari berbagai denominasi bisa datang. Suatu saat, pada saat kami sedang studi Alkitab, datanglah seorang bocah (tetangga saya) berumur sembilan tahun, namanya adalah Joe Sobran, yang membacakan kepada kami, pertanyaan dan jawaban dari Katekismus Baltimore. Sara dan saya sempat terkejut, pada beberapa pertanyaan unik yang juga disambut dengan sebuah jawaban sederhana dan begitu mendalam darisetiap bab.

Si Joe kecil pun tidak menyerah, ia bertanya kepada kami, mengapa tidak menjadi seorang Katolik saja. Dia berjanji akan menanam setiap benih, setiap kali ia berbicara kepada kami berkaitan dengan iman Katolik.

Suatu malam, Sara dan saya sedang menonton televisi,  dan saa itu ada siaran Misa disebuah stasius televisi yang bernama EWTN, dan tepat sekali, pada momen saat itu yaitu konsekrasi. Ketika Immam itu mengangkat Hosti. Kami terkejut karena hormat yang begitu indah dari umat kepada Yesus. Dan kemudian imam mengangkat piala, yang juga merupakan sebuah keindahan bagi kami. Keindahan dari jubah Imam, menunjukkan kepada saya sebuah arti, bahwa hanya yang terbaiklah yang bisa kita berikan kepada Allah. Sara dan saya tiba-tiba mengerti bahwa keindahan dalam Gereja Katolik berada di sana karena itu benar-benar Rumah Tuhan.

Pada tahun 1996, Sara dan saya diperkenalkan dengan teolog Katolik bernama Pastor William G. Most, yang juga mengajarkan kami berdua, teologi Katolik. Dia dengan murah hati memberikan waktu setiap hari Minggu selama satu tahun setengah, untuk membawa kami berdua kedalam Gereja Katolik. Kami diterima ke dalam Gereja Katolik pada tanggal 13 Juli 1998 dengan sebuah Misa khusus.

Pastor William kemudian meninggal pada bulan Januari tahun 1999. Hal itu bagi saya adalah sebuah berkat kekal, dimana dengan duduk di kakinya dan belajar iman Katolik, mendorong saya untuk berbuat sesuatu di mana Kristen dan Muslim bisa berdialog.

Setelah kematiannya, saya terus melanjutkan misi hidup saya untuk mencapai Muslim. Dan misi ini berbuah kesuksesan namun dengan urgensi yang baru, setelah peristiwa mengerikan pada tanggal 11 September 2001. Ini jelas menjadi menjadi sebuah pilihan bagi banyak orang, bahwa Muslim dengan begitu agresif akan "menginjili" Barat melalui berbagai bentuk jihad mereka, atau kita yang akan menginjili mereka dengan Kabar Baik Yesus Kristus.

Saya telah meminta untuk berbicara beberapa kali sejak tragedi itu. Pembicaraan ini berbicara tentang realitas Islam, strategi mereka untuk mengubah kita menjadi Islam, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mendengar dan menerima mereka dalam pangkuan Gereja.

Di masa lalu, orang-orang Kristen telah tergantung pada Alkitab untuk menginjili umat Islam. Namun strategi ini telah diketahui secara pasti oleh kaum Muslim. Karena mereka percaya bahwa orang Kristen dan Yahudi telah merusak Alkitab. Namun sebaliknya! Kita harus mengembangkan bukan sebuah metode untuk menjangkau umat Islam dengan menggunakan sumber mereka, seperti Al-Qur'an dan berbagai tradisi tentang Muhammad. Namun semua dari kita di Barat harus belajar sekarang, untuk belajar bagaimana, melibatkan agama dan budaya yang sama sekali asing bagi budaya Yahudi-Kristen.

Peristiwa ini menyerukan kepada kita sebuah strategi baru. Semoga Tuhan membimbing dan memberdayakan kita untuk tugas ini dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Putra-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.

Tambahan: Berikut sebuah kesaksian hidup pertobatan seorang Islam menjadi Katolik, disini kita belajar bahwa rahmat Allah tidak hanya ada terus menerus didalam Gereja Katolik, namun rahmat Allah ada didalam hati nurani setiap orang, sehingga memampukan setiap orang untuk menemukan Allah benar didalam Yesus Kristus dan juga Gereja para Rasul, Gereja Katolik. Sehingga kini kita diajak mengerti bahwa kita harus membedakan antara rahmat dan keselamatan, Gereja Katolik mengakui bahwa di luar Gereja Katolik ada rahmat Allah yang bila ditanggapi �ya� oleh manusia akan membawa mereka ke dalam Gereja Katolik sehingga beroleh keselamatan.

Dogma Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus) sama sekali tidak menyangkal adanya rahmat Allah di luar Gereja. Kalau tidak ada rahmat di luar Gereja; tidak mungkin Scott Hahn (eks Protestan), Kardinal Manning (eks Anglikan) dan Daniel Ali (Islam) mau pulang ke pangkuan Bunda Gereja yang kudus ini. Sekian dari kesaksian ini, semoga bermanfaat.

Dominus illuminatio mea!

Sunday, April 7, 2013

Iman Tidak Bisa Dinegosiasikan!

Paus Santo Fabianus saat mempertahankan imannya
Dalam homilinya yang singkat, Paus mengomentari bacaan-bacaan Alkitab pada hari Sabtu masa Oktaf Paskah:yang pertama merujuk kepada Petrus dan Yohanes yang memberikan kesaksian iman dengan berani di hadapan para imam kepala Yahudi meskipun menghadapi ancaman-ancaman, kemudian dalam bacaan Injil, Yesus yang bangkit menegur para rasul yang tidak mempercayai banyak orang yang telah meyakini melihatNya hidup. 

Sri Paus bertanya: �Bagaimana dengan iman kita sendiri? Kuatkah? Atau kerap kali seperti air mawar yang keruh?� Ketika kesulitan-kesulitan hidup datang �apakah kita berani seperti Petrus atau merasa segan?�. 

Paus mengamati bahwa Petrus tidak kehilangan iman, ia tidak jatuh kepada kompromi-kompromi, karena �iman tidak bisa dinegosiasikan�. Paus juga meyakini bahwa �dalam sejarah umat Allah, telah ada pencobaan ini: menyurutkan iman sebagian, pencobaan menjadi sedikit �seperti yang dilakukan semua orang�, yaitu �tidak menjadi sangat, sangat tegar�.  Tetapi saat kita mulai menyurutkan iman, mulai mengkompromi iman, sedikit menjualnya kepada penawar tertinggi kata Paus menggarisbawahi maka kita mulai jalan apostasi, yaitu jalan ketidaksetiaan kepada Tuhan�. 

�Contoh iman dari Petrus dan Yohanes membantu kita, memberikan kita kekuatan, tetapi, dalam sejarah Gereja ada banyak martir sampai sekarang, karena untuk menemukan martir-martir tidak perlu mengunjungi kuburan atau ke Koloseum: martir-martir hidup saat ini, di banyak Negara. 

Umat Kristen mengalami penganiayaan atas Iman mereka. Di beberapa Negara banyak dari mereka tidak boleh membawa salib: mereka dihukum apabila melakukannya. Saat ini, pada abad XXI, Gereja kita merupakan Gereja para martir, yaitu orang-orang yang berbicara seperti Petrus dan Yohanes: �Kami tidak dapat berdiam terhadap apa yang telah kamisaksikan dan dengarkan�.

Paus melanjutkan, �Dan hal ini memberikan kekuatan kepada kita, yang kerap kali memiliki iman yang agak lemah. Memberikan kita kekuatan untuk bersaksi dengan hidup, iman yang telah kita terima, yang merupakan rahmat dari Tuhan kepada semua bangsa�.

Sri Paus kemudian menutup homilinya: �Tetapi, kita tidak dapat melakukannya sendiri: itu adalah sebuah rahmat. Yaitu rahmat iman, yang harus kita mohon setiap hari: �Tuhan �peliharalah imanku, tambahlah imanku, agar selalu kuat, pemberani, dan bantulah aku di dalam saat-saat di mana � seperti Petrus dan Yohanes � aku harus memberikan kesaksian iman di hadapan banyak orang. Berikanlah aku keberanian. Ini akan menjadi sebuah doa yang indah pada hari ini: semoga Tuhan membantu kita untuk memelihara iman, membawanya maju, dan untuk menjadi, kita, wanita dan pria yang beriman. Amin�

Dominus illuminatio mea!
oleh: Shirley Hadisandjaja

Saturday, February 2, 2013

Relativisme Iman= Racun Bagi Iman Katolik


Gereja Katolik di masa kini menghadapi sebuah persoalan yang dimana, pemahaman keliru ini muncul akibat lemahnya katekisasi di antara umat Katolik dan juga lemahnya iman, hal itu adalah �relativisme iman�. Kardinal Joseph Ratzinger yang sekarang menjabat sebagai Paus Emeritus pernah mengatakan bahwa satu bahaya besar bagi Gereja Katolik adalah tersebarnya "relativisme iman". Dalam kesempatan ini pun, Beliau juga menegaskan, "definisi-definisi jelas dari iman seseorang akan membantu semua pihak, termasuk partner dalam dialog". Dengan kata lain, dialog hanya bisa terjadi justru kalau masing-masing pihak sungguh meyakini imannya. Di sini terlihat kembali keyakinan Ratzinger bahwa dialog antar-agama tidak boleh jatuh menjadi suatu sikap yang mengagungkan "relativisme iman".


Dalam konteks dialog antar-agama, sebuah sikap yang biasa muncul adalah sikap yang begitu saja menganggap bahwa semua iman itu sama! Sikap semacam ini mengidentikkan "toleransi" dengan "relativisme". Toleransi adalah sikap yang memperlihatkan kesediaan tulus untuk mengangkat, memikul, menopang bersama perbedaan yang ada antara satu agama dan agama lain. Relativisme adalah suatu keyakinan bahwa tidak ada kebenaran absolut, semua kebenaran itu relatif. Sehingga membuat umat bersikap menghayati iman bukan dengan keyakinan dan kebenaran mutlak yang ada didalam Gereja Katolik melainkan dengan pemutlakan adanya hubungan dengan iman lain.

Apa yang bisa kita lakukan dalam menghadapi arus relativisme iman ini sebagai umat beriman? 
�We are moving toward a dictatorship of relativism which does not recognize anything as definitive and has as its highest value one�s own ego and one�s own desires� The church needs to withstand the tides of trends and the latest novelties�. We must become mature in this adult faith, we must guide the flock of Christ to this faith.� (sumber)
Seperti apa Iman dewasa didalam Gereja Katolik?
Dalam beberapa dekade terakhir ini ekspresi �iman dewasa� [fede adulta ...] telah menjadi sebuah slogan yang merebak. [Istilah ini] sering digunakan dalam hubungan dengan sikap-sikap dari mereka yang tidak lagi memperhatikan apa yang dikatakan Gereja dan Gembala-gembalanya � yaitu, mereka yang memilih bagi diri sendiri apa yang dipercayai atau apa yang tidak dipercayai bagai sebuah iman �do-it-yourself�. Mengekspresikan diri sendiri melawan Magisterium Gereja dipandang sebagai suatu �keberanian�, padahal pada faktanya tidak banyak keberanian diperlukan karena orang tersebut bisa dipastikan akan menerima pujian dari publik.

Alih-alih, keberanian diperlukan untuk memegang teguh iman Gereja, meskipun [tindakan ini] mengkontradiksi �tatanan� dunia saat ini. Paulus menyebut non-konformisme ini dengan sebutan �iman dewasa�. Baginya, mengikuti hembusan angin dan arus waktu saat ini adalah [sesuatu yang] kekanak-kanakan.

Atas alasan ini, adalah bagian dari sebuah iman dewasa untuk mendedikasikan diri sendiri kepada ke-tak-dapat-di-ganggu-an hidup sejak dari awal, dan oleh karenanya melawan prinsip dari kekerasan dalam membela yang paling tidak berdaya. Adalah bagian dari sebuah iman dewasa untuk mengenali perkawinan seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita sesuai tatanan sang Pencipta, [yang] ditetapkan kembali oleh Kristus. Sebuah iman dewasa tidak mengikuti [trend yang berlaku]. [Sebuah iman dewasa] berdiri melawan angin [trend yang berlaku].
Benediktus XVI
Homili � Vespers Pertama Pesta Santo Petrus dan Paulus
28 Juni 2009

Dengan demikian, sebagai penutup artikel ini sebuah kutipan yang hendaknya kita renungkan sebagai umat Katolik �saat Gereja Katolik mengajarkan kasih banyak umat Katolik yang menjadi senang namun saat Gereja Katolik mengajarkan kasih dalam kebenaran banyak umat Katolik yang mulai tidak setuju dan tidak senang dan inilah buah dari kediktatoran relativisme iman."

Dominus Illuminatio Mea!

Friday, October 26, 2012

Syahadat Professio Fidei Tridentinae


Pengakuan Iman Trente-Tridentine (Pius IV)
Pengakuan Iman Tridentine (Professio Fidei Tridentinae) atau yang dikenal sebagai Pengakuan Iman Pius IV, adalah satu dari empat Pengakuan Iman resmi Gereja Katolik, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Pendek), Syahadat Nicea-Konstantinopel (Syahadat Panjang) dan Syahadat Athanasian. Pengakuan ini dikeluarkan oleh Paus Pius IV pada tanggal 13 November 1565 dengan Bulla "Iniunctum nobis" dibawah dukungan Konsili Trente (1545-1563). Pengakuan iman ini setelah Konsili Vatikan I (1869-1870) berfungsi untuk memberi penekanan lebih pada definisi dogmatik Konsili. Tujuan utama Pengakuan Iman ini adalah untuk menjelaskan batasan iman Katolik terhadap ajaran-ajaran sesat.

Saya dengan iman yang teguh mempercayai dan mengakui setiap dan semua yang terkandung dalam Pengakuan Iman yang digunakan oleh Gereja Romawi Kudus yaitu:

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari allah, terang dari terang, Allah benar dari allah benar, Ia dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa: segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus dilahirkan Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan, pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci, Ia naik ke surga duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan: Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan: Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan demi pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin

Tradisi Apostolik Gereja dan semua penetapan dan konstitusi dari Gereja yang sama itu juga dengan teguh saya pegang dan akui.

Saya juga menerima Kitab Suci menurut arti yang dipercayai oleh Bunda Gereja Kudus, yang adalah hak Gereja untuk menentukan makna dan penafsiran yang sejati dari Kitab Suci. Aku juga tidak akan pernah mempercayai dan menyetujui penafsiran Kitab Suci selain daripada menurut arti yang berasal dari kesepakatan mutlak para Bapa.

Saya juga mengakui Tujuh Sakramen Hukum Baru yang sejati dan benar, ditetapkan oleh Yesus Kristus Tuhan kita, dan bahwa sakramen-sakramen itu perlu untuk keselamatan semua orang walaupun tidak semuanya perlu untuk semua orang, yaitu; Baptis, Krisma, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan; dan bahwa sakramen-sakramen ini menyalurkan rahmat; dan bahwa Baptisan, Krisma, dan Tahbisan tidak dapat diulangi kembali kecuali itu adalah pelecehan. Saya juga menerima dan mengakui tata upacara dalam Gereja Katolik dengan upacara meriah dalam melayani sakramen-sakramen itu.

Saya menerima dan mengakui setiap dan semua yang didefinsikan dan dinyatakan oleh Konsili Suci Trente menyangkut dosa asal dan pembenaran.

Saya mengakui, bahwa di dalam Misa dipersembahkan kurban yang benar, yang layak, dan yang berkenan kepada Allah bagi orang yang hidup dan yang mati; dan bahwa dalam sakramen Ekaristi yang mahakudus hadirlah secara benar, real dan substansial Tubuh dan Darah bersama dengan Jiwa dan Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus; dan bahwa terjadi perubahan seluruh hakekat roti menjadi Tubuh dan hakekat anggur menjadi Darah, yang perubahan ini oleh Gereja Katolik disebut sebagai Transubstansiansi.

Aku juga mengakui bahwa di dalam salah satu rupa saja Kristus diterima secara utuh dan menyeluruh, dan sebagai sakramen sejati.

Aku berpegang teguh bahwa Api Penyucian itu ada, dan bahwa jiwa-jiwa disana terbantu oleh doa orang beriman. Begitu juga, bahwa para kudus, yang memerintah bersama Kristus, adalah untuk dihormati dan diserukan namanya, dan bahwa mereka mempersembahkan doa kepada Allah untuk kita, dan bahwa relikui mereka harus dihormati. Aku juga dengan teguh mengakui bahwa gambar atau patung dari Kristus, Bunda Allah yang tetap perawan dan para kudus lain hendaknya dijaga, dirawat dan dihormati.

Saya juga mengakui kuasa indulgensi yang diberikan Kristus kepada Gereja dan berguna untuk kesejahteraan rohani umat beriman.

Aku mengakui Gereja Kudus Katolik Apostolik Romawi sebagai ibu dan guru dari semua gereja-gereja; dan aku menjanjikan kepatuhan sejati kepada Uskup Roma, pengganti St. Petrus Pangeran Para Rasul, dan Wakil Yesus Kristus.

Aku juga tanpa ragu-ragu menerima dan mengakui semua hal lain yang disampaikan, didefinisikan, dan dinyatakan oleh Kanon-kanon suci, dan Konsili-konsili Oikumenis, dan secara khusus oleh Konsili Oikumene Trente dan Vatikan, secara khusus menyangkut keutamaan Uskup Roma dan ajarannya yang tidak dapat salah. Aku mengecam, menolak dan mengutuk segala hal yang bertentangan dengannya, dan semua bidaah yang telah dikecam, ditolak dan dikutuk oleh Gereja.

Inilah iman Katolik sejati, yang tak ada seorangpun dapat selamat tanpanya, yang kini dengan bebas aku akui dan kepadanya aku benar-benar berpegang, aku mengakui dan bersumpah untuk memeliharanya secara tak bercela dan dengan pertolongan Allah terus berpegang padanya sampai nafas terakhir hidupku.

Dan aku akan berjuang, sejauh yang aku bisa, agar iman yang sama ini dipegang, diajarkan dan diakui oleh semua orang yang aku jumpai. Aku".bernazar, berjanji, dan bersumpah demi Injil Suci, jadi tolonglah aku Tuhan.

Dominus illuminatio mea!
Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Preces Latinae

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)