Latest News

Showing posts with label Kitab Suci. Show all posts
Showing posts with label Kitab Suci. Show all posts

Sunday, August 24, 2014

Santo Petrus - Tokoh Jatuh-Bangun dalam Beriman


Dengan begitu indahnya kutipan ayat Matius 16:18 dalam bahasa Latin terlukiskan di Basilika Santo Petrus. �TV ES PETRVS ET SVPER HANC PETRAM AEDIFICABO ECCLESIAM MEAM ET PORTAE INFERI NON PRAEVALEBVNT ADVERSVS EAM�. Dalam ayat tersebut, Yesus memanggil Petrus sebagai batu karang. Bila memikirkan tentang batu karang, pikiran kita selalu menggambarkan batu karang sebagai sesuatu yang kokoh dan raksasa. Batu karang yang terdapat dipesisir pantai tetap kokoh meskipun diterpa oleh ombak sekian kali.

Petrus yang dipanggil oleh Yesus sebagai batu karang, apakah benar-benar bersifat batu karang sejati? Apakah iman Petrus sekokoh batu karang? Dalam Kitab Suci begitu banyak terdapat dialog antara Yesus dengan Petrus, dimana terdapat beberapa adegan Yesus yang sedang memarahi Petrus, adapula adegan ketika Yesus memuji Petrus dan dari sekian banyak adegan tersebut, realita menunjukkan kisah persahabatan antara Yesus dengan Petrus tidak berakhir dengan manis, hal itu ditunjukkan ketika Petrus menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan Yesus dalam keadaan sengsaranya, ia bersikap munafik dan mengkhianati Yesus, pada pagi hari ketika Yesus ditangkap. Berikut empat adegan yang menarik antara Yesus dengan Petrus:

1. Petrus menghalang-halangi Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Salib.
Mrk 8:33: �Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 8:33Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Batu karang
2. Petrus tenggelam dan ditolong oleh Yesus
Matius 14:28-31: �Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang ?".

3. Yesus memuji Petrus dan menganugerahkan kepadanya kunci Kerajaan Surga (Petrus dipilih oleh Yesus sebagai Paus pertama Gereja Katolik)
Matius 16:13-18: �Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 16:15Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

4. Yesus menegur Petrus dan menunjukkan sebagai orang yang meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman
Lukas 22:31-32: �Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.

Dari keempat adegan tersebut, kita menyaksikan bagaimana Yesus mengolah iman Petrus sedemikian rupa. Petrus yang adalah salah seorang yang mengikuti Yesus dan percaya kepada-Nya, juga pernah mengalami pengalaman jatuh-bangun dalam iman. Dalam Matius 14:28-31, kita melihat sendiri saat iman Petrus goyah dan akhirnya ia hampir tenggelam, namun Yesus segera menolongnya, dan berseru �Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?�. Hidup iman kita sama seperti roda, yang terus bergulir seiring bertambahnya umur. Iman kita tidak selalu kokoh seakan-akan batu karang, kita juga pernah mengalami pengalaman jatuh dalam iman yang serupa dialami oleh Petrus, ketika ia hanya memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia dan tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.

Gereja dalam perjalanan imannya yang hingga saat ini telah dipimpin oleh 267 orang paus. Gereja mengakui bahwa gereja tidak selalu dipimpin oleh kudus seperti Santo Fabianus, Santo Yohanes XXIII, Santo Yohanes Paulus II, dll. Gereja juga pernah dipimpin oleh paus berperilaku buruk seperti Alexander VI. Tugas Petrus ketika ia ditunjuk oleh Kristus untuk meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman (Lukas 22:32), diemban pula oleh Paus sebagai suksesor dari Rasul Petrus untuk meneguhkan umat beriman dalam iman. Sekalipun seseorang menerima jabatan sebagai paus tidak berarti ia bebas dari kesalahan dalam perbuatan seperti halnya Petrus yang pernah berbuat salah kecuali dalam hal mengajarkan tentang iman yang tidak akan pernah bisa salah.

Kita percaya sebagai orang beriman, bahwa perjalanan dalam mencapai persatuan dengan Kristus tidaklah mudah. Kita akan selalu mengalami jatuh-bangun dalam beriman kepada Kristus namun teruslah bangkit dan tetaplah berjalan.

Dominus illuminatio mea!

Wednesday, June 18, 2014

10 Alasan Selibat Imamat

Bagi budaya obsesi seksual kita, selibat imamat tampaknya merupakan ajaran keras dari Gereja, beban berat yang harus ditanggung dengan grit asketis dan tekad besi.

Tapi itu bukan bagaimana paus dari abad kedua puluh melihatnya. Dalam perkataan mereka, selibat adalah "ornamen terpilih imamat kita" (Pius X), "salah satu kemuliaan paling murni dari imam Katolik" (Pius XI), dan disiplin yang membuat seluruh kehidupan imam "bergema dengan kemegahan kesucian suci "(Yohanes XXIII). Kata-kata mulia sepert ini terinspirasi oleh alasan teologis yang kaya dan mendalam untuk selibat imamat - alasan diingat sebagai perdebatan lama di atasnya telah berkobar ke dalam berita. Berikut adalah sepuluh dari mereka:


1. Imam sebagai figur Kristus. Di atas segalanya, imam Katolik adalah alter Christus-"Kristus yang lain." Ini jelas dalam pengorbanan Misa, ketika imam bertindak dalam pribadi Kristus dalam mempersembahkan Ekaristi. Selibat mengkonfigurasi imam menjadi lebih sempurna kepada Kristus, yang menjalani kehidupan secara sempurna. Jadi mereka tidak hanya "berpartisipasi dalam jabatan imam-Nya" tetapi juga berbagi "kondisi hidup-Nya," Paus Paulus VI menulis dalam ensiklik Sacerdotalis Caelibatus.

2. Pernikahan kepada Gereja. Dalam Alkitab, Gereja sering digambarkan sebagai Mempelai Wanita dari Kristus. Dalam selibat, Imam, sebagai alter Christus, merupakan saksi hidup untuk pernikahan Kristus dengan Gereja-Nya. "Dalam keperawanan atau selibat, manusia sedang menunggu, juga secara badaniah, yang ... pernikahan Kristus dengan Gereja, memberikan diri (bagi pria dan wanita) dengan sepenuhnya kepada Gereja dengan harapan bahwa Kristus memberikan diriNya untuk Gereja dalam seluruh kebenaran kehidupan kekal. Orang selibat mengantisipasi dalam daging (pria dan wanita) dunia baru dalam kebangkitan di masa depan, " Yohanes Paulus II menulis dalam konstitusi kerasulannya Familiaris Consortio.

3. Bapak Spiritual. Melalui selibat, imam menyerahkan diri sepenuhnya untuk melayani Allah dan Gereja-Nya. Sama seperti seorang ayah yang secara unik didedikasikan untuk anak-anaknya, demikian juga imam harus didedikasikan untuk umatnya. Sebagai salah satu imam Yesuit di Universitas Georgetown baru-baru ini berkata di Washington Post: "Saya tidak memiliki anak biologis saya sendiri, tapi saya memiliki lebih dari 6.000 di sini di kampus utama Georgetown! Saya memiliki banyak putra dan putri yang memanggilku 'Bapa.' "Yohanes Paulus II menggambarkan ini sebagai "berbagi tunggal dalam kebapaan Allah" (Pastores Dabo Vobis).

4. Selibat sebagai pengorbanan. Dalam melepas kehidupan pernikahan, Imam juga menghubungkan dirinya dengan pengorbanan Kristus di kayu Salib. "Dalam cara yang sama, dengan sekarat setiap hari bagi dirinya sendiri dan dengan memberikan legitimasi kasih dari keluarga sendiri untuk kasih Kristus dan kerajaan-Nya, imam akan menemukan kemuliaan hidup yang sangat kaya dan berbuah di dalam Kristus , karena seperti Dia dan di dalam Dia, ia mencintai dan mendedikasikan dirinya untuk semua anak-anak Allah," Paulus VI menulis. Hal ini pada akhirnya adalah tujuan seksualitas manusia - menjadi "tanda ikhlas dan pelayanan yang mulia untuk cinta persekutuan dan penyerahan diri kepada orang lain," tulis Santo Paus Yohanes Paulus II di Pastores Dabo Vobis.

5. Selibat sebagai kemurnian malaikat. Selibat bukanlah hanya tindakan pengorbanan. Ini juga merupakan tanda kesucian. Sama seperti Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban murni dan bersih, sehingga harus imam. Selain itu "kemurnian hati dan kesucian hidup" serasi dengan "kesungguhan dan kekudusan" dari jabatan, Paus Pius XI menulis di ensiklik Ad Catholici Sacerdotii. Beberapa telah menggambarkan kemurnian dunia lain ini sebagai malaikat: "Imam harus begitu murni, jika ia diangkat dan ditempatkan di surga itu sendiri, ia mungkin mengambil tempat di tengah-tengah para malaikat," kata Santo Yohanes Krisostomus.

6. Kesendirian sebagai penghubung kepada Kristus. Bahkan kesendirian seorang imam mungkin mengalami kesatuannya yang lebih erat dengan Kristus, menurut Paulus VI: "Pada saat kesendirian akan membebani seorang imam, tetapi ia tidak akan menyesal karena alasan itu yang dengan bermurah hati memilih itu. Kristus, juga, pada jam-jam yang paling tragis dalam hidup-Nya telah sendirian - ditinggalkan oleh orang-orang yang telah dipilih sebagai saksi, dan sahabat hidup-Nya, dan kepada siapa Ia mencintai hingga akhir - tetapi Dia menyatakan, "Aku tidak sendirian, karena Bapa menyertai aku.�

7. Waktu untuk berdoa. Seperti lamanya waktu bagi mereka yang telah menikah untuk menghabiskan waktu dalam doa, imam harus mencurahkan lebih banyak, Bapa Gereja mengajarkan, menurut teolog Katolik Ukraina Roman Cholij. Salah satu dasar pandangan ini adalah 1 Korintus 7:5, di mana St Paulus memberikan nasihat kepada mereka yang sudah menikah: "Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak." Oleh karena itu para imam, yang tidak memiliki orang lain untuk "kembali", harus memiliki lebih banyak waktu untuk berdoa

8. Kesempurnaan imamat Israel. Katolik melihat kembali kepada imam-imam Perjanjian Lama sebagai pelopor. Mereka memahami bahwa imamat tidak berakhir dengan Kristus - itu terlahir kembali dan diperbarui melalui Dia. Dalam Perjanjian Lama, para imam Lewi diizinkan untuk menikah, tapi selibat diperlukan saat mereka yang bertugas di tempat kudus. Untuk para Bapa Gereja, imam Katolik adalah "kesempurnaan" imamat Lewi, menurut Cholij. "Oleh karena itu ... jika orang-orang Lewi mempraktekan penahanan diri secara kontemporer ketika di tempat kudus, jauh lebih harus Imam Kristen, untuk selalu siap melayani, praktek penahanan diri," tulis Cholij.

9. Detasemen dari dunia. Selibat adalah salah satu contoh dari satu detasemen yang lebih luas dari segala sesuatu dari dunia ini - sesuatu yang diperlukan untuk imam "untuk mengikuti Tuan Ilahi dengan lebih mudah dan cepat," menurut Paus Pius XII dalam seruan apostolik Menti Nostrae. "Kesucian sendiri membuat kita mengetahui apa tuntutan panggilan ilahi kita, orang yang disalibkan kepada dunia dan kepada siapa dunia telah disalibkan, laki-laki berjalan dalam hidup yang baru yang ... hanya mencari hal-hal sorgawi dan berusaha dengan segala cara untuk memimpin orang lain kepada mereka," Pius X menulis dalam seruan apostoliknya, Haerent Animo.


10. Sebuah tanda hidup dari surga. Di surga, pria akan tidak kawin dan dikawinkan sebaliknya juga wanita, mereka akan menjadi seperti malaikat, sebagaimana Kristus Yesus mengatakan dalam Matius 22:30. Dalam cara yang khusus, selibat membuat imam menjadi saksi hidup untuk realita masa depan ini. Seperti Paulus VI katakan, selibat imamat "menyatakan kehadiran di bumi dari tahap akhir keselamatan dengan kedatangan dunia baru, dan dalam cara mengantisipasi pemenuhan kerajaan seperti yang ditetapkan selanjutnya pada nilai tertingginya yang pada suatu hari bersinar dalam semua anak-anak Allah.

Vivit Dominus in cuius Conspectu sto.
Tulisan ini karya dari Stephen Bale, seorang Katolik eks Protestan Evangelisasi dan salah satu kontributor dalam website catholicexchange.com

Monday, April 7, 2014

Kebiasaan Menyelubungi Salib dan Patung dalam Masa Prapaskah V


Hari Minggu Prapaskah I adalah permulaan memasuki Masa Suci terhormat selama 40 hari berpuasa seperti Yesus. Hal ini nyata dalam teks Doa Pembuka, Doa Persembahan, dan Prefasi hari Minggu yang bersangkutan.

Apa yang dikenal di masa lampau dengan Minggu Sengsara (Dominica de Passione) kini menjadi Minggu Prapaskah V. Masa lampau dilihat sebagai persiapan dekat menjelang saat-saat penting sengsara dan wafat Tuhan, sehingga bacaan Misa lebih dikaitkan dengan kisah sengsara Tuhan. Namun, kini setelah Konsili Vatikan II seluruh masa Prapaskah sudah diatur rapi sebagai langkah-langkah perjalanan Tuhan melalui sengsara dan wafat menuju kebangkitan-Nya, sehingga tidak secara eksklusif menampilkan lagi sebagai hari Minggu sengsara, tetapi Minggu Prapaskah V seperti pada ritus Ambrosiana (bdk. PTLPL No. 88).

Kebiasaan menyelubungi Salib dan semua patung tetap dianjurkan. Kebiasaan ini muncul sejak Abad XIII dan diberi arti oleh Uskup Wilhelmus Durand (Uskup Mende, Perancis) sebagai tanda bahwa Kristus pada saat sengsara-Nya menyembunyikan keilahian-Nya sesuai dengan isi bagian terakhir dari Injil hari Minggu itu: ��akan tetapi Yesus menyembunyikan diri dan keluar dari kenisah� (Rationale Divinorum Officiorum No. 34). Para penerbit Misale Schott sebelum Konsili Vatikan II melihat dasar pemahamannya pada kenyataan betapa Tuhan kita sedemikian merendahkan diri dan sekaligus mengajak kita sekalian meresapkan di hati misteri Sang Penebus yang tersalib. Calendarium Romanum pada bagian komentar menjelaskan:
�Mulai sekarang dan seterusnya, Salib dan lukisan/patung orang kudus tidak diselubungi, kecuali bagi wilayah-wilayah keuskupan yang merassa bermanfaat memelihara kebiasaan ini; pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah hendaknya umat beriman dibimbing untuk berkontemplasi mengenai misteri penderitaan Tuhan.�
Penegasan setelah Konsili Vatikan II dikemukakan dalam surat edaran �Perayaan Paskah dan Persiapannya�, 16 Januari 1988 (Seri Dokumen Gereja No. 71) sebagai berikut:
�Kebiasaan memberi selubung kepada salib-salib dalam gereja sejak Minggu Prapaskah ke-5, dapat dipertahankan, bila diperintahkan demikian oleh Konferensi Waligereja. Salib- salib tetap terselubung sampai akhir liturgi Jumat Agung, tetapi patung dan gambar sampai awal perayaan Malam Paskah.� (PPP No.26).
Hari-Hari Minggu selama Masa Prapaskah
Tata Bacaan Injil yang didukung oleh Bacaan I dan II serta rumusan doa-doa dan nyanyian merupakan kesatuan tematis yang sengaja disusun sedemikian ruma untuk menyukseskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai Gereja bagi umat berimannya selama Masa Prapaskah. Tema pengaturan yang mendukung penghayatan ini nyata sebagai berikut: Tahun A lebih mengenai tahap-tahap pembaptisan; Tahun B lebih bercorak Kristosentris dan Tahun C lebih diarahkan kepada pertobatan. Namun, demikian kemungkinan memilih bacaan dari Tahun A sangat diajurkan bagi paroki yang mengadakan tahap-tahap akhir masa katekumenat, sebab isi bacaan (Minggu III-IV-V) merupakan renungan khusus tentang Sakramen Pembaptisan yang berasal dari Sacramentum Gelasium Vetus, Abad VIII (bdk. PPP, No. 71). Urutan tema sebagai berikut:

Minggu Prapaskah III: Dialog antara Yesus dan perempuan Samaria di sumur Yakob. �Barangsiapa minum air � tak pernah akan haus lagi.� Teks ini mau menjelaskan tentang dinamika hidup sebagai ciptaan baru berkat Sakramen Pembaptisan (bdk. Yoh 4:5-42).

Minggu Prapaskah IV: Orang yang lahir buta (bdk. Yoh 9:1-41). Para katekumen yang hidup dalam kegelapan mendapatkan terang. Tuhanlah yang memilih mereka dan menerangi mereka.

Minggu Prapaskah V: Pembangkiitan Lazarus (bdk. Yoh 1:1-45). Setiap orang yang dibaptis akan dibangkitkan oleh Kristus ke dalam hidup baru.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan di Hadirat-Nya aku berdiri). Disadur dari "Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun" karya Pater Bosco da Cunha O.Carm

Saturday, August 31, 2013

Katekese Singkat "Bulan Kitab Suci Nasional 2013"

Logo BKSN 2013
Paus Emeritus Benediktus XVI melalui Surat Apostolik Porta Fidei (Pintu Iman) telah menetapkan Tahun Iman mulai tanggal 13 Oktober 2012 sampai tanggal 24 November 2013. Dalam Surat Apostoliknya itu, Paus Emeritus Benediktus XVI mengutarakan keprihatinannya akan mulai merosotnya penerusan iman yang sedang melanda Gereja. Oleh sebab itu, Paus mengajak segenap warga Gereja untuk merefleksikan imannya sekaligus mengambil langkah kreatif guna membangun kembali iman dalam ziarah sepanjang tahun Iman ini.


Dalam menanggapi ajakan Sri Paus ini, Konferensi Waligereja Indonesia juga mengajak umat Katolik Indonesia mendalami Kitab Suci dan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II sebagai dasar pijakan yang kokh dalam merefleksikan imannya untuk terus bertumbuh di dalam Kristus Yesus, Sang Penyelamat.

Lembaga Biblika Indonesia (LBI) yang kiprahnya di bidang Kerasulan Kitab Suci juga memandang pentingnya keluargsa dalam upaya penerusan iman. Keluarga-keluarga Kristiani diajak untuk mendalami imannya melalui pergulatan dalam Sabda Allah. Oleh sebab itu, LBI bersama para delegatus Kerasulan Kitab Suci seindonesia menetapkan tema, �Kitab Suci Dalam Keluarga�sebagai focus kerasulan Kitab Suci dalam kurun waktu  2013-2016. Melalui tema ini diharapkan keluarga-keluarga Kristiani dapat bertumbuh dalam imannya berkat permenungan dan pergulatan mereka dengan Kitab Suci yang dibaca, direnungkan dan dihayati dalam keluarga.

Pada Bulan Kitab Suci Nasional Tahun 2013 ini, tema yang diangkat oleh LBI adalah �Keluarga Bersekutu Dalam Sabda Allah�. Tema ini mau mengingatkan kepada keluarga-keluarga Kristiani agar memulai hal yang mendasar dalam membangung Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica) yaitu membangun persekutuan diantara anggota keluarga atas dasar Sabda Allah.

Bahan BKSN 2013 dibuat dalam 4 kali pertemuan dengan sub temanya masing-masing. Pertemuan I : �Keluarga Abraham Dan Sara� (Kej 12:1-16). Dalam pertemuan I ini umat diajak untuk mengambil inspirasi dari Abraham dan keluarganya sehingga dia disebut bapa kaum beriman. Pertemuan II: �Keluarga Zakharia Dan Elisabet� (Luk 1:57-66). Melalui pertemuan II ini, umat diajak untuk menimba pengalaman dari Keluarga Zakharia dan Elisabet yang bergumul untuk mempercayai Firman Tuhan dalam hidup sehari-hari.

Pertemuan III : �Keluarga Kudus Nazaret� (Luk 2:41-52). Dari pertemuan II ini, umat diajak untuk merefleksikan hidup berkeluarganya, apakah sungguh telah mengusahkan nilai-nilai Injil yakni kasih, ketaatan kepada Allah dan sesame, serta kerendahan hati yang merupakan tiang utama penyangga persatuan hidup berkeluarga. Pertemuan IV : �Keluarga Sebagai Sarana Menuju Kesucian� (Ef 5:21-6:4). Dalam pertemuan IV ini umat diajak untuk merenungkan ajaran Rasul Paulus tentang hidup perkawinan sebagai Sakramen dan hubungan cinta suami-istri yang menyerupai hubungan kasih antara Kristus dengan GerejaNya.

Dari empat kali pertemuan ini, sangat diharapkan umat Allah semakin menyadari akan pentingnya keluarga sebagai sarana pertumbuhan iman bagi semua anggotanya dan memiliki semangat untuk membangun keluarga Kristiani sejati sebagaimana diharapkan oleh Allah sendiri.

Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional Tahun 2013, semoga rahmat Allah menyertai kita pada bulan ini sehingga kita mampu mendengarkan SabdaNya, mendalami SabdaNya, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mewartakan Sabda Allah kepada setiap orang. Tuhan memberkati saudara. Dominus illuminatio mea!

Berbagai artikel bertema Kitab Suci bisa ditemukan disini (silahkan klik) 
Diadaptasi dari artikel di Buletin Berkat milik Keuskupan Malang No. 34 thn XV edisi 693.

Thursday, July 4, 2013

Kealkitabiahan Perayaan Misa Kudus



Berikut Katolisitas Indonesia, tampilkan beberapa buah ayat yang menunjukkan keAlkitabiahan Perayaan Ekaristi dari Kitab Wahyu. Semoga bermanfaat.

Dupa (5:8 ; 8:3-5)
Kitab atau gulungan Kitab (5:1)
Hosti Ekaristi (2:17)
Amin (19:4 ; 22:21)
Imam Agung (Why 1:13)
Altar/Mezbah (8:3-4 ; 11:1 ; 14:18)
Imam-imam (presbyteroi 4:4 ; 11:15 ; 14:3 ; 19:4 )
Jubah-jubah (1:13 ; 4:4 ; 6:11 ; 7:9 ; 15:6 ; 19:13-14)
Selibat yang dikuduskan (14:4)
Kaki Dian (1:12 ; 2:5)
Melakukan pertobatan (bab 2 dan bab 3)
Piala-piala (15:7 ; bab 16 ; 21:9)
Tanda salib (tau 7:3 ;14:1 ; 22:4)
Pembacaan dari Kitab Suci (bab 2-3; 5 ; 8:2-11)
Perjamuan Perkawinan Anak Domba (19:9,17)
Kemuliaan (15:3-4)
Alleluya (19:1,3,4,6)
Arahkan hatimu (11:12)
"Kudus, kudus, kudus" (4:8)
'Anak Domba Allah" (5:6 dan di seluruh bagian)
Pentingnya Perawan Maria (12:1-6, 13-17)
Doa permohonan Para Malaikat dan Orang-orang Kudus (5:8 ; 6:9-10 ; 8:3-4)
Devosi kepada St. Mikael Malaikat (12:7)
Nyanyian Antifon (4:8-11 ; 5:9-14 ; 7:10-12 ; 18:1-8)

Disalin ulang dari buku Lambs Supper karya Scott Hahn
Dominus Illuminatio Mea!

Friday, April 5, 2013

Respon Terhadap Surat Edaran Paskah Gereja Yesus Sejati Bagian II


Artikel ini adalah lanjutan dari artikel pertama, dituliskan khusus untuk menanggapi pernyataan dari surat edaran Paskah gereja Yesus sejati, mengenai penolakan terhadap Perayaan Paskah.
3. Asal-usul kata EASTER : 
1. Kata ini berasal dari nama dewi musim semi suku kuno Anglo Saxon (Inggris) yang bernama Eostre atau Ostara atau Ishtar

2. Funk & Wagnall�s Stand. Ref. encyclopedia mencatat: �Meskipun Paskah adalah perayaan Kristen namun�nama aslinya hilang di masa lalu yang suram. Beberapa sarjana percaya bahwa kata ini mungkin, bersumber dari Eastre, dewi musim semi dan dewi kesuburan suku Anglo Saxon, � Perayaan ini dilakukan pada �Titik Musim Semi Matahari� (The vernal equinox) � di sini tradisi digabung dengan perayaan � kelinci paskah adalah lambang kesuburan, sedangkan telur paskah yang dilukis menggambarkan sinar matahari pada musim semi. 

3. The Layman�s Bible encyclopedia (th. 1964) mencatat: Ostara/ Eostra (Easter) adalah sebuah perayaan penyembahan berhala pada musim semi yang jatuh pada � the vernal equinox � **, Adapun lambang dari perayaan ini adalah kebangkitan alam setelah musim dingin � kelinci � dan telur yang diwarnai yang melambangkan munculnya kembali matahari � Nama-nama yang berhubungan: Easter = Eostre = Isthar = Astarte (The queen of heaven) = Ashtoreth (Ibrani) = Asyera (1Raj 18:19). 
Respon: Ini keliru, Gereja Kristus yang Katolik telah mengarungi bahtera zaman dalam rentang waktu 2000 tahun lebih. Dan sekarang komunitas ini malah menyebut Perayaan Paskah yang dipelihara hampir ribuan tahun oleh Gereja Katolik lalu tiba-tiba lenyap sendiri, apakah hal itu masuk di akal? Tidak bisakah Kristus yang merupakan sumber dari Perayaan Paskah itu menjaga perayaan umatNya yang ditujukan kepada KebangkitanNya? Bukankah Yesus sendiri berkata "dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20). Apabila komunitas ini berpendapat seperti ini maka yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah siapa meneruskan ajaran- ajaran sejati dari para Rasul? 

Memang kini banyak sekali orang yang menduga bahwa Easter berasal dari nama dewi Isthar atau dewi Eostre/Ostara. Memang sekilas bunyinya mirip, seperti halnya juga, bahwa besar kemungkinan kata �Easter� berakar dari kata �Eostur�, yang berarti �musim kebangkitan� (season of rising) yang mengacu kepada musim semi. Maka kata �Easter� digunakan di Inggris, �Eastur� di bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi. Sedang di negara- negara lain, digunakan istilah yang berbeda: �Pascha� (bagi Latin dan Yunani), � Pasqua� (Italia), �Pascua� (Spanyol), �Paschen� (Belanda), �dst yang semua berasal dari kata Ibrani (�Pesach�) yang artinya �Passover�. 

Namun jika kita melihat kepada bahasa Jerman, kata Ostern (yang artinya Easter) berasal dari kata Ost (east atau terbitnya matahari), dan berasal dari bentuk kata Teutonik yaitu erster (artinya yang pertama/ first) dan stehen (artinya berdiri/ stand) yang kemudian menjadi �erstehen� (bentuk kuno dari kata kebangkitan/ resurrection), yang kemudian menjadi �auferstehen� (kata kebangkitan dalam bahasa Jerman sekarang). 

Jadi kata Ester/Eostur dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi Easter, adalah setara dengan kata Oster dalam bahasa Jerman yang kemudian menjadi Ostern. Maka jika ada kemiripan bunyi Easter dengan Isthar itu hanya kebetulan, dan tidak dapat dipaksakan bahwa bahwa keduanya berhubungan. Ini serupa dengan memaksakan kata �belum� dalam bahasa Indonesia, yang dianggap mengacu kepada kata �bloom� (artinya berkembang) dalam bahasa Inggris, yang bunyinya mirip tapi tidak ada hubungan sama sekali, karena artinya pun lain. Jadi bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan �Happy Easter� berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Kristen, perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah Kebangkitan.

Dengan demikian bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan �Happy Easter� berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Kristen, perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah Kebangkitan. Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. Dan saya yakin bahwa komunitas gerejawi Yesus sejati yang berdomisili di Negara Inggris pasti menggunakan kata-kata ini jadi jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak menyebut Easter, juga menolak semua nama hari dalam bahasa Inggris yang kedengarannya juga berbau pagan.

Mungkin menarik untuk diketahui bahwa William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah yang pertama kali memasukkan kata �Easter� di dalam Kitab Suci terjemahan bahasa Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Jadi penggunaan kata �Easter� itu bukan �penemuan� Gereja Katolik. Menurut St Beda (wafat tahun 735), seorang sejarahwan besar Abad Pertengahan, istilah Easter (yang berarti Paskah) tampaknya bermula di Inggris sekitar abad kedelapan. Kata �Easter� berasal dari kata �Eoster�, nama dewi Teutonic, dewi terbitnya terang hari dan musim semi dan kurban-kurban tahunan sehubungan dengannya. Jika inilah asal kata Easter, maka Gereja �membaptis� nama tersebut, dan mempergunakannya untuk menunjuk pada pagi hari Minggu Paskah pertama ketika Kristus, Terang kita, bangkit dari makam dan ketika para perempuan mendapati makam kosong sementara fajar mulai menyingsing. 

Meski akar kata Easter secara etimologis ada hubungannya dengan nama seorang dewi kafir ataupun upacara-upacara kafir, namun makna perayaan yang dikandung dalam kata ini tak diragukan lagi sungguh Kristiani. Dengan demikian, tidak perlulah kita risau jika menggunakan kata �Easter�, karena bagi kita umat Kristiani kata itu tidak mengacu kepada Isthar, tetapi kepada �Eostur�, �erster- stehen/ erstehen� yang artinya mengacu kepada kebangkitan, yaitu Kebangkitan Kristus. Tidak seperti Hari Raya Natal yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember dan �membaptis� perayaan matahari oleh bangsa kafir Romawi sebelumnya, Easter atau Paskah sungguh merupakan suatu perayaan yang unik.

Tentang telur Paskah: Jika kita membaca sejarah, kebiasaan orang menghubungkan musim semi dengan telur itu sudah ada sejak zaman dahulu kala, yaitu zaman Persia dan Mesir kuno, yang memulai tahun baru mereka pada musim semi. Telur dimaknai sebagai simbol kelahiran/ kehidupan baru. Maka mereka umumnya merayakan datangnya musim semi dengan saling menghadiahkan telur di antara mereka. Kebiasaan ini juga sudah dirayakan pada masyarakat Eropa. Ketika agama Kristen masuk, perayaan telur itu diberi makna yang rohani. Selain juga bahwa perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, maka telur juga diberi makna sehubungan dengan perayaan Paskah. Dalam Masa Paskah kita merayakan ataupun memperingati Pembaptisan kita yang maknanya adalah bahwa kita telah mati terhadap dosa, untuk hidup baru bersama Kristus. 

Demikian tertulis dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma:�Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru�. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.� (Rom 6:4,11)

Dengan demikian, Kekristenan mengangkat dan menguduskan suatu perayaan yang telah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Salah satu prinsipnya adalah �Grace perfects nature�/ Rahmat Tuhan menyempurnakan kodrat, artinya Tuhan tidak serta merta meniadakan apa yang telah terjadi secara kodrati/ alamiah. Sejak dahulu kala, manusia menghargai kehidupan dan datangnya musim semi yang menjadi pertanda permulaan kehidupan baru, setelah berbulan-bulan lamanya melalui musim dingin di mana alam seolah- olah telah mati. Perayaan kehidupan baru ini memiliki makna yang religius dengan adanya perayaan Misteri Paskah, yang olehnya kitapun dipersatukan dengan Kristus dalam kematian-Nya untuk dibangkitkan bersama-Nya. Melalui masa Prapaskah kita melewati masa pertobatan, yang mengingatkan kita agar mati terhadap dosa, untuk menyongsong kebangkitan Kristus, di mana kita juga akan dibangkitkan bersama-Nya untuk memperoleh hidup baru di dalam Dia.

Bahwa sekarang di internet kita lebih banyak mendapatkan informasi tentang telur Paskah daripada makna Paskah itu sendiri kemungkinan berkaitan dengan fakta bahwa makna telur sebagai simbol kehidupan baru dapat diterima setiap orang dari segala bangsa dan agama; sedangkan makna Paskah sebagai perayaan Kristus yang bangkit untuk memberi kehidupan baru dan kekal, itu hanya diterima oleh mereka yang percaya kepada Kristus. Namun sebaiknya ini tidak menyurutkan semangat kita untuk mewartakan Kristus, sebab Ia memberikan makna kehidupan baru yang lebih sejati daripada simbolisme sebutir telur.
3. Hasil Konsili Nicea (TH. 325) Gereja Katolik Roma :
1. Paskah/Easter harus dirayakan pada minggu pertama setelah bulan Purnama Paskah atau setelah �Titik Musim Semi Matahari� pada musim semi. (the vernal equinox).

2. Hari Paskah/Easter Day ditetapkan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama, setelah �the vernal equinox�, karena Juruselamat kita bangkit dari kematian pada hari Minggu.

Simbol-simbol Paskah
Telur paskah: 
1. Lambang kesucian Babel. Mereka percaya bahwa sebuah telur berukuran luar biasa telah jatuh dari langit di sungai efrat dan dari telur ini lahir Dewi Astarte (Easter/Paskah masa kini).

2. Bangsa Yunani mempunyai Telur suci Heliopolis dan Telur Thyphon.3. Gereja Katolik Roma mempunyai sebuah kantor perwakilan Ishtar - Bunda Kudus, yang di atasnya terdapat telur suci Heliopolis dengan telur Thypon pada kakinya.

Kelinci Paskah:
1. Menurut ensiklopedi Britanika:Kelinci Paskah telah memasuki kekristenan sejak zaman purbakala dan merupakan lambang kesuburan dan hidup baru (dari Mesir). 

2. Sebagai lambang kesuburan karena kelinci berkembang-biak sangat cepat. Dalam seni tradisional Kristen, kelinci menggambarkan �nafsu�; lukisan kadang menunjukkan seekor kelinci pada kaki bunda suci Maria, yang menandakan kemenangan atas godaan jasmani.
Respon: Pada awalnya, hari Paskah yang memperingati kebangkitan Kristus dirayakan 14 hari setelah �full moon of the vernal equinox� yang berdasarkan pada perhitungan perayaan Passover (Paskah) Yahudi. Pada awalnya, perayaan Paskah bukan selalu jatuh hari Minggu, namun selalu jatuh 14 hari setelah full moon. Kemudian pada Konsili Niceae (tahun 325), hari Paskah ditetapkan pada hari Minggu pertama setelah full moon, dengan dasar yang paling utama adalah karena Kebangkitan Kristus jatuh pada hari Minggu. Karena hari Minggu menjadi suatu keputusan konsili untuk merayakan Paskah, maka hari Paskah tidak lagi terlalu persis 14 hari dari full moon. Oleh karena itu, perayaan Paskah bervariasi dari tanggal 22 Maret sampai 25 April. Walaupun tanggalnya bervariasi, yang terpenting adalah umat Allah merayakan hari Paskah, hari yang paling penting bagi umat Allah. (Tentang telur Paskah sudah dijawab diatas)

Kesalahan lain dari kutipan diatas adalah frase "Hasil Konsili Nicea (th.325) Gereja Roma Katolik", dengan frase ini, komunitas ini seolah-olah mengganggap bahwa Gereja Katolik hanya terdiri dari Gereja Katolik Roma saja. Padahal didalam Gereja Katolik masih ada 22 Gereja Katolik Timur yang merupakan sebuah Gereja sui iuris dan bukan hanya sekedar sebuah ritus saja. Konsili ini sendiri dipimpin oleh Uskup Hosius dari Cordoba sebagai utusan Paus St. Silvester bersama dengan dua orang Imam utusan Paus St. Silvester yaitu, Pater Vitus dan Pater Vinsensius. Hosius sendiri adalah orang yang pertama menandatangani seluruh dekrit Konsili Nicea. Ia menandatanganinya dalam nama, �Gereja Roma dan Gereja-gereja seluruh Italia, Spanyol dan seluruh Barat�.

Anda penasaran terhadap komunitas gerejawi Yesus sejati ini? 
Setelah browsing di Google beberapa hari yang lalu saya menemukan di biografi dari komunitas ini (silahkan klik ini). Ada beberapa kejanggalan bahkan tidak masuk diakal dalam biografi komunitas gerejawi ini. Contohnya saja ketika pendiri komunitas ini (Barnabas Zhang) mengganggap, bahwa ia telah bertemu dengan Yesus di dalam hutan. Kita pikir secara logis saja, Kristus itu mendirikan Gereja hanya 1, tidak pernah ia menyuruh seseorang untuk mendirikan gereja lain selain GerejaNya yang Katolik. Dan kita tahu, kita hidup didunia ini tidak sendirian, ada yang namanya iblis, kita tahu bahwa iblis itu tidak cerdas sekaligus ia juga tidak bodoh, ia bisa saja menyamar jadi Yesus atau Bunda Maria sekalipun�Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka� (2 Korintus 11 :14-15).

Contohnya pada peristiwa iblis yang menyamar menjadi Yesus dan Maria di Naju, Korea Selatan. Betapa banyak umat yang percaya bahwa Kristus telah menampakan diri, saya sendiri terkejut mengapa Gereja Katolik menolak peristiwa tersebut namun setelah saya lihat lebih lanjut ternyata si Yulia Kim yang mengalami peristiwa tersebut sombong. Ia hendak mendirikan Basilika di Bukit Naju dan menolak mengikuti deklarasi ordinaris dan petunjuk pastoralMengapa iblis sampai-sampai melakukan tindakan bodoh seperti ini? Karena Ia membenci kesatuan Gereja Kristus yang selama 2012 tahun kurang, dihantam oleh berbagai bidaah, persoalan, peperangan, berbagai macam isme namun terbukti hingga sekarang Gereja Katolik tetap utuh sepenuhnya.

Di biografi ini pula, komunitas ini mengaku-ngaku sebagai gereja non-denominasi. Saya rasa ini hanyalah topeng belaka, yang dijadikan sebagai pembeda dari gereja-gereja lainnya. Jika mau jujur pengajaran komunitas ini, 90 persen hampir mirip dengan saudara-i kita yang telah memisahkan diri yaitu Protestan. Kanon Alkitabnya pun sama (membuang 7 Kitab Perjanjian Lama), tidak ada penghormatan terhadap Bunda Maria dan kepada para Kudus lainnya. Perbedaan yang jelas terlihat antara komunitas gerejawi Yesus sejati ini dengan komunitas gerejawi Protestan adalah komunitas ini betul-betul menolak Perayaan Natal dan Paskah.

Gereja Katolik selalu mengingat janji Kristus bahwa Roh Kudus akan membimbing Gereja ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13), maka teladan para rasul akan pengajaran iman itu juga dirumuskan dengan yang disebut suara Segenap Gereja yang adalah Suara Roh Kudus itu sendiri. Lalu Gereja bermusyawarah dalam merumuskan pengajaran iman dan hukum Gerejawi (Kis 15 : 22). Konsili Gereja ini dilaksanakan untuk memberikan jawab kepada pertentangan-pertentangan ajaran dalam tubuh jemaat (Kis 15 : 1 - 2),dan inilah Ketetapan Iman yang harus menjadi dasar yang diyakini agar seluruh jemaat menurutinya (Kis 16 : 4).

Karena suara segenap Gereja yang diperoleh melalui Musyawarah / Konsili ini disebut sebagai suara Roh Kudus sendiri, oleh karena itu suara Konsili inilah yang disebut tidak dapat salah (Infallibility). Dan komunitas ini menolak salah satu dari hasil keputusan Konsili Nikea yang merupakan Konsili Ekumenis pertama dalam Gereja Purba dengan mengganggap bahwa Paskah itu adalah hari raya Pagan/ penyembahan berhala, dan secara langsung komunitas ini sungguh-sungguh sudah melecehkan suara Roh Kudus dan menghina kerja keras dari Bapa Gereja. 

Kesimpulannya adalah bukan Gereja Katolik yang salah terhadap Perayaan Paskah namun penafsiran dan sekaligus kemampuan untuk membaca Kitab Suci komunitas inilah yang salah. Masih banyak lagi hal-hal yang tidak logis berkaitan dengan komunitas gerejawi ini, namun saya rasa cukup sampai disini saja. Semoga kita semakin hati-hati dalam mempercayai sesuatu. Apabila sesuatu hal, membuat kita semakin mencintai Kristus dan GerejaNya, maka sudah pantas kita menerimanya namun apabila itu menyesatkan, lebih baik kita tidak usah mendekat bahkan sebaiknya lari dari pada Iman kita diracuni. 

Katolisitas Indonesia, orang muda dan awam Katolik dari Keuskupan Banjarmasin.
Dominus illuminatio mea!

Respon Terhadap Surat Edaran Paskah Gereja Yesus Sejati Bagian I

Tampak sampul depan
Pertama-tama sebelum anda beranjak untuk melihat respon saya, terhadap surat edaran dari gereja Yesus sejati (kita sebagai umat Katolik lebih tepat apabila memanggil gereja saudara-saudari kita yang beragama Protestan, dengan sebutan komunitas gerejawi dan tidak tepat apabila kita menyebut mereka sebagai gereja). Maka terlebih dahulu saya akan mengajak anda sekalian untuk melihat bagaimana dan apa itu hari raya Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.

Paskah dalam berbagai bahasa memekai kata yang sama untuk menyebut Paskah Yahudi dan Paskah Kristiani yakni Pascha, Pasqua, Pesach, dll. Sedangkan didalam bahasa Inggris istilah untuk Paskah ialah Easter dan inilah kata kunci yang sering digunakan oleh orang yang tidak mengerti sejarah dan saking hebatnya kata �Easter� ini hingga membuat komunitas gerejawi Yesus sejati sampai tidak merayakan Paskah!

Asal muasal hari raya Paskah berasal dari perintah Allah sendiri (Im 23:4-5) untuk mengenang keluarnya Bangsa Israel dari tanah Mesir. Perayaan Paskah Kristiani memang banyak �berasal dari perayaan Paskah Yahudi�, oleh karena itu tidak bisa dikatakan, bahwa Paskah Yahudi dan Paskah Kristiani tidak ada hubungannya. Unsur pokok dari Perayaan Paskah itu sendiri yakni anak domba Paskah namun didalam Kekristenan hal itu ditiadakan karena kini Kristuslah yang menjadi domba Paskahnya (Yoh 1:29). Perjamuan domba Paskah dalam Gereja Katolik kini dirayakan dalam Misa Kamis Putih, secara nyata Kristus betul-betul hadir diantara umat beriman untuk mengenang Perjamuan Paskah, sekaligus sebagai tanda pengurbanan sendiri Tubuh dan DarahNya dan juga saat-saat terakhir dimana Ia bersantap dengan 12 Rasul yang begitu dikasihiNya (Mat 26:17). Inilah tanda dimana kita sebagai umat beriman dibebaskan dari perbudakan dosa dan dirubah menjadi manusia baru.

Dalam kegenapan waktu, Yesus datang sebagai �Anak Domba Allah� (Yoh 1:29). Ia adalah �Kristus, anak domba Paskah kita,� yang �sudah dikurbankan� (1Kor 5:7). Karena itu Santo Paulus berkata �marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, yakni ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran� (1Kor 5:8).

Sekarang, setelah kita mengetahui bagaimana dan apa itu hari raya Paskah maka saya akan memaparkan disini respon saya terhadap �surat edaran� yang dikeluarkan oleh komunitas gerejawi Yesus sejati. Perlu anda ketahui bahwa disini saya hanya akan merespon hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik namun hal itu dirujukan kepada Gereja Katolik. Tulisan dari edaran tersebut saya cantumkan berwarna biru sedangkan respon saya berwarna hitam.

Surat edaran dari komunitas gerejawi Yesus sejati ini bisa anda download disini (meskipun gaya penulisannya agak berbeda namun esensi dari edaran ini tidak jauh beda dengan yang punya saya).

1. Edaran ini mencantumkan kutipan dari Efesus 12:14-15 dan Kolose 2:14-17

Respon: Untuk merespon hal ini saya akan mencantumkan sebuah artikel dari Katolisitas.orgBanyak orang yang bingung tentang apakah Yesus membatalkan atau menggenapi Hukum Taurat. Didalam Matius 5:17 tertulis �Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.� Sedangkan didalam Efesus 2:15 tertuliskan �sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.� 

1.  Moral Law atau hukum moral: Hukum moral adalah bagian dari hukum kodrati, hukum yang menjadi bagian dari kodrat manusia, sehingga Rasul Paulus mengatakan �Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela� (Rom 2:15). Contoh dari hukum ini adalah yang tertulis di 10 perintah Allah, dimana terdiri dari dua loh batu, yang mencerminkan kasih kepada Allah (perintah 1-3) dan juga kasih kepada sesama (perintah 4-10). Hukum kodrati ini adalah hukum yang tetap mengikat(bahkan sampai sekarang) dan digenapi dengan kedatangan Kristus, karena hukum kodrati ini adalah merupakan partisipasi di dalam hukum Tuhan. 
Dalam pengertian inilah maka memang Tuhan Yesus tidak mengubah satu titikpun, sebab segala yang tertulis dalam hukum moral ini (sepuluh perintah Allah) masih berlaku sampai sekarang. Dengan prinsip ini kita melihat bahwa menguduskan hari Sabat dan memberikan persembahan perpuluhan, sesungguhnya adalah bagian dari hukum moral/ kodrat, di mana umat mempersembahkan waktu khusus (Sabat) dan hasil jerih payah (perpuluhan) kepada Allah.

2. Ceremonial law atau hukum seremonial: sebagai suatu ekpresi untuk memisahkan sesuatu yang sakral dari yang duniawi yang juga berdasarkan prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan termasuk sunat (Kel 17:10, Im 12:3), perpuluhan (Mal 3:6-12), tentang kesakralan, proses penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Hukum ini tidak lagi berlaku lagi dengan kedatangan Kristus, karena Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna, Kristus menjadi Anak Domba yang dikurbankan. Maka persembahan yang paling berkenan kepada Allah adalah kurban kita yang dipersatukan dengan korban Kristus dalam Ekaristi kudus. Itulah sebabnya di Gereja Katolik sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dan juga para rasul (Petrus dan Paulus) juga tidak mempermasalahkan makanan-makanan persembahan, karena bukan yang masuk yang najis, namun yang keluar. Ulasan ini dapat melihat di jawaban ini (silakan klik ini, dan juga klik ini). Kalau kita mau terus menjalankan hukum seremonial secara konsisten, maka kita harus juga menjalankan peraturan tentang makanan yang lain, seperti larangan untuk makan babi hutan, jenis binatang di air yang tidak bersisik (ikan lele), katak, dll. (Lih Im 11). 

3. Judicial law atau hukum yudisial: Ini adalah merupakan suatu peraturan yang menetapkan hukuman/ sangsi sehingga peraturan dapat dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, maka peraturan ini sangat rinci, terutama untuk mengatur hubungan dengan sesama, seperti: peraturan untuk penguasa, bagaimana memperlakukan orang asing, dll. Contoh dari hukum yudisial: kalau mencuri domba harus dikembalikan empat kali lipat (Kel 22:1); hukum cambuk tidak boleh lebih dari empat puluh kali (Ul 25:3); mata ganti mata, gigi ganti gigi (Kel 21:24, Im 24:20, Ul 19:21); sangsi jika hukum perpuluhan dilanggar (lih. Bil 18:26,32). Setelah kedatangan Kristus, maka judicial law ini tidak berlaku lagi. Kalau kita mau konsisten, kita juga harus menjalankan hukuman rajam, hukum cambuk, dll. Di masa sekarang, hukum yudisial ditetapkan oleh penguasa/ pemerintah negara yang bersangkutan sebagai perwakilan dari Tuhan, sehingga hukum dapat ditegakkan untuk kepentingan bersama. Menarik bahwa Yesus tidak mengajarkan hukum yudisial, karena hal itu telah diserahkan kepada kewenangan otoritas pada saat itu. Dan kewenangan disiplin di dalam kawanan Kristus diserahkan kepada Gereja, di mana disiplin ini dapat berubah sejalan dengan perkembangan waktu dan keadaan. Ini juga yang mendasari perubahan Kitab Hukum Gereja 1917 ke 1983.

Dengan adanya penjelasan dari St. Thomas ini, maka, kita mengetahui bahwa memang Kristus merupakan penggenapan Hukum Taurat Musa. Dan dengan peranNya sebagai penggenapan, maka Kristus tidak mengubah hukum moral, namun hukum seremonial dan yudisial yang dulu tidak berlaku lagi, karena hukum- hukum tersebut hanya merupakan �persiapan� yang disyaratkan Allah agar umat-Nya dapat menerima dan menghargai kesempurnaan yang diberikan oleh Kristus. Maka dalam PB, sunat, tidak lagi sunat jasmani, tetapi sunat rohani (Rom 2:29). 

Penekanan kerohanian ini juga nampak dalam pengaturan persembahan; sebab persembahan perpuluhan PL disempurnakan oleh perintah untuk memberi persembahan kepada Allah dengan suka cita sesuai dengan kerelaan hati (lih. 2 Kor 9:7). Dengan demikian, maka Allah tidak lagi memberikan patokan tertentu; dan pada orang-orang tertentu, �kerelaan hati dan sukacita� ini malah melebihi dari sepuluh persen. Kita ketahui dari kisah hidup para kudus, dan juga pada para imam dan biarawan dan biarawati, yang sungguh mempersembahkan segala yang mereka miliki untuk Tuhan.  Dengan demikian mereka mengikuti teladan hidup Kristus yang memberikan Diri-Nya secara total kepada Allah Bapa dan manusia. Di sinilah arti bagaimana penggenapan Hukum Taurat memberikan kepada kita hukum kasih yang baru. Yesus tidak membatalkan hukum Taurat, sebab dengan mengenal hukum Taurat, kita akan dapat lebih memahami Hukum Kasih yang diberikan oleh Kristus. 

Kristus yang telah bangkit
Demikian juga dalam hal hukum yudisial/ judicial law. Penggenapan PL oleh Kristus mengakibatkan dikenalnya nilai-nilai Injil secara universal di seluruh dunia. Maka prinsip martabat hak-hak azasi manusia ditegakkan secara umum di negara manapun, oleh pihak otoritas pemerintahan setempat. Atau, di dalam kalangan umat Allah, penetapan hukum yudisial ini diberikan Yesus kepada Gereja, seperti yang tertera dalam Kitab Hukum Kanonik. Gereja yang menjadi umat pilihan Allah yang baru mendapat kuasa untuk mengatur anggota-anggota-nya (lih. Mat 18:18) dan segala ketentuan hukum yudisial ini adalah berdasarkan ajaran Kristus. Dengan Kristus sebagai penggenapan Hukum Taurat, maka tidak lagi dikenal prinsip denda, �mata ganti mata dan gigi ganti gigi� (Kel 21:24, Mat 5:58) namun kembali ke pengajaran asal mula �kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri� (Mat 22:39), yang disempurnakan Kristus menjadi, �kasihilah musuhmu� (Mat 5:44). 

Pemahaman kita akan perintah kasih yang diajarkan oleh Yesus ini akan dapat lebih kita hayati setelah pertama- tama mengetahui bahwa kita harus melakukan prinsip keadilan seperti yang sangat ditekankan di dalam PL. Baru setelah kita menerapkan prinsip keadilan, kita mengetahui bahwa ajaran Kasih Kristus di PB  ternyata jauh melampaui prinsip keadilan itu. Dengan pengertian ini maka Yesus memang tidak menginginkan seorangpun untuk menghilangkan satu titikpun dari hukum Taurat (lih. Mat 5:17-19), sebab Ia ingin agar kita dapat melihat secara utuh penggenapan dan penyempurnaan hukum Taurat itu dalam diri-Nya. 
2. Arti perayaan Paskah di kalangan kristen sekarang ini telah bergeser dari arti paskah yang sesungguhnya. Paskah sekarang ini dipakai untuk memperingati kebangkitan Yesus, padahal Tuhan Yesus tidak pernah memerintahkan umat-nya untuk memperingati kelahiran dan kebangkitan-nya. Dia hanya memerintahkan kita untuk memperingati kematian-nya, yaitu dalam Perjamuan Kudus (1Kor 11:23-26).
ResponKesimpulan yang terlalu jauh. Dari dulu hingga sekarang, Paskah merupakan Perayaan berkesinambungan Gereja Purba yang tetap dipelihara oleh Gereja Katolik, Paskah merupakan sebuah puncak dan perayaan terbesar dalam Gereja Perdana. Kematian Kristus itu akan menjadi sia-sia apabila Ia tidak bangkit. Kita pikir dengan akal sehat saja, apakah pernah Yesus menjatuhkan Alkitab dari Surga lalu berkata �Ambilah Kitab ini, percayalah kepada Buku ini karena inilah satu-satuNya sumber Iman yang sejati yang berasal dari padaKu?� Tapi mengapa banyak sekali orang yang hanya melandaskan Imannya pada Alkitab? Benda itu tidak pernah menyuruh kita untuk hanya percaya padanya.

Kita sebagai seorang Katolik, tidak hanya melandaskan Iman kita hanya kepada Alkitab saja. Namun pada 3 sumber Iman, Alkitab, Tradisi Apostolik dan Magisterium Gereja. Gereja Katolik selalu percaya bahwa Alkitab adalah tiang Iman yang derajatNya paling tinggi dari 3 sumber Iman (regula Fidei) namun tidak pernah mengganggap Alkitab sebagai satu-satunya sumber iman! Secara aktual Gereja Katolik mengakui Kitab Suci dan Tradisi Apostolik sebagai the supreme rule of faith (Regula Fidei Tertinggi). Kitab Suci dan Tradisi Suci adalah wahyu Ilahi, sementara Magisterium Gereja melayaninya. Berikut ini salah satu kutipan Dokumen Resmi Gereja Katolik: �Indeed, the word of God is given to us in sacred Scripture as an inspired testimony to revelation; togetherwith the Church�s living Tradition, it constitutes the supreme rule of faith.� (Paus Emeritus Benediktus XVI, Seruan Apostolik Verbum Domini, 30 September 2010).

Mereka sia-sia berkata tentang Kematian Kristus dan Perjamuan Kudus karena keduanya sangat erat berhubungan dengan Perayaan Paskah, sementara mereka sendiri mengganggap Paskah merupakan perayaan Pagan, tentu yang namanya Kematian Kristus dan Perjamuan Kudus sudah putus total dari komunitas gerejawi ini. Karena ketika kita merayakan Perayaan Ekaristi/Perjamuan Kudus/ Perjamuan Paskah kita seperti masuk ke dalam mesin waktu dimana kita umat Allah dihantar kembali, pada misteri Iman ke masa-masa dimana Kristus melakukan Perjamuan Paskah sekaligus tempat dimana Kristus merayakan Perjamuan untuk terakhir kalinya bersama ke 12 MuridNya. Perjamuan Paskah inilah yang menyelamatkan kita.

Kita dapat mempelajari apa yang dikatakan oleh Bapa Gereja perdana tentang Ekaristi dan silahkan bandingkan apa yang dikatakan oleh Bapa Gereja yang merupakan suara dari Roh Kudus dengan pengajaran komunitas ini. Apabila kita menelusuri jejak Gereja para Rasul maka kita akan berpikir sebelum Kitab Suci diterjemahkan oleh Santo Hieronimus dan dikanonkan oleh Paus Damasus I, apa yang menjadi landasan iman bagi umat beriman Gereja Perdana pada saat itu? 

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)