Latest News

Showing posts with label Pemazmur. Show all posts
Showing posts with label Pemazmur. Show all posts

Sunday, August 30, 2015

Menanggapi Sabda dengan Mazmur

Seorang Pemazmur sering bertanya: �Bolehkah hanya dua ayat Mazmur Tanggapan yang dinyanyikan?� Apa latar belakang pertanyaan itu? Menyanyikan seluruh ayat yang tersedia mungkin dianggap bisa menyita cukup banyak waktu. Melalui pertanyaan itu mau dicari kepastian tentang norma liturgis yang mengaturnya.

Sebenarnya tidak ada aturan khusus tentang itu. Mengenai �ayat mazmur� hanya disebutkan satu kali dalam PUMR 61: �Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok.� Tidak ada tentang berapa jumlah ayat yang harus dinyanyikan atau boleh �didiskon�.

Ketiadaan aturan tentang itu bisa dimaknai bahwa tidak perlu ada pengurangan ayat-ayat, karena untuk menanggapi Sabda Allah janganlah memperhitungkan kerugian kehilangan waktu. Jadi, berapa pun jumlah ayat yang tersedia sebaiknya diungkapkan semuanya dengan didorong oleh semangat sukacita karena telah boleh merasakan kembali kehadiran Allah yang bersabda. Sesungguhnya, ketika ayat-ayat itu dinyanyikan, ada peristiwa Ilahi sedang terjadi.

Sabda menanggapi Sabda

Sesudah Sabda Allah dimaklumkan, umat pun menanggapinya. Bacaan Pertama diikuti Mazmur Tanggapan. Begitulah yang biasa terjadi. Namun, sebenarnya tanggapan umat sudah muncul sebelum Mazmur Tanggapan itu sendiri dilantunkan. Ternyata, ada beberapa bentuk tanggapan umat.

Tanggapan pertama adalah sikap umat yang mendengarkan Sabda. Umat diam, membuka mata, budi, dan hati untuk menangkap kehadiran Allah yang berfirman. Tanggapan kedua adalah sejenak menciptakan keheningan bersama setelah Bacaan Pertama berlangsung sebagai kesempatan untuk merenung. Kedua tanggapan itu bersifat non-verbal.

Mazmur Tanggapan adalah bentuk ketiga yang bersifat verbal. Bagian ini merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda dan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah (PUMR 61). Melalui Mazmur Tanggapan, kita diajak untuk merasakan Sang Sabda yang kembali menjelma menjadi manusia dalam hati kita dan membimbing kita untuk memuliakan Allah Bapa.

Kita menanggapi Sabda Allah dengan menggunakan Sabda Allah juga, yang telah mengisi batin kita. Suatu peristiwa timbal balik terjadi dalam Liturgi Sabda. Sesudah Allah berbicara kepada kita, kita pun ganti berbicara kepada Allah melalui Mazmur Tanggapan. Mazmur ini bukan hanya berkaitan dengan Sabda Allah, tapi juga adalah Sabda Allah.

Sebaiknya dilagukan

Secara historis tercatat bahwa bangsa Israel, umat terpilih, menanggapi karya-karya agung Allah dengan nyanyian yang bersumber dari Kitab Suci. Mazmur-mazmur telah dibuat dan kemudian didoakan sepanjang sejarah umat Israel. Semasa hidup-Nya, Yesus juga menaati tradisi bangsa-Nya. Kata-kata yang dirangkai dalam mazmur digenapi dalam diri Yesus ketika Ia membawakannya. Di antara ayat demi ayat dan mazmur demi mazmur terdapat misteri tersembunyi, namun tersingkap dalam diri Yesus yang sedang berdoa kepada Bapa-Nya.

Tradisi liturgis juga mewariskan cara menanggapi pemakluman dan aktualisasi karya-karya agung Allah itu dengan melagukan Mazmur Tanggapan. Cara ini merupakan kebiasaan Gereja dalam beribadat yang terawat hingga kini. Sesuai dengan hakikat suatu mazmur, maka sebaiknya Mazmur Tanggapan dilagukan, bukan sekadar dibacakan. Sekurang-kurangnya bagian ulangan yang dibawakan oleh umat, untuk menambah agung aksi pemuliaan kita bagi Allah.

Teks Mazmur Tanggapan sudah diseleksi dan disesuaikan dengan bacaan yang dimaklumkan. Satu tim ahli dari pelbagai disiplin ilmu telah menyusunnya dalam buku Lectionarium. Karena fungsinya untuk menanggapi Sabda, maka bagian ini semestinya tak diganti dengan lagu apa saja tentang Sabda, atau malah sembarang lagu antarbacaan yang tak selaras dengan isi bacaan yang baru saja diwartakan.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2012/02/23/menanggapi-sabda-dengan-mazmur

Thursday, August 27, 2015

Mencari dan Menyanyikan Mazmur Tanggapan pada Hari Biasa

"Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi Sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab." Demikian kutipan dari Pedoman Umum Misale Romawi artikel 57. Umat yang terbiasa setia menjalankan liturgi sesuai norma-norma bakunya, terkadang mengalami kesulitan ketika ingin melagukan Mazmur Tanggapan pada perayaan Ekaristi yang jatuh pada hari biasa. Bagaimana mencari teks lagunya? Apa ulangannya, dan bagaimana nada ayatnya? Tulisan singkat ini diharapkan dapat membantu para praktisi liturgi agar dapat mencari dan melagukan Mazmur Tanggapan secara layak dan benar.

Pada Misa hari Minggu, biasanya seluruh bagian Mazmur Tanggapan dinyanyikan. Pola responsorial (ulangan-ayat) adalah yang lazim dipakai. Pola ini dapat seluruhnya dibacakan; seluruhnya dinyanyikan; atau sebagian dibaca, sebagian dinyanyikan. Jika ingin dinyanyikan namun tidak ada penyanyi yang cakap, sekurang-kurangnya bagian ulanganlah yang dinyanyikan bersama umat, sedangkan ayat dapat hanya dibaca saja.

Jika ingin seluruh bagian dinyanyikan, buku yang paling tepat dipakai adalah Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya dari Komisi Liturgi KWI. Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya (MTA) memang dikemas untuk Mazmur Tanggapan Misa hari Minggu dan hari raya. Namun buku ini juga bisa dimanfaatkan untuk Misa yang jatuh pada hari biasa.

Perlu diketahui bahwa buku MTA (seperti halnya Puji Syukur) menyediakan tidak hanya daftar isi, tapi juga indeks. Ada 3 macam indeks berkaitan dengan Mazmur Tanggapan:
1. Indeks Tema Mazmur, halaman 468
2. Indeks Mazmur, Kidung dan Madah; halaman 472
3. Indeks Ulangan Mazmur, halaman 475

Berikut tahap-tahap untuk mencari nyanyian Mazmur Tanggapan pada hari biasa:
1. Lihat kalender liturgi, catat nomor bab dan ayat Mazmur. Posisi di kalender liturgi ada di antara bacaan pertama dan bacaan Injil.
2. Lihat Indeks Mazmur, Kidung dan Madah dari buku MTA halaman 472.
3. Pada indeks tsb, angka awal yang dicetak tebal menunjukkan nomor bab, nomor berikutnya menunjukkan nomor ayat, dan setelah titik-titik panjang menunjukkan halaman di buku MTA.
4. Sesuaikan nomor bab dan ayat di kalender liturgi dengan yang ada di indeks.
5. Ketemu deh....

Contoh 1:
1. Untuk tanggal 4 November 2013 peringatan St. Carolus Borromeus, menurut kalender liturgi Mazmur Tanggapannya adalah: Mzm. 69:30-31,33-34,36-37;
2. Pada indeks, bila dicari akan ketemu Mazmur 069 (lihat angka dicetak tebal). Di situ ada dua nomor 069, cari yang ayatnya sesuai, maka akan ketemu tulisan 069: 14.17.30-31.33-34.36ab.37; Ul; lh. 33.......422
3. Tulisan yang terakhir itu berarti pada halaman 422 buku MTA ayat mazmur diambil dari ayat 14.17.30-31.33-34.36ab.37; dan ulangan diambil berdasar ayat 33 (ulangan tidak selalu persis sama).
4. Pada halaman 422 tsb akan ketemu Mazmur dangan 4 ayat. Tinggal disesuaikan dengan kalender liturgi ayat mana yang dipakai.
5. Maka untuk tanggal 4 November 2013, jika hendak menyanyikan Mazmur Tanggapan dapat memakai buku MTA halaman 422 ayat 2-4.

Contoh 2:
1. Untuk tanggal 5 November 2013, Mazmur sesuai kalender liturgi adalah: Mzm. 131:1,2,3;
2. Melihat indeks, akan ketemu yang sama persis pada halaman 150.

Contoh 3:
1. Untuk tanggal 31 Oktober 2013, Mazmur sesuai kalender liturgi adalah : Mzm. 109:21-22,26-27,30-31;
2. Setelah dicari di indeks, ternyata tidak ada yang pas.
3. Untuk kasus ini ada 2 cara lain yang bisa dilakukan:
3a. Memakai Indeks Tema buku MTA halaman 468. Dapat dipilih sesuai tema perayaan.
3b. Memakai Mazmur Alternatif sesuai masa liturgi, lihat halaman 200-221.
4. Untuk kedua cara lain di atas, penting memperhatikan tema bacaan pertama, agar sifat Mazmur sebagai tanggapan atas bacaan pertama benar cocok.

Semoga membantu, selamat bermazmur.....

Wednesday, August 26, 2015

Cara Membawakan Mazmur Tanggapan

Ada yang merasa geli ketika pemazmur mengucapkan: �Mazmur Tanggapan, dengan refrein: � � Lalu, setiap mengakhiri satu ayat ia memberi aba-aba kepada umat dengan ucapan �Refrein!� Frasa dan kata itu sebenarnya tak ada dalam buku Lectionarium. Mungkin terpaksa dilakukan agar umat terjaga dan bersiap ikut menanggapi Sabda secara kompak.

Cara itu mengingatkan kita pada petunjuk pelaksanaan saat upacara bendera, misalnya: �Inspektur upacara memasuki tempat upacara�. Pasukan disiapkan� Mengheningkan cipta mulai�� Petunjuk upacara bendera itu mungkin setara dengan rubrik dalam buku liturgis. Bedanya, dalam perayaan liturgi petunjuk rubrik itu tidak dibacakan.

Cara instruktif itu dapat dianggap mengabaikan kaidah keindahan berliturgi karena mengandalkan kata-kata petunjuk yang tidak diperlukan. Satu contoh lagi untuk virus verbalisme. Ada cara-cara lain yang lebih indah untuk menghidupkan pembawaan Mazmur Tanggapan. PUMR 61 juga sudah menganjurkan bahwa Mazmur Tanggapan hendaknya dilagukan, sekurang-kurangnya bagian ulangan (refrein/antifon) yang dibawakan oleh umat.

Pilihan cara dan tempat

Cara membawakan mempunyai dua arti membacakan atau melagukan. Membawakan Mazmur Tanggapan dengan cara dibacakan biasanya dipilih untuk Misa harian, atau jika tidak ada pemazmur yang bertugas. Peran pemazmur pun diambil alih langsung oleh lektor, yang mestinya lebih tepat oleh petugas lain.

Membacakan saja memang tidak dianjurkan. Jika terpaksa dilakukan, maka perlu penjiwaan yang sesuai dengan isi teks mazmurnya, bukan dibacakan seperti untuk pembacaan Kitab Suci. Jika tidak dilagukan, Mazmur Tanggapan didaras sedemikian rupa sehingga membantu permenungan Sabda Allah.

Melagukan dapat dalam cara sederhana (hanya bagian ulangan yang dinyanyikan) atau cara lengkap (semua dinyanyikan). Inilah cara yang dianjurkan sesuai dengan hakikat suatu mazmur sebagai nyanyian. PUMR 61 memperjelas: �Umat tetap duduk dan mendengarkan; dan sesuai ketentuan, mereka ambil bagian dengan melagukan ulangan, kecuali jika seluruh mazmur dilagukan sebagai satu nyanyian utuh tanpa ulangan.�

Di mana tempat pemazmur bertugas? Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. Di mimbar, karena Mazmur Tanggapan masih merupakan unsur Liturgi Sabda. Di tempat lain karena ada beberapa pertimbangan. Misalnya, karena sang pemazmur adalah bagian dari koor atau karena jumlah pemazmur tidak tertampung di mimbar, maka dipilihlah tempat lain yang lebih memadai.

Cara musikal

Cara menyanyikan Mazmur Tanggapan ternyata tidaklah tunggal. Kelima cara berikut ini pada dasarnya pengembangan dari dua cara melagukan yang sudah ada, yakni cara dengan ulangan (responsorial) atau tanpa ulangan (PUMR 61).

Empat cara pertama berkaitan dengan ulangan, yang selalu dilagukan bersama oleh seluruh jemaat.
(1) Pemazmur dan umat: Seorang pemazmur memimpin jemaat dalam menanggapi Sabda. Ia terlebih dulu melagukan bagian ulangan, kemudian umat mengulanginya.
(2) Pemazmur dan umat: Supaya lebih variatif, diperlukan dua pemazmur.
(3) Kor dan umat: Untuk lebih menampilkan kebersamaan maka peran seorang pemazmur digantikan kelompok kor.
(4) Umat dibagi dua kelompok: Terdiri dari kelompok jemaat yang duduk di bagian kanan dan kiri, atau deretan depan dan belakang.

Satu cara lagi tidak memakai ulangan: (5) Umat bersama-sama: Ini cara yang paling menunjukkan partisipasi umat secara penuh. Semua bersama-sama menanggapi Sabda Allah dengan bernyanyi sejak awal hingga akhir.

Cara pertama sudah lazim dilakukan. Keempat cara lainnya boleh dicoba. Marilah kita bawakan Mazmur Tanggapan secara optimal sebagai ungkapan sukacita menyambut Sabda Allah.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia

Dikutip dari:
http://m.hidupkatolik.com/index.php/2012/03/02/cara-membawakan-mazmur-tanggapan

Tuesday, August 25, 2015

Bolehkah Mazmur Tanggapan digantikan dengan Lagu Rohani?

Sering kali dalam perayaan Misa, baik di dalam perayaan Misa kategorial, Misa di rumah duka, ataupun Misa di lingkungan, Mazmur Tanggapan digantikan dengan lagu rohani yang tidak ada hubungannya dengan teks Kitab Suci yang dibacakan saat itu. Pertanyaannya adalah apakah hal-hal seperti ini diperbolehkan? Kalau tidak diperbolehkan, apakah alasannya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengacu kepada ketentuan tentang Liturgi Sabda yang tertulis dalam Pedoman Umum Misale Romawi / PUMR:

�B Liturgi Sabda"

55. Bagian utama Liturgi Sabda terdiri dari bacaan-bacaan Kitab Suci bersama-sama dengan pendarasan Mazmur di antara bacaan-bacaan tersebut. Homili, Syahadat dan Doa Umat mengembangkan dan mengakhiri bagian Misa [Liturgi Sabda] ini�.

Bacaan-bacaan Kitab Suci

57. Dalam bacaan-bacaan ini, mimbar Sabda dipersiapkan bagi umat beriman, dan kekayaan Kitab Suci dibukakan kepada mereka. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mempertahankan penyusunan bacaan-bacaan Kitab Suci, yang melaluinya dicurahkan terang kesatuan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan sejarah keselamatan. Lagipula, tidak diperbolehkan untuk menggantikan dengan teks-teks non Biblis terhadap bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan, yang mengandung Sabda Allah.

61. Setelah bacaan pertama, Mazmur Tanggapan didaraskan, yang menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan Liturgi Sabda dan memegang posisi penting secara liturgis dan pastoral, sebab pendarasan Mazmur mendukung permenungan Sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan harus sesuai dengan setiap bacaan dan hendaknya, sebagai ketentuan, diambil dari Lektionari.

Adalah lebih dianjurkan agar Mazmur Tanggapan dinyanyikan, sedikitnya pada bagian tanggapan umat. Oleh karena itu, pemazmur, atau pemimpin Mazmur, menyanyikan ayat-ayat Mazmur dari ambo atau tempat lain yang layak/ sesuai. Seluruh umat tetap duduk dan mendengarkan, tetapi sebagai ketentuan, mengambil bagian dengan menyanyikan tanggapan/ refrein, kecuali ketika Mazmur dinyanyikan langsung tanpa refrein. Adapun agar umat dapat menyanyikan Mazmur Tanggapan dengan lebih siap, teks dari beberapa refrein dan Mazmur telah dipilih dari bermacam masa dalam tahun atau untuk beragam katagori para Santo/Santa. Ini dapat dipergunakan pada bagian teks yang sesuai dengan bacaan ketika Mazmur dinyanyikan. Jika Mazmur tidak dapat dinyanyikan, maka harus dibacakan sedemikian agar sesuai/ cocok untuk mendukung permenungan Sabda Tuhan�..�

Ketentuan PUMR ini mengambil dasar dari ajaran Katekismus:

KGK 1093 Roh Kudus menyelesaikan di dalam tata sakramental apa yang dipralukiskan dalam Perjanjian Lama. Karena Gereja Kristus sudah �dipersiapkan atas cara yang mengagumkan dalam Perjanjian Lama� (LG 2), liturgi Gereja mempertahankan unsur-unsur ibadah Perjanjian Lama sebagai satu bagian hakiki yang tidak dapat diganti dan menerimanya:
� pertama-tama pembacaan Perjanjian Lama;
� doa mazmur;
� dan terutama kenangan akan peristiwa-peristiwa yang membawa keselamatan, dan kenyataan-kenyataan yang telah terpenuhi di dalam misteri Kristus (janji dan perjanjian, eksodus dan paska, kerajaan dan kenisah, pembuangan & kedatangan kembali).

Sebagaimana Kristus mengajarkan penghormatan terhadap Kitab Suci, dengan pembacaan Kitab Perjanjian Lama (kitab-kitab Musa dan kitab para nabi, termasuk doa Mazmur) dan penggenapannya di dalam Dirinya-sebagaimana dinyatakannya kepada dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus, Luk 24:13-35- maka Gereja juga melakukannya demikian dalam perayaan Ekaristi.

Selanjutnya, Katekismus mengajarkan bahwa kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi itu nyata dalam 4 hal: 1) dalam diri imam (in persona Christi); 2) di dalam Sabda-Nya dalam pembacaan Kitab Suci; 3) di dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan; 4) di dalam umat/Gereja yang berdoa dan bermazmur, atas dasar firman Yesus bahwa di mana ada dua atau tiga orang berkumpul, Ia hadir di tengah-tengah mereka (lih. Mat 18:19):

KGK 1088 �Untuk melaksanakan karya sebesar itu, Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam kurban misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-Sakramen sekian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mt 18:20)� (SC 7).

Mengingat bahwa bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan adalah Sabda Tuhan yang saling berkaitan, di mana Tuhan Yesus sendiri hadir di dalamnya, maka sesungguhnya, bukan bagian umat untuk mengubah ataupun memisahkan keterkaitan ini dengan lagu pilihan sendiri yang tidak ada kaitannya dengan bacaan Kitab Suci yang sudah ditentukan pada perayaan Ekaristi tersebut. Jadi, tidak pada tempatnya jika kita mengganti Mazmur dengan nyanyian lain, walaupun merupakan lagu rohani. Dalam pendarasan Mazmur, umat menanggapi bacaan Sabda Tuhan, juga dengan doa yang diambil dari Sabda Tuhan, yang umumnya berhubungan juga dengan tema bacaan Kitab Suci yang dibacakan. Mazmur Tanggapan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bacaan-bacaan Kitab Suci lainnya dalam Liturgi Sabda, dan karena itu tidak selayaknya diganti menurut selera umat ataupun komunitas yang menyelenggarakan Misa Kudus. Sebagaimana imam ataupun umat tak sepantasnya mengganti teks dalam Liturgi Ekaristi, demikian juga tak sepantasnya umat mengganti teks dalam Liturgi Sabda, yang dalam hal ini meniadakan Sabda Allah yang harusnya dibacakan/ dinyanyikan sebagai Mazmur Tanggapan.

Ini juga jelas disebutkan dalam Redemptionis Sacramentum:

�62. Tidak juga diperkenankan meniadakan ataupun menggantikan bacaan-bacaan Kitab Suci yang sudah ditetapkan, atas inisiatif sendiri, apalagi �mengganti bacaan dan Mazmur Tanggapan yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Kitab Suci� (RS 62)

Penggantian Mazmur dengan lagu-lagu lain ini tidak diperbolehkan, apalagi jika sebagai gantinya adalah lagu pop rohani yang tidak mengandung teks Sabda Tuhan. Karena kalau hal-hal ini dilakukan, tanpa disadari hal ini dapat berakibat pada umat, semacam sikap yang menghubungkan perayaan iman dengan �apa yang saya sukai�, daripada mengindahkan �apa yang tepat dan benar�, menurut kehendak Tuhan. Jika ini yang terjadi, maka sebenarnya terjadi penyimpangan dari hakekat liturgi, yang harusnya merupakan karya bersama antara Kristus sebagai kepala Gereja dan kita sebagai anggota-anggota-Nya; sehingga kita harus mengutamakan kehendak Kristus terlebih dahulu -sebagaimana yang telah dilestarikan selama berabad-abad dalam Gereja- dan tidak mengutamakan selera ataupun perasaan kita sendiri.

Perlu kita ingat kembali bahwa perayaan Ekaristi merupakan karya Kristus sendiri dan Gereja dalam menghadirkan kembali Misteri Paska Kristus: yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Misteri ini adalah peristiwa iman, dan sama sekali bukan tontonan ataupun pertunjukan/ performance, yang dengan mudah dan bebas dapat diubah-ubah sesuai kemauan penyelenggara. Peristiwa iman ini selayaknya dirayakan seturut tradisi Gereja selama berabad-abad, yang dilakukan atas dasar kepercayaan akan kehadiran Yesus secara nyata dalam perayaan Ekaristi, baik dalam keseluruhan liturgi Sabda, maupun dalam keseluruhan liturgi Ekaristi.

Sumber :
http://www.katolisitas.org/9387/bolehkah-mazmur-tanggapan-digantikan-dengan-lagu-rohani

Sunday, August 23, 2015

Merenungkan Pentingnya Mazmur Tanggapan

Saat Misa Kudus hari Minggu di sebuah gereja pinggiran kota, setelah bacaan pertama dibacakan, lektor yang bertugas langsung turun dari mimbar, dan tiba-tiba ada suara pengumuman dari dirigen: �Untuk menanggapi Sabda Tuhan marilah kita menyanyikan lagu antar bacaan, nomer�..�. Secara liturgis, ada dua hal yang tidak pas dengan kejadian dan pengumuman ini. Pertama, setelah bacaan pertama itu semestinya dinyanyikan atau didaraskan Mazmur Tanggapan yang telah disediakan dalam Lectionarium ataupun Buku nyanyian Mazmur Tanggapan, dan bukan diganti lagu begitu saja. Kedua, istilah lagu antar bacaan tidaklah tepat, sebab kata antar di situ menunjuk hal sekedar selingan, padahal sesudah bacaan semestinya disampaikan Mazmur Tanggapan atau seandainya terpaksanya nyanyian, mestilah nyanyian tanggapan sabda!

Mazmur Tanggapan memang penting dan diutamakan sebagai tanggapan umat dalam menanggapi Sabda Tuhan. �Sesudah bacaan pertama menyusul mazmur tanggapan yang merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah� (PUMR no. 61). Hal ini menjadi konsekwensi dari ajaran para Bapa Konsili Vatikan II yang menyatakan: �Dalam perayaan Liturgi Kitab Suci sangat penting. Sebab dari Kitab sucilah dikutib bacaan bacaan yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan� (SC24).

Gejala mengganti Mazmur Tanggapan dengan sebuah lagu, apalagi yang bergaya pop yang syairnya jauh dari kata-kata Mazmur masih sering terjadi. Itu misalnya masih terjadi saat Misa di lingkungan, Misa ujud atau bahkan terkadang dalam Misa-misa tahbisan atau pengikraran kaul kaum Religius. Sehebat apapun isi dan bobot syair lagu itu tentu tidak pernah dapat dibandingkan dengan Sabda Allah sendiri sebagaimana digemakan dalam Mazmur Tanggapan.

Sumber :
http://liturgikas.com/merenungkan-pentingnya-mazmur-tanggapan/

Mendaraskan Mazmur dengan Baik dan Benar

Oleh : MARCELLINO RUDYANTO

ISTILAH MAZMUR dalam KITAB SUCI

Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani disebut �Psalterion�, yang sebenarnya berarti alat musik bertali yang dipakai mengiringi nyanyian. Kitab tersebut dalam bahasa Ibrani disebut �Tehimilin�, yang berarti �puji-pujian�.

Kitab Mazmur merupakan kumpulan mazmur (nyanyian/sajak yang berisikan puji-pujian, doa/permohonan, maupun ucapan syukur).

Dalam judul-judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut �Mizmor�, yang menjadi asal kata Arab-Indonesia �Mazmur�.

Kidung di luar Kitab Mazmur.
Di luar Mazmur Kitab Suci menyebut beberapa kidung.
Perjanjian Lama : Nyanyian Musa (Kel, 15),
nyanyian sumur (Bil, 21 : 17-18),
nyanyian kemenangan Debora (Hak, 5).
Perjanjian Baru : Kidung Maria (Magnificat), Kidung Zakaria (Benediktus),
Kidung Simeon (nunc dimittis).

MAZMUR TANGGAPAN

Istilah �Mazmur Tanggapan�
�Mazmur Tanggapan� adalah terjemahan dari �psalmus responsorialis�. Menurut Komlit KWI (Bdk. Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya), maksud mazmur tangapan adalah menanggapi sabda Tuhan.

Menurut Prof. H.B. Meyer, SJ, kata responsorialis memang berarti jawaban, namun tidak menjawab bacaan pertama, tetapi hanya menunjuk pada cara pembawaan mzmur ini: refren diulang sesudah tiap 2 ayat (Bdk. WML, 216, hal. 131).

Peran mazmur tanggapan dalam ibadat:
a. Sebagai tanggapan atas bacaan I.
Dalam hal ini mazmur tanggapan berfungsi sebagai renungan atas bacaan I.
b. Sebagai Pewartaan.
Dalam hal ini mazmur tanggapan sendiri merupakan bacaan dalam bentuk nyanyian. Mazmur dapat berfungsi sebagai pewartaan yang bersifat non rasional, yang menuntut keterlibatan perasaan dan apresiasi terhadap suatu ungkapan seni.

Sebagai catatan : Peran Mazmur Tanggapan tidak dapat digantikan oleh Lagu Antar Bacaan. Dalam liturgi, sesudah Tuhan menyatakan diriNya dalam Bacaan Pertama dalam bentuk ajaran, nasehat, larangan perbuatan dan sebagainya, maka manusia menanggapi pernyataan Diri Tuhan itu dengan Mazmur Tanggapan. (Bdk Agus Tridiatno, WML, 1.11.93).

Bentuk Mazmur tanggapan bermacam-macam:
- Penegasan (misalnya : Tuhan mendengarkan doa orang beriman�.; SabdaMu adalah kebenaran, hukumMu kebebasan�..; Tuhan adalah Kasih setia�.)
- Permohonan (misalnya : Mohon Ampun Kami orang berdosa�; Condongkanlah telingaMu kepadaku bersegeralah bebaskan daku�.).
- Pujian (misalnya : Pujilah Allah Alleluya, Alleluya�)
- Syukur (misalnya : Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia�)
- Niat/Tekat. (misalnya : Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaku�..; Aku wartakan karya agungMu Tuhan�)

PEMAZMUR

Tugas Pemazmur (Bdk. Pedoman Berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi) adalah:
- Membawakan/melagukan mazmur tanggapan;
- (Dapat pula ia) Membawakan ayat dalam Bait Pengantar Injil.

Kinerja Pemazmur (Bdk. Pedoman berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi).
- Pemazmur hendaknya sungguh menjiwai mazmur yang dibawakannya.
- Untuk itu ia perlu memahami isi, bentuk, dan suasana mazmur tanggapan yang bersangkutan.
- Pemazmur hendaknya membawakan mazmur tanggapan sedemikian rupa sehingga umat dapat menghayatinya sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang baru didengarkannya.

LATIHAN PEMAZMUR :

Agar menjadi pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten, maka pemazmur perlu menyiapkan diri. Adapun persiapan/latihan tersebut adalah :

1. Persiapan Pribadi :
- Berdoa mohon terang Roh Kudus
- Membaca Mazmur yang akan dinyanyikan (tidak hanya dalam batin, tetapi diucapkan dengan jelas). Merenungkannya.

2. Latihan Pribadi :
- Olah vokal (postur, nafas, pembentukan suara, artikulasi, frasering, ekspresi);
- Latihan menyanyikan Mazmur (dengan memperhatikan not, pemenggalan kalimat, gaya lagu : misalnya inkulturatif atau tidak).
- Latihan menghafalkan.

3. Latihan Bersama Dirigen dan Pengiring :
Tujuannya menyelaraskan nada dasar, intro, dan perasaan satu-sama lain.

4. Menjaga kesehatan alat-alat suara.
Tujuannya agar senantiasa siap bertugas

MENDARASKAN MAZMUR

Tempat Pemazmur mendaraskan Mazmur dalam ibadat adalah di mimbar gereja. Namun karena kapasitasnya sebagai penyanyi, maka ia tetap berada di dalam kerjasama dengan dirigen dan pengiring.

Pada saat menyanyikan Mazmur Tanggapan, maka :
- Bersikap tenang, dan rileks.
- Pandangan mata berganti-ganti antara teks dan umat.
- Apabila terjadi kesalahan, baik nada maupun syair, tidak perlu diulangi, diteruskan saja. (Hal ini dapat dihindari apabila persiapan dan latihan dijalankan, sehingga ayat-ayat dapat dihapalkan).
- Menyanyi dengan penuh penjiwaan.

Tekniknya antara lain :
- Memainkan dinamika (keras-lembutnya suara) harus sesuai dengan struktur kalimat musik.
- Menghidupkan tempo (cepat-lambatnya potongan lagu/ayat, ritardando, rallentando, accelerando)
- Frasering dan penyambungan nada (legato)
- Penggunaan vibrato.
- Vibrato dapat memberi kesan hidup, tetapi bila berlebihan dapat mengurangi kejelasan teks. Sangat berguna berlatih mengurangi/meniadakan vibrato.
- Memainkan warna suara (terang/gelap) sesuai suasana lagu.

Urutan dan hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Intro seluruh refren dimainkan penuh oleh pegiring.
b. Refren dinyanyikan pemazmur
c. Refren diulangi Umat dan Koor.
d. Ayat pertama dinyanyikan Pemazmur (menunggu pengiring �mengambil� nada dahulu, juga pada saat sebelum setiap ayat)
e. Refren dinyanyikan Umat dan Koor
f. Ayat selanjutnya dinyanyikan Pemazmur (3 � 5 ayat�).
g. Refren dinyanyikan Umat dan Koor

Sebagai catatan : Ayat-ayat dinyanyikan dengan pemenggalan sesuai ketentuan. Namun apabila napas tidak cukup, pemenggalan kalimat dapat dibuat sendiri asal benar dan baik (sesuai kaidah bahasa). Setiap akhir kalimat/ayat dinyanyikan melambat, (khususnya dua sampai empat suku kata terakhir) dengan cara meyakinkan.

TANDA-TANDA BACA BUKU MAZMUR TANGGAPAN.

Di dalam buku Mazmur Tanggapan terdapat tanda-tanda yang merupakan petunjuk pemenggalan kalimat.

Tanda-tanda tersebut adalah :
( . ) : Setiap akhir kalimat lagu diakhiri dengan tanda titik yang artinya nada tersebut ditahan.
( � ) : Tanda jeda suatu penggalan kalimat; di sini boleh mengambil napas.
( / ) : Tanda �satu kalimat�
( // ) : Tanda �akhir sebuah ayat�
( , ) : Jika dalam satu ayat/kalimat pemazmur tidak menyanyikan dengan frasering secara utuh (satu napas), pemenggalan kalimat dapat dilakukan pada tanda koma tersebut untuk mengambil napas. Bila tidak ada tanda koma, pemazmur dapat menentukan potongan kalimat mana yang baik dan benar untuk dipenggal.

PENGGUNAAN MIKROFON

Saat ini hampir di setiap gereja terdapat mikrofon. Mikrofon adalah alat penerima getaran suara untuk selanjutnya diperkuat amplifier dan diubah menjadi bunyi yang lebih keras pada loudspeaker.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila pemazmur menggunakan mikrofon:
a. Sebelum menyanyi hendaknya letak mikrofon disesuaikan dengan postur tubuh pemazmur agar suara dapat ditangkap dengan baik dan wajah pemazmur terlihat umat. Posisi mikrofon sedikit di bawah mulut, membentuk sudut 45 derajat dengan garis vertikal.
b. Pada saat mengubah letak mikrofon, hendaknya dimatikan dahulu (bisa oleh pemazmur atau oleh operator mixer/amplifier) agar tidak menimbulkan bunyi yang mengganggu.
c. Selama menyanyi hendaknya jarak antara mulut dan mikrofon selalu sama, agar suara yang ditimbulkan tidak timbul-tenggelam. Jarak mulut-mikrofon yang paling baik hendaknya dicari dengan coba-coba.
d. Bernyanyilah dengan suara sedang. Suara yang terlalu keras akan terdengar lebih tajam atau bahkan pecah. Volume suara yang tepat sebaiknya juga dicari dengan berlatih menggunakan mikrofon.
e. Berhati-hatilah dalam menarik napas di depan mikrofon. Mikrofon dapat memperkuat suara tarikan napas sehingga menderu seperti lokomotif. Jalan keluar yang dapat dilakukan ialah menarik napas melalui mulut, atau menjauh dari mikrofon pada saat menarik napas.
f. Hindari bunyi decak di dalam mulut. Bunyi decak yang pada keadaan biasa tidak memberi kesan apa-apa, di depan mikrofon dapat menjadi keras sehingga mengganggu atau berkesan kurang sopan. Cara menghindarinya ialah dengan menurunkan lidah (supaya tidak menempel pada langit-langit) sebelum membuka mulut.
g. Berhati-hatilah dalam mengucapkan konsonan yang membuat letusan (b dan p) dan yang mendesis (s). Bila perlu belokkan kepala sedikit agar udara yang keluar tidak langsung menerpa mikrofon.
h. Selama bernyanyi, dengarkanlah selalu suara yang dihasilkan oleh loudspeaker. Bersikaplah kritis terhadap suara yang dihasilkan.

SARAN PEMBINAAN PEMAZMUR.

Seksi Liturgi, Sub Seksi Musik Liturgi Paroki atau atas inisiatif para pemazmur sendiri membentuk semacam �paguyuban pemazmur�.
Paguyuban ini mengadakan kegiatan khusus pemazmur, misalnya: latihan Rutin seminggu/dua minggu sekali untuk memantapkan tugas pada periode tertentu. Yang dinyanyikan/dilatihkan adalah Mazmur tanggapan dan Alleluya yang menjadi tugas masing-masing pemazmur. Latihan dipimpin seorang koordinator yang sekaligus bertindak sebagai pelatih.
Baik juga apabila sesekali mengadakan pelatihan tersendiri dengan mengundang pelatih yang berkompeten.
Setiap Pemazmur hendaknya memiliki sebuah buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, lengkap. Dengan demikian pemazmur dapat belajar mandiri, serta siap bertugas setiap saat.
Demikianlah, maka menjadi pemazmur bukanlah tugas yang asal-asalan atau dadakan semata. Dengan pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten maka liturgi akan menjadi lebih agung dan kudus.

Sumber :
https://sasanamagnificat.wordpress.com/2008/09/02/mendaraskan-mazmur-dengan-baik-dan-benar-marcellino-rudyanto/

Saturday, November 26, 2011

Mazmur Tanggapan

Bacaan-bacaan Alkitab dan Mazmur tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda (PUMR 55). Sesuai dengan namanya, Mazmur tanggapan dimaksudkan untuk memperdalam renungan atas sabda Allah dan sekaligus menanggapi sabda Allah yang baru saja kita dengarkan dalam bacaan pertama. Mazmur tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Karena itu, Mazmur tanggapan tidak boleh diganti dengan teks lain atau nyanyian lain yang bukan dari Alkitab (PUMR 57).

Tradisi menyanyikan Mazmur atau Kidung setelah mendengarkan bacaan dari Kitab Suci, sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman dahulu oleh orang-orang Yahudi. Tradisi ini kemudian diikuti oleh Gereja di mana mana dalam tradisi Gereja Latin. Biasanya, setelah pembacaan Kitab Suci, seseorang akan menyanyikan Mazmur atau Kidung dengan berdiri di anak tangga (dekat panti Imam) yang dalam bahasa latin dinamakan Gradus.

Sejalan dengan perkembangannya, Mazmur dan Kidung ini kemudian dihimpun dalam dua buah buku yang diterbitkan oleh Gereja dengan nama Graduale Romanum dan Graduale Simplex di mana nama buku (Graduale) diambil dari kata Gradus tersebut di atas. Sejak abad XX Mazmur tanggapan wajib dinyanyikan dalam Ekaristi. Nyanyian Mazmur tanggapan dapat dinyanyikan di mimbar sabda atau di tempat lain yang dianggap layak (PUMR 61).

Makna utama yang terkandung dalam Mazmur tanggapan adalah :
� Sebagai jawaban atau tanggapan jemaat atas sabda Allah yang baru saja diwartakan atau dibacakan.
� Mazmur tanggapan bermakna menjawab dengan pujian atas karya-karya Illahi dari Allah yang terus berlangsung sejak dunia ini diciptakan-Nya hingga sekarang ini
� Mazmur tanggapan merupakan pewartaan kabar gembira tentang karya keselamatan Allah, di mana karya keselamatan ini memuncak pada diri Yesus Kristus Putra Nya yang tunggal.

PEDOMAN MEMBAWAKAN MAZMUR TANGGAPAN
Sejak dikeluarkannya Pedoman Umum Missale Romawi (PUMR) 2002 dan diterbitkannya Tata Perayaan Ekaristi (TPE) di Indonesia pada tahun 2005, hal tentang membawakan Mazmur Tanggapan ini dijelaskan secara lebih rinci lagi.
� Sesuai dengan PUMR no 61, Mazmur tanggapan sebaiknya dibawakan dengan cara dinyanyikan, sekurang-kurangnya pada bagian ulangan (antifon) sesuai dengan hakikat dari Mazmur sendiri yang merupakan sebuah nyanyian
� Mazmur tanggapan dinyanyikan dengan tenang dan mengalir, selaras dengan sifat lagunya yang lebih bersifat kontemplatif dan meditatif
� Mazmur Tanggapan dibawakan secara khusus oleh pemazmur dan sebaiknya dibedakan dengan solis yang lebih berfungsi sebagai petugas dalam kelompok paduan suara.
� Seandainya petugas pemazmur tidak ada, maka Solis dari kelompok paduan suara dapat mengambil alih tugas ini; dan seandainya pemazmur dan solis dari paduan suara tidak ada, maka Lektor dapat mengambil alihnya.

Makna dan Maksud
Mazmur Tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda, dan mempunyai makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata Alkitab, yang telah dipilih secara saksama oleh para ahli liturgi.

Struktur
Mazmur Tanggapan terdiri dari ulangan dan ayat atau bait Mazmur.

1. Ulangan dimaksudkan sebagai kunci penafsiran atau sebagai amanat inti dari bacaan yang baru saja didengar.
2. Ulangan memungkinkan umat ambil bagian secara aktif dalam permohonan, pujian, renungan, dll. sebagai tanggapan terhadap sabda Allah.
3. Ayat/bait-bait bermaksud memperdalam amanat pewartaan.
4. Dialog antara ayat - ulangan, antara pemazmur - umat, antara pewarta dan penerima sabda, menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya.

Tata Pelaksanaan
Mazmur tanggapan muncul dari suasana hening, tanpa keributan atau pun pengumuman. Itulah sebabnya ulangan sebaiknya dihafal, sehingga umat tidak harus membaca. Cara membawakan mazmur tanggapan adalah sbb:

1. Pemazmur melagukan [ayat-ayat] mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok.
2. Sesudah intro dari organis, pemazmur melagukan ulangan, kemudian umat menirukan pemazmur: melagukan ulangan.
3. Kemudian pemazmur melagukan ayat-ayat, dan sesudah setiap ayat, umat melagukan ulangan.
4. Hendaklah dihindari kebiasaan buruk: umat ikut bersenandung pada saat pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur. Tugas umat waktu pemazmur melagukan ayat adalah meresapkan syair ayat mazmur sehingga dapat menanggapi secara mantap waktu melagukan ulangan.

Peran Pemazmur
Pemazmur memainkan peranan kunci dalam membawakan mazmur tanggapan. Maka ia harus sungguh memahami fungsi mazmur tanggapan dan menguasai teknik-teknik membawakannya, a.l:

1. Ulangan: Pemazmur harus mampu mengangkat ulangan dengan mantap dan meyakinkan, sesuai dengan jiwa teks, sehingga umat pun dapat serempak mengulanginya.
2. Ayat-ayat: Ayat-ayat mazmur mengungkapkan inti tanggapan kita terhadap sabda Allah. Maka harus dibawakan dengan tepat.

Suasana dan penjiwaan
Jiwa dan suasana Mazmur tanggapan sangat bervariasi: gembira, pujian, syukur, gagah, agung / megah, susah, merana merintih, tenang (doa, renungan), dll. Semua ini harus mendapat perhatian dari pemazmur, agar ia dapat membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan dengan suasana dan penjiwaan yang tepat.

Tempat
Tempat pemazmur membawakan ayat-ayat mazmur ialah mimbar atau tempat lain yang cocok. Umat mendengarkan sambil duduk. Sedapat mungkin umat berpartisipasi dengan menyanyikan ulangan, kecuali kalau yang dinyanyikan itu hanya mazmur saja tanpa ulangan.

Marilah kita siapkan hati dan pikiran kita untuk merenungkan Sabda Tuhan dengan menanggapi dan menyanyikan Mazmur tanggapan dengan sepenuh hati.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Oleh : Ign. Djoko Irianto
*) Penulis, Prodiakon Paroki St. Herkulanus.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)