Latest News

Showing posts with label Roh Kudus. Show all posts
Showing posts with label Roh Kudus. Show all posts

Sunday, June 30, 2013

Misa Karismatik?

Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah Misa Karismatik adalah istilah yang baku didalam Gereja Katolik. Didalam Gereja Katolik sendiri, sungguh benar adanya bahwa Gerakan Pembaharuan Karismatik merupakan gerakan yang resmi didalam Gereja Katolik, namun yang perlu digaris bawahi disini adalah istilah �Karismatik� didalam Gereja Katolik adalah sebuah GERAKAN dan bukanlah sebuah bentuk misa atau ritus dalam Perayaan Ekaristi. 

Sehingga tidak pernah ada terminology �Misa Karismatik�, didalam Gereja Katolik. Ini bukanlah istilah resmi dan tidak pernah diakui Gereja. Gereja Universal menerima karunia ini, sebagai sebuah bentuk gerakan yang memberikan semangat pembaharuan. Sehingga Gereja tidak menerima gerakan ini, dalam artian sebagai sebuah bentuk Misa atau Ritus Liturgi yang baru.

Karismatik begitu identik dengan tepuk tangan saat bernyanyi, lagu rohani populer. Namun ironisnya keidentikan gerakan Karismatik ini malah dimuat didalam Misa kudus yang identik dengan keheningan. Sekarang timbul pertanyaan mengapa panitia gerakan ini malah memasukkan unsur-unsur tersebut kedalam Perayaan Misa kudus, apakah Liturgi Gereja itu kurang bersemangat, membuat ngantuk dan itu-itu saja? Inilah sisi negatif dari gerakan ini dimana unsur tersebut entah secara sengaja maupun tidak dimasukkan kedalam Perayaan Ekaristi. 


Disinilah peranan Uskup dan Imam diperlukan, tanggung jawab untuk menegaskan karisma-karisma terletak pada hirarki Gereja. Pembaharuan ada dibawah bimbingan pastoral Uskup setempat di dalam suatu Keuskupan. Seorang Uskup apabila perlu, akan memberikan pedoman-pedoman atau mengabulkan statuta-statuta agar sebuah gerakan (contohnya gerakan Karismatik) dapat menjalankan misinya didalam Gereja dengan berlandaskan izin dari Uskup setempat.

Paus Yohanes Paulus II mendorong para Uskup dan para imam untuk terbuka terhadap pembaruan, untuk menanggapi secara positif akan permintaan pelayanan sakramental dan untuk memelihara pembaruan didalam kehidupan arus utama kehidupan Gereja. Disini kita sungguh-sungguh bisa melihat, betapa luar biasanya kasih Allah bagi Gereja yang didirikanNya sendiri, ia mengkaruniakan gerakan ini kepada GerejaNya agar Gereja semakin dipenuhi oleh Roh Kudus. Untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.

Gereja seperti yang diamanatkan oleh Paus Yohanes XXIII harus bersifat seperti sebuah jendela dimana orang-orang yang sedang mencari Allah yang sejati dapat memandang Gereja Katolik sebagai satu-satunya Gereja yang Allah dirikan didunia dan mampu merasakan keselamatan yang Allah berikan bagi GerejaNya dan sekaligus orang-orang didalam mampu melihat dunia, menjadi berkat bagi sesama dan dunia. 

Gereja telah mencapai usia lebih dari 2000 tahun, Gereja Katolik dimasa kini harus bersifat dinamis, dimana Gereja harus terbuka terhadap pembaharuan. Disini kita melihat berkat dari Konsili Vatikan II atas reformasi Liturgi. Namun kedinamisan Gereja tidak bisa kita gunakan semena-mena untuk memenuhi selera kita terhadap Liturgi Gereja contohnya memasukkan unsur-unsur lagu rohani populer, tepuk tangan gara-gara misa tersebut di atur oleh Badan Pelayanan Karismatik kedalam Perayaan Misa Kudus. Ini keliru namanya.

Tidak harus kita membangga-banggakan gerakan Karismatik. Gereja Katolik sudah terlalu kaya jauh sebelum gerakan ini muncul, dengan berbagai ritus didalamnya. Inilah yang perlu kita banggakan dari Gereja Katolik. Ritus Barat dan Timur, inilah lambang keagungan Gereja Katolik sebagai Gereja Universal.

Sehingga kesimpulannya cukup sederhana, tidak pernah ada yang namanya �Misa Karismatik� didalam Gereja Katolik. Dan satu hal lagi, Gerakan ini digolongkan sebagai Gerakan Gerejani oleh Dewan Kepausan bagi kaum awam, sehingga gerakan ini tidak dikaruniai, lindungan kuasa Infabillitas oleh Gereja sehingga apabila gerakan ini dikemudian hari, bisa memberikan dampak buruk maupun bisa pula melenceng dari Hukum Gereja. Maka ada kemungkinan gerakan ini bisa distop oleh Gereja. 

Lihat juga: Penjelasan terhadap Gerakan Karismatik
Dominus illuminatio mea!

Saturday, May 25, 2013

Renungan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus

Roh Kebenaran memimpin kamu kepada Kebenaran
Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tritunggal dari bahasa Latin Trinitas. Allah yang kita imani itu Esa atau satu tetapi dalam tiga pribadi yang berbeda yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pribadi-pribadi Ilahi yang kita sapa sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus selalu kita sebut ketika membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan kita. 


Ziarah hidup kita selalu menuju kepada Bapa, mengikuti jejak Yesus PutraNya dan jiwai oleh RohNya yang kudus. Ketika merayakan Ekaristi, kita juga menyapa Allah Tritunggal Mahakudus melalui tanda salib dan doa kemuliaan serta Aku Percaya.

Ada seorang muda yang datang kepadaku dan mengatakan bahwa Ia belum mengerti ajaran Tritunggal Mahakudus. Baginya, ajaran Tritunggal Mahakudus itu sulit sehingga dia belum mengerti. Saya bertanya kepadanya apakah dia percaya dan ia mengatakan percaya kepada Allah Tritunggal mahakudus, tetapi dia sendiri belum mengerti.  Saya teringat pada perkataan St. Anselmus: �credo ut intelligam� artinya aku percaya supaya aku mengerti.  Banyak kali kita menuntut untuk untuk mengerti lebih dahulu baru percaya. Ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya supaya dapat mengerti rahasia Allah. Tuhan Allah Tritunggal masuk dalam misteri iman kita.

Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah disebut Bapa karena Ia adalah pencipta, dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaanNya. Yesus sang Putra telah mengajarkan kepada kita untuk memanggil BapaNya sebagai Bapa kita dan menyebutnya juga sebagai �Bapa kita�. Sebelum umat katolik menyebut Yang Ilahi sebagai Bapa, ungkapan  Allah sebagai Bapa sudah ada dalam Kitab Perjanjian Lama (Ul 32:6; Mal 2:10). Tuhan juga dirasakan seperti seorang ibu (Yes 66:13). Yesus sendiri berkata:�Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa" (Yoh 14:9).

Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Bapa dan Putra. Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada di dalam kita, Roh Kudus ada dan menguatkan kita. Allah mengutus Roh PutraNya ke dalam hati kita (Gal 4:6). Roh Kudus yang diterima bukan Roh perbudakan yang membuat kita takut melainkan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Rom 8:15). Yesus dari Nazareth adalah Putra, Sang Pribadi ilahi yang kedua. Pertanyaan yang tetap laku sepanjang masa adalah bagaimana kita dapat memahami Tritunggal Mahakudus?

Alkisah pada suatu kesempatan St. Agustinus sedang berjalan di pinggir pantai. Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir. Lalu ia berulang kali mengambil air laut dengan gelas kecil itu dan memasukannya ke dalam lubang itu. Setiap saat lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir. Agustinus bertanya kepadanya: untuk apa ia melakukan  semuanya itu. Ia menjawab hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut. Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang tersebut.

Anak itu kemudian bertanya kepada Agustinus apa yang sedang dipikirkannya. Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Tritunggal Mahakudus. Anak itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini sedangkan Tritunggal Mahakudus jauh lebih luas dari samudra raya. Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budi itu tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan. Ia kemudian berkesimpulan: �Di mana ada cinta kasih, di situ ada AllahTritunggal: pencinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih".

Penginjil Yohanes hari ini menjelaskan tentang persekutuan Tritunggal Mahakudus. Dalam amanat perpisahanNya, Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai penghibur. Roh Kudus itu berasal dari Bapa dan dicurahkan dalam nama Yesus Putra. Yesus sendiri menekankan persekutuanNya dengan Bapa: �Aku dan Bapa adalah satu saja� maka apa yang Bapa punya, Aku punya. Tugas Roh Penghibur adalah membimbing kepada seluruh Kebenaran (Yesus sendiri). Roh Kudus juga akan mengatakan kepada kita tentang segala sesuatu yang sudah diajarkan Yesus dan juga tentang hal-hal yang akan datang.

Penyertaan Roh Kudus di dalam Gereja amat dirasakan oleh Paulus dalam pewartaannya. Kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa kita dibenarkan karena iman. Kita hidup dalam damai sejahtera karena Yesus Kristus. Karena iman kepada Kristus, kita juga menjadi anak-anak Allah. Kita akan hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Kristus dalam kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus. Lihatlah pemahaman Paulus tentang Tritunggal, kelihatan sederhana tetapi nyata dalam hidup.

Kita dapat berdamai dengan Allah karena Yesus dalam kasih yang tercurah oleh Roh Kudus. Tuhan sendiri adalah kebijaksanaan sebagaimana dilukiskan di dalam bacaan pertama dari Kitab Amsal. Bagi Amsal, sebelum bumi diciptakan  sudah ada Kebijaksanaan.

Sambil kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, permenungan kita semakin dalam  untuk dua hal berikut ini. Pertama, kita menyembah Allah yang tidak sendirian melainkan seorang Allah yang penuh dengan persekutuan kasih dan saling berbagi. Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu komunitas, satu kesatuan. Ini haruslah menjadi dasar bagi persekutuan setiap orang yang percaya, bukan hanya sekedar model saja. Kedua, Allah Tritunggal Mahakudus adalah kasih yang sempurna.  Tidak ada kasih lain yang sempurna seperti kasih Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus.

Doa: Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus, semoga kami selalu berusaha untuk menjadi tanda dan pembawa cinta kasih kepada sesama yang lain. Amen

Renungan oleh Pater John. SDB

Thursday, July 19, 2012

Gambar dalam KKGK- Pentakosta

Ikon Koptik Pentakosta
Ikon ini menyajikan kisah biblis tentang Pentakosta
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya�.(Kis 2:1-4).
Dalam lukisan ini, tampak seberkas cahaya yang kuat keluar dari burung merpati, simbol Roh Kudus. Cahaya itu melingkupi Maria dan Para Rasul. Itulah cahaya yang menerangi pikiran Para Rasul dan memberikan kepada mereka anugerah pengertian, hikmat, dan pengenalan akan realitas ilahi, tetapi juga anugerah kesalehan, keperkasaan, nasihat, dan takut akan Allah.

Kemudian diatas kepala mereka hinggap lidah-lidah api untuk menunjukkan kepenuhan cinta ilahi yang mendorong mereka menjadi pewarta-pewarta Injil kepada segala bangsa. Sesungguhnya rahmat yang berlimpah-limpah ini akan membuat para Rasul dipahami oleh semua orang karena bahasa cinta itu universal dan terbuka bagi semua orang.

Untuk perbedaan bahasa-bahasa di antara para bangsa, Pentakosta memberikan obat kesatuan para bangsa.

Di tengah-tengah ikon tampak menonjol Maria, Bunda Gereja, Ratu Para Rasul, dan pendoa yang sempurna. Dalam cinta Roh Kuduslah umat beriman dapat melambungkan doa mereka kepada Allah sebagai anak sesuai dengan kata-kata para Rasul.

�Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya kedalam hati kita, yang berseru, �Ya Abba, ya Bapa!� � (Gal 4:6). 

Dominus illuminatio mea!

Sekuensia Pentakosta-Veni Creator Spiritus