Latest News

Showing posts with label Imperialisme. Show all posts
Showing posts with label Imperialisme. Show all posts

Wednesday, November 11, 2020

Imperalisme Arab Di Indonesia Sudah Jelas

 
 *Untuk mengingatkan kembali kepada para Warga Negara Keturunan Arab*

•Mantan KABIN Hendropriyono Peringatkan Keturunan Arab Yang Hidup Di Indonesia: Jangan Suka Menjadi Provokator !.
https://www.indonesiakininews.com/2020/05/mantan-kabin-hendropriyono-keturunan.html

Tulisan ini ckp bagus dan sdkt sekali orang yg berani terbuka menulisnya, hanya saja agak panjang durasinya.

Eliza M Permatasari
__________________

*Imperialisme Arab di Indonesia Sudah Jelas?*

*By Indra Ganie*

-------------------------------
 
Disadari atau tidak seakan jelas bahwa kaum Arablah sebenarnya sekarang yang sedang menjajah Indonesia. Lihat, sejumlah orang pemimpin alim ulama negeri ini adalah keturunan Arab. Gerombolan bolot yang tukang bikin onar terdapat orang bertitel habib. Para habib-habib ini disebut-sebut sebagai keturunan Nabi Muhammad, dan gelar habib ini telah menjadi sebuah tiket untuk mendapat perlakuan khusus. Tidak tahu kenapa keturunan nabi harus dihormati walaupun perilakunya banyak yang tidak terpuji. Janggut nabi saja ditiru konon pula keturunannya tidak disanjung tinggi.

Mungkin pembawa agama-agama yang lain beruntung tidak mempunyai keturunan, sehingga arogansi karena mengklaim diri sebagai keturunan nabi tidak merajalela di bumi ini.

Bayangkan, negara yang sudah dinyatakan merdeka sejak 1945 ternyata masih dalam imperialisme ASIA BARAT (ARAB), bukan BARAT. Selama ini berbagai isyu tentang neokolonialisme Barat ditiup-tiupkan dengan gencar, opini bangsa digiring untuk membenci Barat. Ternyata ini semua pekerjaan musuh dalam selimut, selimut agama.

Kemajuan teknologi dan perekonomian Barat dan perkembangan bisnis yang sedemikian pesat serta cara hidup ala Barat yang praktis sangat gampang ditiru. Hal ini telah diperhitungkan sebagai ancaman yang mengerikan dalam pandangan imperialisme Arab ini, sehingga isu neokolonialisme Barat dan Kristenisasi dihembuskan untuk keuntungan imperialisme Arab.

Segala yang berbau Barat dikelompokkan sebagai peradaban kaum kafir oleh karenanya menjadi sesuatu yang haram. Orang tua termasuk guru-guru agama menjadi unjung tombak penyampaian keharaman yang berbau Barat ini. Sebagian besar orangtua di Indonesia memang relatif masih sangat muda-muda. Baru punya sedikit janggut, lelaki sudah boleh mengajak perempuan “anak baru gede” untuk menghadap penghulu. Tidak perduli apakah dia sudah matang atau belum untuk mendidik anak dan memberikan anaknya makan kelak.

Mereka rata-rata tidak berpendidikan yang cukup sehingga tidak dapat berpikir rasional. Jadi begitu ada hasutan dari orang-orang yang mengaku ahli agama, mereka langsung tunduk sukarela, apalagi kalau disuplai uang pula. Perdebatan diharamkan, teristimewa perdebatan soal agama, tidak tersentuh. Melakukan sesuatu atas nama agama seperti kerbau dicucuk hidung, tidak punya daya kritis sama sekali.

Melihat gampangnya sebagian besar anak bangsa ini dipengaruhi atas nama agama, adalah pengaruh indoktrinasi bahwa agama tidak boleh diperdebatkan. Para kaum Arab ini tidak mengajarkan agama itu sebagaimana seharusnya. Agama yang disampaikan tidak untuk menjadi pencerahan otak bagi umat, tetapi cenderung menjadi pembodohan. Tujuan mereka memang adalah untuk menjajah, bukan untuk memanusiakan manusia dengan ajaran agama.

Seandainya bangsa ini mendapat pendidikan agama dengan benar serta dari sumber yang benar, tidak akan mungkin ada yang bernama Front Pembela Islam, Jama’ah Ansharut Tauhid, Laskar Jihad, dan lain-lain gerombolan bolot yang lebih bangga menjadi anggota kesatuan organisasi ekstrimis Islam Asia Barat / Timur Tengah daripada sebagai Islam Indonesia. Tidak mungkin orang yang bernama habib-habib itu menjadi alim ulama dan pemimpin gerombolan bolot di negeri ini. Sialnya, kesempatan untuk berfikir kritis terhadap agama sudah dipunahkan sejak awal. Sehingga dengan gampang anak-anak bangsa yang kurang pendidikan dan hidup kekurangan ini digiring untuk menjadi ekstrimis dan tunduk sukarela menjadi budak para Arab untuk mewujudkan ambisi mereka untuk meng-Arab-kan Indonesia.

Kemiskinan dan kebodohan ini telah dimanfaatkan, sebagian besar anak bangsa ini sudah lebih bangga mampu berbahasa Arab daripada mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih bangga memakai gamis di jalan-jalan daripada memakai pakaian tradisional yang diwariskan leluhur bangsa Indonesia.

Apakah kita sudah sangat terlambat untuk membuang semua peradaban Arab dari bumi Indonesia ini? Saya fikir tidak ada istilah terlambat untuk membuang kebolotan. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang bolot. Saya melihat tidak satupun peradaban Arab yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini dalam bidang apapun. Yang diberikan mereka hanyalah pembodohan, pembolotan, membuat orang tinggal manut.

Jika kita boleh bandingkan – maaf – dengan kehidupan orang Kristiani Indonesia, misalnya. Mereka boleh menjadi orang yang sangat taat beragama, tetapi hidup kesehariannya tetap menjadi orang Indonesia. Mereka tidak langsung mengubah cara hidupnya seperti bagaimana dulu Yesus hidup secara lahiriah. Padahal seharusnya, sosok Yesus yang gambarnya ada di mana-mana sangat mudah untuk ditiru, tetapi tidak satupun penganut agama Kristiani meniru cara berpakaian Yesus, meniru jenggotnya atau keriting rambutnya. Yang mereka praktekkan adalah kasih sayang yang diajarkan Yesus, bukan tampilan Yesus secara lahir.

Orang Bali Kristiani tetap dengan budaya Balinya, demikian juga Batak, Toraja, Jawa dan lain-lain. Mereka tetap tampil sebagai orang Indonesia, mereka beribadah dalam bahasa asalnya masing-masing, bahasa China, Batak, Sunda, Bali, Jawa, dan lain-lain. Malah tidak ada gereja yang berbahasa Ibrani di Indonesia, sebagaimana dulu Yesus mempergunakan bahasa itu mengajar murid-muridnya. Kristiani tetap menghargai budaya asal pemeluknya tanpa sama sekali menerapkan budaya Yesus (budaya Yahudi / Israel). Pemeluk Kristiani dari suku apapun diterima sebagai pribadi yang merdeka, secara lahir mereka tetap sebagaimana asalnya, yang diubahkan adalah kehidupan spiritualnya, jiwanya.

Sebelum bangsa ini benar-benar hilang, sebelum identitas kita sebagai bangsa Indonesia tergantikan oleh identitas Arab, mari kita berbenah. Mengikis segala bentuk penjajahan dalam setiap bentuknya di bumi Indonesia ini. Jangan lengah dengan penjajah yang bertopeng agama, bercerminlah kepada penganut agama-agama lain di Indonesia, mereka lebih hidup merdeka sebagai bangsa Indonesia walaupun mereka menganut salah satu agama yang semuanya adalah agama import. Jangan biarkan Arab-arab itu memimpin kerohanian anda, bangsa ini sudah mengenal Islam ratusan tahun, sudah seharusnya ada Islam yang berkepribadian Indonesia, bukan berkepribadian Arab.

Indonesia dengan wilayah yang luas, alam yang kaya, letak yang strategis serta jumlah penduduk yang sedemikian besar terbelakang memang adalah sasaran empuk untuk dijadikan sekutu. Bangsa Arab dan segala bangsa-bangsa di dunia sadar akan hal itu. Bangsa-bangsa besar di dunia ini melihat potensi yang dimiliki Indonesia. Dahulu Belanda datang dengan cara kasar menjajah Indonesia, demikian pula Jepang.

Nah, bangsa Arab, dengan sangat licik masuk menjajah Indonesia dengan memperalat agama Islam, dengan sifat religius yang dimiliki Indonesia, bangsa ini begitu saja mengamini semua apa yang dikatakan bangsa Arab sehingga banyaklah bangsa ini menjadi orang-orang tertipu. Mereka berfikir telah menganut agama Islam yang benar, tidak tahunya hanya menganut budaya Arab yang sarat dengan kekerasan, keberingasan. Musuh yang menikam dengan senyuman manis adalah lebih berbahaya daripada yang menikam dengan amarah.

Mungkin sulit dipercaya atau sedikit diketahui, bahwa imperialisme Arab di wilayah yang kini masuk “Negara Kesatuan Republik Indonesia” telah berlangsung sejak abad-7. Pada abad tersebut telah terdapat sejumlah koloni Arab di negeri ini. Mereka datang karena negeri ini relatif lebih nyaman dibanding negeri sendiri. Sebagian besar dunia Arab kering kerontang, sering terjadi perang antara lain perang saudara. Konflik antar dinasti semisal ‘Abbasiyyah, ‘Ummayyah dan Fathimiyyah – yang notabene ketiganya masih terhitung keluarga besar nabi – adalah fakta yang sulit dibantah. Begitu pula konflik dengan bangsa lain semisal Perang Salib (1095-1291) dan perang kolonial sejak abad-16.

Mengingat jarak antara Nusantara dengan Arabia yang terbilang jauh dan terpisah laut luas, maka kolonisasi Arab di Nusantara tidaklah semasif dan secepat apa yang mereka lakukan di Afrika dan Eropa. Mereka hadir secara berangsur-angsur di wilayah yang umumnya relatif jauh dari pusat kekuasaan / kerajaan penduduk setempat, semisal di pesisir Minangkabau yang relatif jauh dari pusat Kerajaan Sriwijaya dan Banten yang relatif jauh dari pusat Kerajaan Sunda-Galuh.

Kehadiran sejumlah bangsa Eropa pada abad-16 berangsur-angsur mengurangi kuasa dan pengaruh Arab di Nusantara, namun kuasa atau pengaruh Arab belum pernah betul-betul lenyap di Nusantara. Intinya, Nusantara – dengan segala pesonanya – telah menjadi panggung pertarungan berbagai pengaruh asing sejak menjelang tarikh Masehi. Kini, pada abad-21 imperialisme Arab berangsur-angsur seakan bangkit kembali melalui berbagai ormas (berkedok) agama, atau berkedok “Kebangkitan Islam Abad-15 Hijriyyah”.

Dengan dukungan dana berlimpah sebagai hasil dari sumber alam minyak di Arabia, mereka relatif mudah menebar pengaruh ke negeri ini. Sekian tahun terakhir ini mereka banyak hadir semisal di kawasan wisata Puncak, sekitar 90 km ke arah selatan Jakarta. Muncullah berbagai bisnis jasa dengan memakai huruf Arab di sepanjang jalur tersebut, bahkan saya dapat info bahwa bisnis jasa semisal toko buku, photo copy, travel yang memakai huruf Arab juga merangkap jasa kawin kontrak – tentunya antara lelaki Arab dengan perempuan pribumi. Anehnya – atau konyolnya – warga setempat senang menerima mereka, mereka merasa beruntung mendapat jodoh atau menantu lelaki Arab, padahal tidak diimbangi dengan kesediaan orang Arab berjodoh atauarab bermenantu lelaki pribumi. Inilah akibat dari pemahaman agama Islam yang “Arab minded”, artinya menjadikan Arab sebagai ukuran beragama Islam. Apa-apa yang berasal dari Arab dianggap agama Islam, semisal janggut dan gamis. Padahal bukan cuma Nabi Muhammad yang bergamis dan berjanggut, namun musuhnya semisal Abu Lahab dan Abu Jahal juga demikian, karena mereka sama-sama orang Arab. Nabi diutus ke Arabia karena mereka paling butuh, mereka bangsa yang (sangat) barbar. Jika bangsa sebarbar Arab dapat dibina, maka bangsa lain – yang nota bene kurang sebarbar Arab – akan lebih mudah dibina.

Jelas, nabi diutus untuk mengislamkan orang, bukan mengarabkan orang. Orang diislamkan sambil dibiarkan lestari identitas suku dan bangsanya. Tidak perlu kearab-araban untuk menjadi Muslim yang baik. Ambil Islamnya, buang Arabnya.

Hapuskanlah segala fatwa yang mengharamkan memperdebatkan kebenaran yang diseru-serukan oleh sejumlah tokoh agama yang “Arab minded” supaya anda benar-benar mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Seharusnya semakin manusia mengenal Tuhan (lewat agama yang dianutnya) maka sifat-sifat Tuhanpun akan menjadi denyut hidupnya.

ARABISASI ATAU ISLAMISASI

Menyeru-nyeru kebesaran Tuhan dengan pedang terhunus dan amarah yang membara di dada adalah penghinaan kepada Tuhan itu sendiri.

Terpulang pada anda, apakah anda merasa dijajah kaum Arab atau tidak. Perlu difikirkan, kenapa membiarkan habib-habib memimpin anda, padahal kita punya semisal Pak Nasution, Siregar, Teungku, Bagindo Rajo, Tuanku, Mas Suparno atau Kang Jali, dan lain-lain. Bangunlah agama Islam yang berkepribadian Indonesia – anti kekerasan, anti keras kepala, anti benar sendiri, anti brutalisme, anti gamis – karena kita punya budaya sendiri, budaya Indonesia. Jangan cuma mengenang orang-orang yang melawan imperialisme Barat dan Jepang. Jangan cuma menganggap pahlawan atau pejuang, orang-orang yang melawan imperialisme Barat dan Jepang. Tetapi kenanglah, hargailah, jadikanlah pahlawan untuk para penentang imperialisme Arab.

Kepada aparat, jangan ragu-ragu mengamankan para gerombolan bolot itu, demi kedamaian di bumi Indonesia tercinta. Mereka telah menjadi momok yang menakutkan dan telah mencoreng wajah bangsa ini dalam pandangan dunia internasional.

Salam “MERDEKA” dari anggota Pejuang 1945!
https://www.indonesiakininews.com/2020/05/mantan-kabin-hendropriyono-keturunan.html?m=1

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)