Latest News

Showing posts with label Prapaskah. Show all posts
Showing posts with label Prapaskah. Show all posts

Monday, April 7, 2014

Kebiasaan Menyelubungi Salib dan Patung dalam Masa Prapaskah V


Hari Minggu Prapaskah I adalah permulaan memasuki Masa Suci terhormat selama 40 hari berpuasa seperti Yesus. Hal ini nyata dalam teks Doa Pembuka, Doa Persembahan, dan Prefasi hari Minggu yang bersangkutan.

Apa yang dikenal di masa lampau dengan Minggu Sengsara (Dominica de Passione) kini menjadi Minggu Prapaskah V. Masa lampau dilihat sebagai persiapan dekat menjelang saat-saat penting sengsara dan wafat Tuhan, sehingga bacaan Misa lebih dikaitkan dengan kisah sengsara Tuhan. Namun, kini setelah Konsili Vatikan II seluruh masa Prapaskah sudah diatur rapi sebagai langkah-langkah perjalanan Tuhan melalui sengsara dan wafat menuju kebangkitan-Nya, sehingga tidak secara eksklusif menampilkan lagi sebagai hari Minggu sengsara, tetapi Minggu Prapaskah V seperti pada ritus Ambrosiana (bdk. PTLPL No. 88).

Kebiasaan menyelubungi Salib dan semua patung tetap dianjurkan. Kebiasaan ini muncul sejak Abad XIII dan diberi arti oleh Uskup Wilhelmus Durand (Uskup Mende, Perancis) sebagai tanda bahwa Kristus pada saat sengsara-Nya menyembunyikan keilahian-Nya sesuai dengan isi bagian terakhir dari Injil hari Minggu itu: ��akan tetapi Yesus menyembunyikan diri dan keluar dari kenisah� (Rationale Divinorum Officiorum No. 34). Para penerbit Misale Schott sebelum Konsili Vatikan II melihat dasar pemahamannya pada kenyataan betapa Tuhan kita sedemikian merendahkan diri dan sekaligus mengajak kita sekalian meresapkan di hati misteri Sang Penebus yang tersalib. Calendarium Romanum pada bagian komentar menjelaskan:
�Mulai sekarang dan seterusnya, Salib dan lukisan/patung orang kudus tidak diselubungi, kecuali bagi wilayah-wilayah keuskupan yang merassa bermanfaat memelihara kebiasaan ini; pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah hendaknya umat beriman dibimbing untuk berkontemplasi mengenai misteri penderitaan Tuhan.�
Penegasan setelah Konsili Vatikan II dikemukakan dalam surat edaran �Perayaan Paskah dan Persiapannya�, 16 Januari 1988 (Seri Dokumen Gereja No. 71) sebagai berikut:
�Kebiasaan memberi selubung kepada salib-salib dalam gereja sejak Minggu Prapaskah ke-5, dapat dipertahankan, bila diperintahkan demikian oleh Konferensi Waligereja. Salib- salib tetap terselubung sampai akhir liturgi Jumat Agung, tetapi patung dan gambar sampai awal perayaan Malam Paskah.� (PPP No.26).
Hari-Hari Minggu selama Masa Prapaskah
Tata Bacaan Injil yang didukung oleh Bacaan I dan II serta rumusan doa-doa dan nyanyian merupakan kesatuan tematis yang sengaja disusun sedemikian ruma untuk menyukseskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai Gereja bagi umat berimannya selama Masa Prapaskah. Tema pengaturan yang mendukung penghayatan ini nyata sebagai berikut: Tahun A lebih mengenai tahap-tahap pembaptisan; Tahun B lebih bercorak Kristosentris dan Tahun C lebih diarahkan kepada pertobatan. Namun, demikian kemungkinan memilih bacaan dari Tahun A sangat diajurkan bagi paroki yang mengadakan tahap-tahap akhir masa katekumenat, sebab isi bacaan (Minggu III-IV-V) merupakan renungan khusus tentang Sakramen Pembaptisan yang berasal dari Sacramentum Gelasium Vetus, Abad VIII (bdk. PPP, No. 71). Urutan tema sebagai berikut:

Minggu Prapaskah III: Dialog antara Yesus dan perempuan Samaria di sumur Yakob. �Barangsiapa minum air � tak pernah akan haus lagi.� Teks ini mau menjelaskan tentang dinamika hidup sebagai ciptaan baru berkat Sakramen Pembaptisan (bdk. Yoh 4:5-42).

Minggu Prapaskah IV: Orang yang lahir buta (bdk. Yoh 9:1-41). Para katekumen yang hidup dalam kegelapan mendapatkan terang. Tuhanlah yang memilih mereka dan menerangi mereka.

Minggu Prapaskah V: Pembangkiitan Lazarus (bdk. Yoh 1:1-45). Setiap orang yang dibaptis akan dibangkitkan oleh Kristus ke dalam hidup baru.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan di Hadirat-Nya aku berdiri). Disadur dari "Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun" karya Pater Bosco da Cunha O.Carm

Monday, March 24, 2014

Doa, Puasa dan Belas Kasih - St. Petrus Krisologus


Salah satu pengkotbah terbesar dari Gereja Perdana menjelaskan kunci praktek pertobatan dari doa pra-paskah, berpuasa dan beramal atau berbelas kasih. Santo Petrus Krisologus  menyatakan bahwa doa mengetuk pintu, puasa mendapatkan, belas kasih menerima. Dia menunjukkan bagaimana doa, belas kasih dan puasa adalah satu, dan mereka memberikan hidup satu sama lain. Bacaan ini digunakan oleh Gereja Katolik Roma untuk bacaan hari Selasa pada dari minggu ke tiga pra-paskah dan mengutip dari Homili 43: PL 52, 320, 322. St. Petrus Krisologus adalah seorang Uskup dari Ravenna, Italia di pertengahan abad ke lima. Homilinya sangat menginspirasi sehingga dia diberi gelar �Chrysologus� (bhs. Yunani artinya perkataan emas) dan juga dideklarasikan sebagai �Doktor Gereja.�

Ada tiga hal, saudaraku, dimana iman teguh berdiri, devosi tetap konstan, dan kebajikan bertahan. Mereka adalah doa, puasa dan belas kasih. Doa mengetuk pintu, puasa mendapatkan, belas kasih menerima. Doa, belas kasih dan puasa: tiga hal ini adalah satu, dan mereka memberikan hidup satu sama lain.

Puasa adalah jiwa dari doa, belas kasih adalah sumber hidup dari puasa. Jangan ada satu orang pun mencoba untuk memisahkan mereka; mereka tidak dapat dipisahkan. Jika anda hanya memiliki satu dari mereka atau tidak semuanya bersamaan, anda tidak memiliki apa-apa. Jadi bila anda berdoa, berpuasa; jika anda berpuasa, tunjukkan belas kasih; jika anda ingin permohonan anda didengar, dengarlah permohonan orang lain. Jika anda tidak menutup telinga anda kepada orang lain, anda membuka telinga Tuhan kepada diri anda sendiri.

Ketika anda berpuasa, tengoklah puasa orang lain. Bila anda ingin Tuhan mengetahui bahwa anda lapar, ketahuilah bahwa orang lain juga lapar. Bila anda mengharapkan belas kasihan, tunjukkan belas kasihan. Jika anda mencari kebaikan, tunjukkan kebaikan. Bila anda ingin menerima, berilah. Jika anda bertanya pada diri sendiri apa yang anda tolak pada orang lain, pertanyaan anda adalah suatu ejekan.

Jadikanlah ini pola untuk setiap orang ketika mereka mempraktekan belas kasih: tunjukkan belas kasih kepada orang lain dengan cara yang sama, dengan kemurahan hati yang sama, dengan ketepatan yang sama, seperti halnya ada berkeinginan orang lain menunjukkan belas kasihan kepada anda.

Oleh karena itu, biarlah doa, belas kasih dan puasa menjadi salah satu permohonan tunggal kepada Tuhan atas nama kita, satu berbicara sebagai pembela kita. Doa tiga kali lipat bersatu dalam kebaikan kita.

Marilah kita menggunakan puasa untuk menebus apa yang telah kita hilangkan dengan memandang rendah orang lain. Mari kita tawarkan jiwa kita didalam pengorbanan dengan berpuasa. Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan yang dapat kita tawarkan kepada Tuhan, seperti pemazmur ucapkan dalam nubuatan: Pengorbanan kepada Tuhan adalah jiwa yang hancur; Tuhan tidak memandang rendah, hati yang remuk redam.

Tawarkan jiwa anda kepada Tuhan, buatlah puasamu sebagai persembahan kepada Tuhan, sehingga jiwa anda dapat menjadi tawaran yang murni, pengorbanan yang kudus, korban yang hidup, menyisakan dirimu sendiri dan pada saat yang sama diciptakan untuk Tuhan. Barang siapa yang gagal untuk memberikan ini kepada Tuhan tidak akan dimaafkan, untuk itu jika anda memberi diri anda sendiri kepada-Nya, pemberian anda tidak akan terasa sia-sia.

Untuk membuat ini bisa diterima, belas kasih harus ditambahkan. Puasa tidak menghasilkan buah kecuali diairi oleh belas kasih. Puasa menjadi kering ketika belas kasih menjadi kering. Belas kasih untuk puasa sama seperti hujan untuk bumi. Bagaimanapun banyaknya anda mengolah hatimu, menyiapkan tanah untuk kodratmu, membasmi sifat buruk, menabur kebajikan, jika anda tidak melepaskan mata air belas kasihan, puasamu tidak akan menghasilkan buah.

Ketika anda berpuasa, jika belas kasihanmu tipis hasil panenmu akan tipis; ketika anda berpuasa, apa yang anda curahkan didalam belas kasih mengalir kedalam lumbungmu. Maka dari itu, tidak hilang dengan menyimpan, tapi dikumpulkan dalam jumlah kecil. Berikan kepada yang miskin, dan anda beri kepada diri anda sendiri. Anda tidak akan diijinkan untuk menyimpan apa yang telah anda tolak untuk diberikan kepada orang lain.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto!

Wednesday, February 12, 2014

Pesan Paus Fransiskus pada Masa Prapaskah 2014

Berikut pesan Paus Fransiskus untuk masa Prapaskah 2014 yang dirilis oleh konferensi Pers Vatikan pada Selasa 4 Februari 2014. Tema dari pesan yang diambil ialah dari Surat St Paulus kepada Jemaat di Korintus, "Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya" (2 Kor 8:9). Di bawah ini, merupakan terjemahan tidak resmi Bahasa Indonesia oleh Katolisitas Indonesia dari News.Va:


Saudara-saudari yang terkasih,

Pekan Prapaskah semakin dekat, saya ingin menawarkan beberapa usulan yang berguna pada jalan konversi kita sebagai individu maupun sebagai komunitas. Renungan ini terinspirasi oleh kata-kata dari Santo Paulus: "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Kor 8:9). Sang Rasul menulis kepada orang-orang Kristen dari Korintus untuk mendorong mereka agar bermurah hati dalam membantu umat beriman di Yerusalem yang membutuhkan. Apa arti dari perkataan dari Santo Paulus bagi kita orang Kristen saat ini? Apakah ajakan dalam kemiskinan, hidup evangelisasi dalam kemiskinan, bermakna bagi kita saat ini?

Kasih karunia Kristus

Pertama-tama, hal itu menunjukkan kepada kita bagaimana Tuhan bekerja. Dia tidak mengungkapkan diriNya berjubah dalam kekuasaan duniawi dan kekayaan, melainkan dalam ketidakberdayaan dan kemiskinan: "Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya... ". Kristus, Putra Allah yang kekal, satu dengan Bapa dalam kuasa dan kemuliaan, memilih untuk menjadi miskin, Ia hadir diantara kita dan dekat dengan setiap dari kita masing-masing, Ia menyisihkan kemuliaan-Nya dan mengosongkan diriNya sehingga Ia bisa menjadi seperti kita dalam segala hal (lih. Flp 2:7; Ibr 4:15). Allah yang menjadi manusia adalah sebuah misteri besar! Tapi alasan untuk semua ini adalah kasih, cinta dalam kasih karunia, kemurahan hati, keinginan untuk mendekat, kasih yang tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan diriNya sendiri bagi orang yang dikasihi. Perbuatan amal, kasih, berbagi dengan orang yang kita cintai dalam segala hal. Kasih membuat kita mirip, menciptakan kesetaraan, cinta juga merobohkan dinding dan menghilangkan jarak. Allah berbuat seperti ini dengan kita. Memang, Yesus " bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berpikir memakai akalbudi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi, Ia mengasihi dengan hati manusiawi. Ia telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadi salah seorang diantara kita, dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa" (Gaudium et Spes, 22).

Dengan membuat diriNya sendiri miskin, Yesus tidak mencari kemiskinan untuk kepentingan diri-Nya sendiri, tetapi seperti yang St. Paulus  katakan "bahwa dengan kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya". Ini bukan permainan kata-kata belaka atau tangkapan frasa. Sebaliknya, itu merangkum logika Allah, logika cinta, logika inkarnasi dan salib. Allah tidak membiarkan keselamatan kita jatuh begitu saja dari langit, seperti orang yang memberikan sedekah dari kelimpahan mereka yang disertai rasa altruisme dan kesalehan. Kasih Kristus itu berbeda! Ketika Yesus melangkah ke air di sungai Yordan dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Ia melakukanNya bukan karena Ia membutuhkan pertobatan atau konversi. Dia berada di antara orang-orang yang membutuhkan pengampunan, di antara kita orang-orang berdosa, dan untuk mengambil pada diriNya sendiri beban dosa-dosa kita. Dengan cara ini Ia memilihuntuk menghibur kita, untuk menyelamatkan kita, untuk membebaskan kita dari kesengsaraan kita. Hal ini mengejutkan bahwa Sang Rasul menyatakan bahwa kita dibebaskan, bukan oleh kekayaan Kristus, tetapi oleh karena kemiskinan-Nya. Namun St. Paulus juga menyadari "kekayaan Kristus yang tidak terduga itu�" (Ef 3:8), bahwa Ia adalah "ahli waris dari segala sesuatu" (Ibr 1:2).

Jadi, apa kemiskinan ini yang mana Kristus membebaskan dan memperkaya kita? Ini adalah caraNya untuk mengasihi kita, caraNya menjadi tetangga kita, seperti orang Samaria baik hati yang adalah tetangga dari seorang yang ditinggalkan setengah mati di pinggir jalan (lih. Luk 10:25).  Sehingga yang memberi kita kebebasan sejati, keselamatan dan kebahagiaan sejati adalah kasih sayang, kelembutan dan solidaritas cintaNya. Kemiskinan Kristus yang memperkaya kita adalah kemauanNya mengambil kemanusiaan dan menutupi kelemahan dan dosa-dosa kita sebagai ungkapan kasih sayang Allah yang tak terbatas kepada kita. Kemiskinan Kristus adalah harta terbesar kita semua: kekayaan Yesus adalah bahwa ketaatan tak terbatas kepada Allah Bapa, kepercayaan yang konstan, keinginanNya yang selalu dan hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan memberi kemuliaan bagi BapaNya. Yesus kaya dengan cara yang sama sebagai anak yang merasa dicintai dan yang mencintai orang tuanya, tanpa meragukan cinta dan kelembutan mereka untuk sesaat. Kekayaan Yesus terletak pada keberadaannya sebagai Anak; hubungan unikNya dengan Bapa adalah hak prerogatif dari kedaulatan Mesias yang miskin ini. Ketika Yesus meminta kita untuk mengambil dariNya "kuk yang mudah", ia meminta kita untuk diperkaya oleh-Nya "kemiskinan yang kaya "dan" kekayaan yang miskin"-milikNya, untuk berbagi semangat berbakti dan persaudaraan, untuk menjadi putra dan putri dalam Anak, saudara dan saudari dalam Saudara Sulung yang dilahirkan (lih. Rom 8:29).

Seperti yang telah dikatakan bahwa satu-satunya penyesalan yang nyata terletak pada tidak menjadi orang suci (L. Bloy), kita juga bisa mengatakan bahwa hanya ada satu jenis nyata kemiskinan: tidak hidup sebagai anak-anak Allah dan saudara-saudari Kristus.

Kesaksian kita

Kita mungkin berpikir bahwa "jalan" kemiskinan adalah cara Yesus, sedangkan kita yang datang setelah Dia dapat menyelamatkan dunia dengan sumber daya manusia yang tepat. Bukan ini permasalahannya. Di setiap waktu dan tempat, Allah terus menyelamatkan umat manusia dan dunia melalui kemiskinan Kristus, yang membuat diriNya miskin dalam sakramen-sakramen, dalam Sabda dan Gereja-Nya, yang merupakan orang-orang yang miskin. Kekayaan Allah mengalir tidak melalui kekayaan kita, tapi selalu dan secara eksklusif melalui kemiskinan personal dan komunal kita dengan dihidupi oleh semangat Kristus.

Dalam mengikuti  teladan Guru kita, kita orang Kristen dipanggil untuk menghadapi kemiskinan saudara-saudari kita, menyentuhnya, menjadikannya milik kita sendiri dan untuk mengambil langkah-langkah praktis untuk mengurangi itu. Kemelaratan tidak sama dengan kemiskinan: kemelaratan adalah kemiskinan tanpa iman, tanpa dukungan, tanpa harapan.  Ada tiga jenis kemiskinan: material, moral dan spiritual. Kemelaratan materi adalah apa yang biasanya disebut kemiskinan dan mempengaruhi orang-orang yang hidup dalam kondisi berlawanan dengan martabat manusia: mereka yang tidak memiliki hak-hak dasar dan kebutuhan seperti makanan, air, kebersihan, pekerjaan dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam budaya. Menanggapi kemiskinan ini, Gereja menawarkan bantuannya, diakonianya, dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan membebat luka-luka yang menodai wajah kemanusiaan. Dalam kemiskinan dan keterbuangan kita melihat wajah Kristus, dengan mengasihi dan membantu orang miskin, kita mengasihi dan melayani Kristus. Upaya kita juga diarahkan untuk mengakhiri pelanggaran martabat manusia seperti diskriminasi dan kekerasan di dunia, yang kini sangat sering menjadi penyebab kemiskinan. Ketika kekuasaan, kemewahan dan uang menjadi berhala, mereka mengambil prioritas di atas keadilan kebutuhan pemerataan. Hati nurani kita butuh dikonversikan ke keadilan, kesetaraan, kesederhanaan dan berbagi.

Tidak kurang dalam perhatian juga ialah kemiskinan moral, yang terdiri dalam perbudakan wakil dan dosa. Berapa banyak rasa sakit disebabkan dalam keluarga karena salah satu anggota mereka � yang umumnya orang muda - ialah menjadi budak alkohol, narkoba, perjudian atau pornografi! Berapa banyak orang yang tidak lagi melihat makna dalam hidup atau prospek untuk masa depan, berapa banyak yang telah kehilangan harapan! Dan berapa banyak yang terjun ke kemiskinan ini dengan kondisi sosial yang tidak adil, pengangguran, yang menghilangkan martabat mereka sebagai pencari nafkah, dan dengan kurangnya akses yang sama terhadap pendidikan dan kesehatan. Dalam kasus tersebut, kemiskinan moral dapat dianggap sebagai bunuh diri yang akan datang. Jenis kemiskinan, yang juga menyebabkan kehancuran finansial, yang selalu terkait dengan kemiskinan spiritual yang kita alami ketika kita berpaling dari Allah dan menolak kasih-Nya. Jika kita berpikir kita tidak membutuhkan Allah yang menjangkau kita bahkan Kristus, karena kita percaya bahwa kita dapat melakukannya sendiri, kita menuju ke suatu kejatuhan. Hanya Allah sendiri yang benar-benar dapat menyelamatkan dan membebaskan kita.

Injil adalah antidot nyata untuk kemiskinan spiritual: ke mana pun kita pergi, kita dipanggil sebagai orang Kristen untuk memberitakan kabar pembebasan, bahwa pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan adalah suatu hal yang mungkin, bahwa Allah lebih besar dari situasi kedosaan kita, bahwa Ia dengan kehendak bebasnya mengasihi kita setiap saat dan bahwa kita diciptakan untuk persekutuan dan hidup kekal. Tuhan meminta kita untuk menjadi pembawa pesan sukacita, rahmat dan harapan ini! Adalah suatu hal yang mendebarkan, mengalami sukacita untuk menyebarkan kabar baik ini, berbagi harta yang dipercayakan kepada kita, menghibur yang patah hati dan menawarkan pengharapan kepada saudara-saudari yang mengalami kegelapan. Ini berarti mengikuti dan meniru Yesus, yang mencari orang miskin dan orang-orang berdosa sebagai seorang gembala yang dengan penuh kasih mencari domba yang hilang. Dalam persatuan dengan Yesus, kita berani bisa membuka jalur baru evangelisasi dan promosi kemanusiaan.

Saudara-saudari yang terkasih, mungkin dalam masa Prapaskah ini ditemukan bahwa seluruh Gereja siap untuk bersaksi kepada semua orang yang tinggal dalam kemelataran material, moral dan spiritual menurut pesan Injil yang penuh belas kasih dari Allah, Bapa kita, yang siap untuk merangkul semua orang di dalam Kristus. Kita bisa menjadi seperti ini, ketika kita meniru Kristus yang menjadi miskin dan memperkaya kita dengan kemiskinanNya. Prapaskah adalah waktu yang tepat untuk penyangkalan diri, kita akan melakukannya dengan baik untuk bertanya pada diri sendiri apa yang bisa kita berikan dalam rangka untuk membantu dan memperkaya orang lain dengan kemiskinan kita sendiri. Janganlah kita lupa bahwa kemiskinan nyata sangatlah menyakitkan: tidak ada penyangkalan diri yang nyata tanpa dimensi penebusan dosa ini. Saya tidak percaya suatu  amal kasih yang sia-sia dan tidak meyakiti.

Semoga Roh Kudus , melalui kita "sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu." (2 Kor 6:10), mendukung kita dalam resolusi dan meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab untuk kemiskinan manusia, sehingga kita bisa menjadi penuh belas kasihan dan bertindak dengan belas kasih. Dalam mengungkapkan harapan ini, saya juga berdoa agar setiap anggota umat beriman dan setiap komunitas Gereja akan melakukan perjalanan Prapaskah yang berbuah. Saya meminta Anda semua untuk berdoa bagi saya. Semoga Tuhan memberkati Anda dan Bunda kita menjaga Anda.

Dari Vatikan, 26 Desember 2013 Pesta Santo Stefanus, Diakon dan Martir Pertama.

Friday, February 15, 2013

Pesan Bapa Suci Paus Benediktus XVI Untuk Masa Prapaskah 2013


�Percaya dalam amal membangkitkan amal�
�Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita� (1 Yoh 4:16)
Saudara dan saudariku terkasih,

Perayaan Prapaskah, dalam konteks Tahun Iman, menawarkan kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan amal: antara percaya dalam Allah � Allah dari Yesus Kristus � dan amal, yang merupakan buah dari Roh Kudus dan yang menuntun kita di jalan pengabdian kepada Allah dan sesama.

1. Iman sebagai tanggapan terhadap kasih Allah
Dalam Ensiklik pertama saya, saya menawarkan beberapa pemikiran tentang hubungan erat antara keutamaan iman dan amal kasih secara teologis. Berangkat dari pernyataan tegas yang mendasar dari Santo Yohanes: �Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita� (1 Yoh 4:16), saya mengamati bahwa �menjadi Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seseorang, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan suatu arah yang pasti � Karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita (bdk. 1 Yoh 4:10), kasih kini tidak lagi menjadi �perintah� belaka; kasih adalah tanggapan terhadap karunia kasih yang dengannya Allah mendekat kepada kita� (Deus Caritas Est, 1). Iman ini merupakan ketaatan pribadi � yang melibatkan seluruh pancaindera kita � bagi pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat dan �penuh gairah� bagi kita, sepenuhnya terungkap dalam Yesus Kristus. Perjumpaan dengan Allah yang adalah Kasih melibatkan tidak hanya batin tapi juga akal budi: �Pengakuan akan Allah yang hidup adalah salah satu jalan menuju kasih, dan �ya� dari kehendak kita terhadap kehendak-Nya menyatukan akal budi, kehendak dan perasaan kita dalam seluruh pelukan tindakan kasih. Tetapi proses ini selalu akhir yang terbuka; kasih tidak pernah �selesai� dan lengkap�( Deus Caritas Est, 17). Oleh karena itu, untuk semua orang Kristiani, dan terutama untuk �pekerja amal�, ada kebutuhan untuk iman, untuk �supaya perjumpaan dengan Allah di dalam Kristus yang membangkitkan kasih mereka dan membuka jiwa mereka bagi orang lain. Akibatnya, sehingga boleh dikatakan, kasih kepada sesama tidak akan lagi bagi mereka perintah yang dibebankan dari luar, melainkan suatu konsekuensi yang berasal dari iman mereka, iman yang menjadi aktif melalui kasih �(Deus Caritas Est, 31a). Orang-orang Kristiani adalah orang-orang yang telah ditaklukkan oleh kasih Kristus dan oleh karena itu, di bawah pengaruh kasih itu � �Caritas Christi urget nos� (2 Kor 5:14) � mereka amatlah terbuka untuk mengasihi sesama mereka dengan cara nyata (bdk. Deus Caritas Est, 33). Sikap ini muncul terutama dari kesadaran dikasihi, diampuni, dan bahkan dilayani oleh Tuhan, yang membungkuk untuk mencuci kaki para Rasul dan memberikan diri-Nya di kayu Salib untuk menarik umat manusia ke dalam kasih Allah.
Iman mengatakan kepada kita bahwa Allah telah memberikan Putra-Nya demi kita dan memberi kita kepastian kemenangan sehingga hal itu sungguh benar: Allah adalah kasih! �.. Iman, yang melihat kasih Allah dinyatakan dalam hati Yesus yang tertikam di kayu Salib, menimbulkan kasih. Kasih adalah cahaya -, dan pada akhirnya, satu-satunya cahaya � yang dapat selalu menerangi dunia yang meredup dan memberi kita kegigihan yang diperlukan untuk tetap hidup dan bekerja� (Deus Caritas Est, 39). Semua ini membantu kita untuk memahami bahwa tanda dasariah yang membedakan orang-orang Kristiani adalah justru �kasih yang didasarkan pada dan dibentuk oleh iman� (Deus Caritas Est, 7).
2. Amal sebagai kehidupan dalam iman
Seluruh kehidupan Kristiani adalah tanggapan terhadap kasih Allah. Tanggapan pertama justru adalah iman sebagai penerimaan, yang dipenuhi dengan takjub dan syukur, akan prakarsa ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendahului kita dan mengetengahkan kita. Dan �ya� dari iman menandai awal dari sebuah kisah persahabatan yang berseri-seri dengan Tuhan, yang memenuhi dan memberi makna penuh bagi seluruh hidup kita. Tapi itu tidak mencukupi bagi Allah karena kita hanya menerima kasih-Nya yang tanpa syarat. Tidak hanya membuat Ia mengasihi kita, tetapi Ia hendak menarik kita kepada diri-Nya sendiri, untuk mengubah kita sedemikian mendalamnya sehingga membawa kita untuk berkata bersama Santo Paulus : �bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku� (bdk. Gal 2:20).
Ketika kita membuat ruang bagi kasih Allah, maka kita menjadi seperti Dia, berbagi dalam amal milik-Nya. Jika kita membuka diri terhadap kasih-Nya, kita memperbolehkan Dia untuk hidup dalam kita dan membawa kita untuk mengasihi bersama Dia, dalam Dia dan seperti Dia; hanya berlaku demikian iman kita menjadi benar-benar �bekerja oleh kasih� (Gal 5:6), hanya berlaku demudian Dia tinggal di dalam kita (bdk. 1 Yoh 4:12).
Iman adalah memahami kebenaran dan mematuhinya (bdk. 1 Tim 2:4); amal adalah �berjalan� dalam kebenaran (bdk. Ef 4:15). Melalui iman kita masuk ke dalam persahabatan dengan Tuhan, melalui amal persahabatan ini dihidupkan dan ditumbuhkembangkan (bdk. Yoh 15:14dst). Iman menjadikan kita merangkul perintah Tuhan dan Guru kita; amal memberi kita kebahagiaan mempraktekkannya (bdk. Yoh 13:13-17). Dalam iman kita diperanakkan sebagai anak-anak Allah (bdk. Yoh 1:12dst); amal menjadikan kita bertekun secara nyata dalam keputraan ilahi kita, menghasilkan buah Roh Kudus (bdk. Gal 5:22). Iman memampukan kita untuk mengenali karunia yang telah dipercayakan Allah yang baik dan murah hati kepada kita; amal membuat mereka berbuah (bdk. Mat 25:14-30).
3. Keterkaitan yang tak terpisahkan dari iman dan amal
Dalam terang di atas, jelaslah bahwa kita tidak pernah bisa memisahkan, apalagi dengan sendirinya mempertentangkan, iman dan amal. Kedua keutamaan teologis ini terkait erat, dan adalah menyesatkan untuk menempatkan perlawanan atau �dialektika� di antara mereka. Di satu sisi, akan terlalu sepihak untuk menempatkan penekanan kuat pada prioritas dan ketegasan iman serta merendahkan dan hampir-hampir meremehkan karya amal nyata, mengecilkan karya itu ke paham kemanusiaan yang samar-samar. Di sisi lain, meskipun, sama-sama tidak membantu untuk melebih-lebihkan keunggulan amal dan kegiatan yang dihasilkannya, seakan-akan karya bisa mengambil tempat iman. Bagi kehidupan rohani yang sehat, perlu untuk menghindari baik fideisme maupun aktivisme moral.
Kehidupan Kristiani mencakup secara terus-menerus pendakian gunung untuk berjumpa Allah dan kemudian turun kembali, memberikan kasih dan kekuatan yang diambil dari-Nya, agar supaya melayani saudara dan saudari kita dengan kasih Allah sendiri. Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana semangat para Rasul untuk mewartakan Injil dan membangkitkan iman orang-orang terkait erat dengan kepedulian mereka yang bersifat amal untuk pelayanan kepada kaum miskin (bdk. Kis 6:1-4). Dalam Gereja, kontemplasi dan aksi, yang dilambangkan dalam beberapa cara oleh tokoh Injil, Maria dan Marta, harus saling berdampingan dan saling melengkapi (bdk. Luk 10:38-42). Hubungan dengan Allah harus selalu menjadi prioritas, dan setiap pembagian harta benda, dalam semangat Injil, harus berakar dalam iman (bdk. Audiensi Umum, 25 April 2012). Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, mengecilkan istilah �amal� untuk solidaritas atau bantuan kemanusiaan belaka. Namun, penting diingat bahwa karya terbesar dari amal adalah evangelisasi, yang adalah �pemerintahan sabda�. Tidak ada tindakan yang lebih bermanfaat � dan karena itu lebih beramal � terhadap salah seorang dari sesama daripada memecahkan roti sabda Allah, berbagi bersama Dia Kabar Baik akan Injil, memperkenalkan Dia kepada hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah yang promosi tertinggi dan paling menyeluruh dari pribadi manusia. Sebagai hamba Allah Paus Paulus VI menulis dalam Ensiklik Populorum Progressio, pernyataan akan Kristus adalah penyumbang pertama dan utama bagi pembangunan (bdk. no. 16). Ini adalah kebenaran primordial kasih Allah bagi kita, yang hidup dan dinyatakan, yang membuka hidup kita untuk menerima kasih ini dan memungkinkan pengembangan menyeluruh dari kemanusiaan dan dari setiap orang (bdk. Caritas in Veritate, 8).
Pada dasarnya, segala sesuatu berasal dari Kasih dan cenderung menuju Kasih. Kasih Allah yang tanpa syarat dibuat kenal kepada kita melalui pewartaan Injil. Jika kita menyambutnya dengan iman, kita menerima kontak pertama dan sangat diperlukan dengan Yang Ilahi, mampu membuat kita �jatuh cinta dengan Kasih�, dan kemudian kita tinggal di dalam Kasih ini, kita tumbuh di dalamnya dan kita dengan sukacita mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Mengenai hubungan antara iman dan karya amal, ada bagian dalam Surat Efesus yang mungkin menyajikan catatan terbaik keterkaitan antara keduanya : �Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya� (2:8-10). Dapat dilihat di sini bahwa prakarsa penebusan seluruhnya berasal dari Allah, dari kasih karunia-Nya, dari pengampunan-Nya yang diterima dalam iman; tetapi prakarsa ini, jauh dari pembatasan kebebasan kita dan tanggung jawab kita, sebenarnya adalah apa yang membuat mereka otentik dan mengarahkan mereka menuju karya amal. Ini terutama bukan hasil dari usaha manusia, yang di dalamnya mengandung kebanggaan, tetapi karya amal tersebut lahir dari iman dan karya amal itu mengalir dari kasih karunia yang diberikan Allah dalam kelimpahan. Iman tanpa perbuatan adalah seperti pohon tanpa buah: dua keutamaan saling memaknai. Masa Prapaskah mengundang kita, melalui praktek-praktek tradisional dari kehidupan Kristiani, memelihara iman kita dengan seksama dan memperbesar pendengaran akan sabda Allah serta dengan penerimaan sakramen-sakramen, dan pada saat yang sama bertumbuh dalam amal dan dalam kasih kepada Allah dan sesama, tidak sekedar melalui praktik puasa, pengampunan dosa dan derma.
4. Pengutamaan iman, keunggulan amal
Seperti setiap karunia Allah, iman dan amal memiliki asal mereka dalam tindakan Roh Kudus yang satu dan sama (bdk. 1 Kor 13), Roh dalam diri kita yang berseru �Abba, Bapa� (Gal 4:6), dan membuat kita berkata: �Yesus adalah Tuhan!� (1 Kor 12:3) dan �Maranatha!� (1 Kor 16:22, Why 22:20). Iman, sebagai karunia dan tanggapan, menjadikan kita mengetahui kebenaran Kristus sebagai Kasih yang menjelma dan disalibkan, sebagai ketaatan penuh dan sempurna pada kehendak dan rahmat ilahi yang tak terbatas terhadap sesama; iman tertanam dalam hati dan memikirkan keyakinan teguh bahwa hanya Kasih ini mampu menaklukkan kejahatan dan kematian. Iman mengajak kita untuk melihat ke masa depan dengan keutamaan harapan, dengan pengharapan yang pasti bahwa kemenangan kasih Kristus akan datang kepada penggenapannya. Untuk bagian ini, amal mengantar kita ke dalam kasih Allah yang terwujud dalam Kristus dan menggabungkan kita dalam cara yang bersifat pribadi dan nyata terhadap pemberian diri Yesus yang menyeluruh dan tanpa syarat kepada Bapa serta saudara dan saudari-Nya. Dengan memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, Roh Kudus membuat kita mengambil bagian dalam pengabdian Yesus kepada Allah dan pengabdian persaudaraan bagi setiap orang (bdk. Rm 5:5).
Hubungan antara kedua keutamaan ini menyerupai antara dua sakramen dasariah Gereja: Baptis dan Ekaristi. Baptis (sacramentum fidei) mendahului Ekaristi (sacramentum caritatis), tetapi diarahkan kepadanya, Ekaristi menjadi kepenuhan perjalanan Kristiani. Dalam cara yang sama, iman mendahului amal, tetapi iman adalah sejati hanya jika dimahkotai oleh amal. Segala sesuatu dimulai dari penerimaan iman yang sederhana (�mengetahui bahwa manusia dikasihi oleh Allah�), tetapi harus sampai pada kebenaran amal (�mengetahui bagaimana untuk mengasihi Allah dan sesama�), yang tetap untuk selama-lamanya, sebagai pemenuhan semua keutamaan (bdk. 1 Kor 13:13).
Saudara dan saudari terkasih, dalam Masa Prapaskah ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan peristiwa Salib dan Kebangkitan � di dalamnya kasih Allah menebus dunia dan menyorotkan cahayanya di atas sejarah � Saya mengungkapkan kehendak saya sehingga Anda semua dapat menghabiskan waktu berharga ini menyalakan kembali iman Anda dalam Yesus Kristus, agar supaya masuk bersama Dia ke dalam kasih dinamis bagi Bapa dan bagi setiap saudara dan saudari yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Untuk maksud ini, saya memanjatkan doa saya kepada Allah, dan saya memohonkan berkat Tuhan atas setiap orang dan atas setiap komunitas!
Dari Vatikan, 15 Oktober 2012

BENEDIKTUS XVI

Tuesday, July 17, 2012

Sengsara Tuhan Yesus

Theophanes  adalah seorang pelukis ikon terkemuka dari sekolah Kreta pada paruh pertama abad keenam belas, dan khususnya tokoh paling penting dalam bahasa Yunani lukisan-lukisan periode. Lukisan dinding dan tanda tangannya masih dipelihara biara-biara Yunani Gunung Athos, dan ia menggambarkan dengan indah sengsara yang dijalani oleh Tuhan kita Yesus Kristus:









Saturday, July 14, 2012

Sejarah Singkat Jalan Salib

Ibadat Jalan Salib pada awal mulanya merupakan tradisi rohani yang hanya di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Baru pada abad ke-12 mulai masuk ke dunia barat, dengan dibawa oleh Ksatria Perang Salib. Mereka menjelajah dan mengenal kota-kota suci yang telah dikuduskan oleh penderitaan dan kematian Yesus, lalu membawa tradisi ini kembali ke tanah air mereka. Hampir semua Gereja didunia Barat, teristimewa pada masa Prapaskah, penderitaan dan wafat Yesus Kristus diperingati secara khusus. Orang kristen mengenang dan merenungkan kembali waktu itu dimana terpentas peritiwa sejarah yang paling berarti, yang membawa pembebasan kepada umat manusia sekaligus memberi suatu arah baru kepada kehidupan.

Para Paus mendorong perkembangan ibadat jalan salib ini dengan memberikan indulgensi. Dalam waktu singkat, ibadat ini berkembang pesat ke seluruh pelosok dunia dan dapat dikatakan bahwa devosi dan ibadat ini menjadi kebiasaan umat beriman dan sangat digemari di seluruh dunia. Untuk memperoleh indulgensi, orang harus menjalani jalan salib dari stasi ke stasi dan bagi suatu ibadat bersama akan diberikan indulgensi istimewa. Bagi para pasien dan orang sakit berat, cukup kalau mereka dalam sikap penuh hormat diberkati oleh seorang imam yang mendapatkan mandat dengan menggunakan sebuah Salib yang diberkati (Salib jalan salib). Indulgensi dapat diperoleh bagi diri sendiri atau diberikan/dilanjutkan kepada orang lain.

Sejarah Hari Rabu Abu


Dalam Tradisi Gereja Barat, Rabu Abu adalah hari pertama Prapaskah, pada hari Rabu abu, abu diberkati, baik dicampur dengan minyak suci maupun air suci, dan ditempatkan di atas kepala dengan tanda salib, atau ditaburkan di dahi. Ketika imam mengenakan abu ia mengatakan baik �Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.� (Kej 3:19).

Warna Liturgi: Ungu
Tipe Hari Raya : Hari Berpuasa dan Berpantang
Waktu dalam Tahun Liturgi: Hari Pertama Masa Prapaskah (Kalender Gereja Katolik Roma)
Durasi: Satu Harii
Perayaan/Simbolisasi: Pertobatan, Berkabung, Kerendahan Hati
Nama Lain: Dies Cinerum (Hari Abu)
Referensi Kitab Suci: Matius 4:1-11; Lukas 4:1-13; Ester 4:1-3; Yun 3:5-6; Dan 9:3; Mat 11:21

Rabu Abu bukanlah hari libur di Gereja Timur, dan dikembangkan hanya di Gereja Barat. Gereja-gereja Ortodoks mulai Prapaskah pada hari Senin,Pada abad ke-8 Rabu Abu menjadi hari puasa yang resmi , karena muncul dalam Sacramentarium Gregorian dari periode tersebut. Awalnya, Prapaskah dimulai pada hari Minggu. Namun, untuk membawa jumlah hari Prapaskah untuk 40 (hari-hari Yesus berpuasa di padang gurun), awal Prapaskah akhirnya dipindahkan ke hari Rabu. Awalnya,Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal / tobat. Sebagai contoh, dalam Buku Ester, Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja Ahasyweros (485-464 SM) dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (Est 4:1).

Ayub (yang kisahnya ditulis antara abad ketujuh dan abad kelima SM) menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayb 42:6). Dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel, Daniel (sekitar 550 SM) menulis, �Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.� (Dan 9:3)Dalam abad kelima sebelum masehi, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung, dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3:5-6). Contoh-contoh dari Perjanjian Lama di atas merupakan bukti atas praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya. Yesus Sendiri juga menyinggung soal penggunaan abu: kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat dan mendengar kabar gembira, Kristus berkata, �Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.� (Mat 11:21)*

Akhirnya, abu dipergunakan untuk menandai permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa persiapan selama 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menyambut Paskah. Ritual perayaan �Rabu Abu� ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary yang diterbitkan sekitar abad kedelapan. Sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric menyampaikan khotbahnya, Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.  K
ita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah. Setidak-tidaknya sejak abad pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah, kita ingat akan ketidakabadian kita dan menyesali dosa-dosa kita.


Dalam liturgi kita sekarang, dalam perayaan Rabu Abu, kita mempergunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Imam memberkati abu dan mengenakannya pada dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata, �Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu,� atau �Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.� Sementara kita memasuki Masa Prapaskah yang kudus ini guna menyambut Paskah, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima: kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita. Kita mengarahkan hati kepada Kristus, yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Kita memperbaharui janji-janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, yaitu ketika kita mati atas hidup kita yang lama dan bangkit kembali dalam hidup yang baru bersama Kristus. Dan yang terakhir, kita menyadari bahwa kerajaan dunia ini segera berlalu, kita berjuang untuk hidup dalam kerajaan Allah sekarang ini serta merindukan kepenuhannya di surga kelak. Pada intinya, kita mati bagi diri kita sendiri, dan bangkit kembali dalam hidup yang baru dalam Kristus.


Sementara kita mencamkan makna abu ini dan berjuang untuk menghayatinya terutama sepanjang Masa Prapaskah, patutlah kita mempersilakan Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam karya dan amal belas kasihan terhadap sesama. Paus Yohanes Paulus II dalam pesan Masa Prapaskah tahun 2003 mengatakan, �Merupakan harapan saya yang terdalam bahwa umat beriman akan mendapati Masa Prapaskah ini sebagai masa yang menyenangkan untuk menjadi saksi belas kasih Injil di segala tempat, karena panggilan untuk berbelas kasihan merupakan inti dari segala pewartaan Injil yang sejati.� Beliau juga menyesali bahwa �abad kita, sungguh sangat disayangkan, terutama rentan terhadap godaan akan kepentingan diri sendiri yang senantiasa berkeriapan dalam hati manusia � Suatu hasrat berlebihan untuk memiliki akan menghambat manusia dalam membuka diri terhadap Pencipta mereka dan terhadap saudara-saudari mereka.� 

Referensi: Church YearYesaya

Dominus Illuminatio Mea!

Puasa dan Pantang menurut Ketentuan Gereja Katolik


Berikut ini ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Kanonik:

1. Kan. 1249 - Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.


2. Kan. 1250 - Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

3. Kan. 1251 - Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus. 


4. Kan. 1252 - Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.


5. Kan. 1253 - Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.


Memang sesuai dari yang kita ketahui, ketentuan dari Konferensi para Uskup di Indonesia menetapkan selanjutnya :

1. Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.

2.Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.

3. Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.

Maka penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat.

2.Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab itu tidak ada artinya.

3.Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang �shopping�, pantang ke bioskop, pantang �gossip�, pantang main �game� dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.

4. Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung dan ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska.

5.Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.

6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, �Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah �..� (sebutkan nama orang yang kita kasihi)

7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak �excuse� ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)