Latest News

Showing posts with label Tradisi. Show all posts
Showing posts with label Tradisi. Show all posts

Saturday, December 7, 2013

Tradisi Adven - Sejarah Lingkaran Adven

oleh: RP. William Saunders
Lingkaran Adven merupakan bagian dari tradisi Katolik yang sudah sekian lama ada. Namun, asal-usul bagaimana hal tersebut terbentuk tidak pasti. Ada bukti dari bangsa Jerman pra-Kristen menggunakan  lingkaran Adven dengan menyalakan lilin selama hari-hari yang dingin dan gelap pada bulan Desember sebagai bentuk penantian pada tibanya hari yang terik dan sinar matahari yang cerah. Di negara Skandinavia, ada pula tradisi selama musim dingin untuk menyalakan lilin yang ditempatkan di sekitar roda , untuk mengangkat doa-doa kepada dewa cahaya untuk mengubah "roda bumi" kembali ke arah matahari untuk memperpanjang hari-hari pada musim panas.

Pada abad pertengahan, orang Kristen mengadaptasi tradisi ini dan menggunakan lingkaran Adven sebagai bagian dari persiapan rohani untuk menyambut hari Natal. Karena , Kristus adalah " Terang yang datang ke dunia "untuk melenyapkan kegelapan dosa dan memancarkan kebenaran dan kasih Allah ( lih. Yoh 3:19-21 ). Pada 1600, baik Katolik dan Lutheran memiliki praktek formal mengenai lingkaran Adven. Simbolisme lingkaran Adven adalah sesuatu yang amat indah. Lingkaran ini terbuat dari berbagai jenis pepohonan, yang melambangkan kehidupan. Bahkan pepohonan ini memiliki makna tradisional yang sekaligus menggambarkan iman kita: Laurel melambangkan kemenangan atas penganiayaan dan penderitaan. Pinus, Holly dan Yew melambangkan keabadian dan Cedar sebagai kekuatan dan kesembuhan. Holly juga memiliki simbolisme Kristen yaitu daun berduri yang mengingatkan kita pada mahkota duri. Konon menurut legenda dari Inggris dikisahkan bahwa kayu Salib terbuat dari pohon Holly. Lingkaran Adven , yang tidak memiliki awal atau akhir, melambangkan Allah yang abadi, keabadian jiwa, dan kehidupan kekal di dalam Kristus. 

Setiap pohon cemara, kacang-kacangan, polong biji yang digunakan untuk menghias lingkaran Adven juga melambangkan kehidupan dan kebangkitan. Secara utuh, lingkaran Adven yang hijau menggambarkan keabadian jiwa kita dan baru, kehidupan kekal yang dijanjikan kepada kita melalui Kristus, Firman yang kekal dari Bapa, yang datang ke dunia dan menjadi manusia seutuhnya yang menang atas dosa, dengan kematian -Nya melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Empat lilin mewakili empat minggu Adven. Suatu tradisi menjelaskan bahwa setiap minggu melambangkan seribu tahun dan membutuhkan  4.000 tahun lamanya dari masa Adam dan Hawa sampai kelahiran Juruselamat. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu mawar (lilin berwarna merah muda). Lilin-lilin ungu khususnya melambangkan doa, tobat, pengorbanan dan karya amal selama masa Adven. Lilin berwarna merah muda, menyala pada minggu ketiga yaitu Minggu Gaudete, ketika imam juga memakai kasula merah muda dalam Misa kudus; Minggu Gaudete adalah Minggu sukacita, karena umat beriman telah tiba di titik tengah masa Adven, ketika penantian umat beriman sudah mencapai separuh lebih dan Natal hampir tiba. Cahaya lilin melambangkan harapan pada kedatangan Tuhan kita yang pertama ke dunia dan sekaligus sebagai antisipasi kedatanganNya yang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati .

Cahaya juga melambangkan Kristus, sebagai terang dunia. Beberapa adaptasi modern, menempatkan lilin putih tepat di tengah-tengah lingkaran Adven , yang menyimbolkan Kristus dan menyala pada malam Natal. Ada pula tradisi yang mengganti tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda dengan empat lilin putih, yang akan menyala sepanjang masa Adven. Dalam keluarga , lingkaran Adven paling tepat menyala pada waktu makan malam setelah doa makan. Sebuah doa tradisional yang biasanya disertai dalam menyalanya lilin pada lingkaran Adven adalah:

Pada hari Minggu Pertama Adven, ayah dalam keluarga memberkati lingkaran Adven dengan berdoa: �Ya Allah yang menyucikan segala sesuatu, sudilah mencurahkan berkat-Mu atas karangan bunga ini, dan kami yang akan menggunakannya untuk mempersiapkan hati kami dalam kedatangan Kristus. Semoga kami dapat menerima rahmat-Mu yang berlimpah. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Lalu dilanjutkan dengan doa ini setiap hari selama minggu pertama Adven, �ya Allah dengan kebangkitkan Mu, kami mohon selamatkanlah kami dari dosa-dosa dengan pembebasanmu. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Kemudian anak bungsu dari keluarga menyalakan satu lilin ungu .

Selama Minggu kedua Adven, ayah berdoa �ya Allah, bangkitkanlah hati kami untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Mu agar kami dapat melayani Engkau dengan pikiran yang murni. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Kemudian anak yang sulung menyalakan lilin ungu minggu pertama dan satu lagi lilin ungu.

Selama Minggu ketiga Adven, ayah berdoa �ya Allah, kami mohon kepada-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada doa kami dan cahayailah pikiran gelap kami dengan rahmat-Mu.  Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Sang ibu kemudian menyalakan dua lilin ungu sebelumnya lalu menyalakan lilin merah muda.

Akhirnya, pada Minggu keempat Advent, sang ayah kembali berdoa �ya Allah yang kuasa, kami berdoa kepada-Mu yang akan datang curahilah kami dengan rahmat-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami. " Sang ayah kemudian menyalakan semua lilin dalam lingkaran Adven.

Masa Adven adalah mas yang tepat untuk memperteguh iman kita kepada Tuhan, lingkaran Adven dan doa-doa selama masa Adven juga mempersiapkan kita dalam menanti hari Natal. Selain itu, tradisi ini juga membuat kita menjadi antusias didalam rumah kita dan tidak melupakan arti sebenarnya dari Natal.

Dominus illuminatio mea!

Saturday, March 9, 2013

Konklaf, Sebuah Cara Untuk Memilih Paus Baru


Konklaf adalah sebuah pertemuan tertutup dimana para Kardinal yang berusia kurang dari 80 tahun � dalam hal ini bisa dipilih � memilih seorang penerus Paus yang baru saja meninggal dunia atau yang mengundurkan diri. Kata Konklaf  berasal dari ungkapan Latin cum clave (dengan sebuah kunci); kata tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan conclave. Pada sebuah Konklaf para Kardinal harus dipisahkan dari segala pengaruh luar dengan memasuki ruangan terkunci dan tetap tinggal di sana sampai ada yang terpilih menjadi Paus.

Saat ini, ruang Konklaf yang terkunci adalah Kapel Sistine di Vatikan, yang ditetapkan oleh Paus Siktus IV (1471-1484).  Disana ada sebuah fresco atau lukisan dinding yang cocok, yaitu Christ Consigns the Keys to Peter karya Pietro Perugino, yang menggambarkan peristiwa dalam Matius 16:19: Yesus memberikan kunci kepada Petrus. Langit-langit Kapel Sistine dipenuhi fresco atau lukisan terkenal dari abad ke 16 karya Michaelangelo tentang Penciptaan, yang didominasi oleh gambar Allah dan Adam yang saling menyentung ujung-ujung jemari, dan juga karyanya Last Judgjement, yang dilukis beberapa decade kemudian, diatas Altar.

Konklaf harus bersifat retret suci, sesuai dengan aturan Konklaf yang ditetapkan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1975. Pada tahun 1978, Kardinal Basil Hume dari Inggris mengatakan dia menjadi sangat sadar bahwa didalam Konklaf itu �tidak ada sesuatu di antara para Kardinal dan Allah.� Yohanes Paulus II, dalam petunjuknya tentang Konklaf yang dikeluarkan pada tahun 1996, mengingastkan para Kardinal agar mereka duduk dibawah fresco Last Judgjement, yang membuat tempat itu �kondusif bagi kesadaran akan kehadiran Allah, yang dalam pandangan-Nya setiap orang pada suatu hari akan diadili.�

Pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2013 mendatang, 115 Kardinal pemilih akan memulai dengan konklaf. Sebelum Konklaf dimulai para Kardinal akan dimerayakan Misa yang biasanya disebut dengan istilah �Pro Eligendo Romano Pontifice� (Misa pemilihan Paus Roma) dipimpin oleh Pemimpin Kollegium para Kardinal, yakni Kardinal Angelo Sodano.

Maka pada sore hari nanti para Kardinal pemilih akan berkumpul di Kapel Paulin di Vatikan, lalu melakukan prosesi perarakan dengan memadahkan Litani Para Kudus agar para Kudus di Surga ikut berdoa kepada Allah agar terpilih seorang Paus yang brilian seperti Paus Benediktus XVI, yang penuh kasih seperti Beato Paus Yohanes Paulus II dan sesuci Paus Santo Fabianus.

Setelah tiba di Kapel Sistina, para Kardinal pemilih akan duduk di tempat duduk yang telah disediakan jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah semuanya duduk maka untuk membuka Konklaf akan dimulai doa sejenak, setelah doa seleseai maka Master Seremoni Papale, Monsignor Guido Marini, akan berkata �Extra Omnes!�, yang artinya artinya semua yang bukan Kardinal Pemilih harus meninggalkan Kapel Sistina. Pintu Kapel pun ditutup dan salah seorang dari Garda Swiss akan berjaga-jaga dipintu depan.


Didalam Kapel Sistine, setiap Kardinal telah disediakan kursi dan sebuah meja kecil, untuk memilih 2 kali sehari; tiap sesi dengan 2 pemilihhan, walaupun sesi malam pertama, setelah sebuah Misa dan banyak urusan procedural, hanya 1 pilihan. Di dalam Kapel itu tidak ada kampanye, pidato para calon, atau bentuk-bentuk permainan politik lainnya. Yang mereka lakukan selama 2 sesi tersebut hanyalah membuat pilihan. Setiap cardinal memiliki surat suara yang berisikan tulisan Eligo in summum Pontificem (Saya memilih Imam Agung) � dan kemudian sebuah baris kosong. 
Conclave Overview
Dengan tanpa menulis identitas, mereka menuliskan sebuah nama, melipat kertas, dan kemudian tiap mereka berjalan melalui gang utama sambil memegang surat suara sehingga semua bisa melihat. Mereka kemudia menaruh surat suara tersebut pada sebuah jambangan besar (dulu sebuah kaliks, ketika hanya beberapa puluh surat suara) yang berada di Altar kemudian kembali ke tempat duduk setelah mengumumkan dengan keras �Saya memanggil Kristus Tuhan sebagai Saksi yang akan menjadi hakimku, agar pilihanku diberikan kepada orang yang dihadapan Tuhan saya piker harus dipilih.�

Beberapa Kardinal dipilih melalui undi. Jika jumlah surat suara yang belum dibuka tidak cocok dengan jumlah Kardinal, surat-surat tersebut dibakar tanpa dibuka atau dihitung. Jika jumlahnya sama, surat-surat itu dibaca (atau istilah resminya: diteliti) oleh seorang Kardinal yang membuat perhitungan diam-diam, kemudian oleh seorang Kardinal lain yang akan melakukan yang sama, lalu oleh Kardinal ketiga yang membaca nama dengan keras. Kardinal terakhir ini akan menusukkan jarum dan benang melintasi kata Eligo untuk menandakan bahwa sura suara tersebut telah dihitung sekali, seperti selembar tiket kereta api yang telah dilubangi dan tidak dapat digunakan lagi. Jika tak satu pun Kardinal mendapatkan 2/3 suara yang dipersyaratkan, atau 2/3 ditambah 1 jika jumlah Kardinal yang hadir dalam Kapel tidak bisa dibagi 3, surat-surat suara tersebut dibakar dan pemungutan suara dilakukan sekali lagi.

Kalau tidak, para Kardinal mengambil jeda untuk makan siang atau beristirahat. Setelah kandidat Paus memperoleh jumlah suara yang mencukupi, Dekan Kolegialitas Kardinal dengan ditemani 2 orang Kardinal lainnya, melangkah menuju tempat duduk calon Paus dan bertanya dalam bahasa Latin, "Acceptasne electionem de te canonice factam in summum Pontificem?" (Apakah Anda menerima pemilihan sebagai seorang Paus?). Jika sang Kardinal menerima jabatan barunya sebagai seorang Suksesor Rasuliah Santo Petrus maka Ia akan menjawab "Accepto" (Saya menerima). Sang Dekan kemudian bertanya, "Dengan nama apa, kamu akan dipanggil?" Paus  yang baru kemudian harus menentukan sendiri nama panggilannya yang akan digunakan selama masa jabatannya.

Segera setelah seorang telah dipilih oleh Kristus untuk menggembalakan GerejaNya satu-satunya  yang Katolik maka Konklaf pun akhirnya ditutup, walaupun ada beberapa waktu sebelum segel pada pintu dibuka dan berita tersebut diumukan secara resmi. Pertama, Paus terpilih harus dikenakan pakaian Gerejani di kapel yang lazim disebut Kapel Tears. 

Pada tahun 1958, tak satu pun pakaian Gerejani yang cocok dengan Yohanes XXIII yang gemuk. �Saya merasa telah diikat dan siap untuk dikirimkan,� katanya. Kemudian, sekembalinya ke Kapel Sistine, sang Paus mendapatkan ucapan selamat dari para Kardinal. Menurut seorang Kardinal dari Cologne, Paus Yohanes Paulus I berkata kepada mereka, �Allah akan mengampuni kamu atas apa yang telah kamu lakukan padaku.� 

Sementara itu, surat-surat suara yang dibakar diharapkan mengeluarkan asap putih (berkat sebuah zat kimia) untuk menandakan pemilihan yang sukses atau pada masa lampau jika pemilihan suara belum dapat menentukan Paus yang baru, maka sebuah jerami basah akan dibakar bersama kertas pemilihan suara sehingga menghasilkan asap berwarna hitam. 

Tidak lebih dari kira-kira 1 jam, para Kardinal muncul dibalkon dan seorang dari mereka mengeluarkan pengumuman dengan cara tradisional: Habemus Papam ( kita memiliki Paus). Ketika seorang Paus baru terpilih, maka Kardinal Tauran (seorang Kardinal senior yang dipilih untuk mengumumkan bahwa Gereja Katolik sudah memiliki Paus Baru) akan muncul di atas balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkannya dengan menggunakan formula dalam Bahasa Latin:  "Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus Papam. Eminentissium ac Reverendissium Dominum, Dominum <nama baptis> Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem <nama keluarga> Qui sibi nomen imposuit <nama pontifikat>" (terj. bebas: "Saya memberitahukan Anda sebuah sukacita besar. Kita memiliki Paus. Yang Utama dan Yang Terhormat <nama baptis> Kardinal Gereja Roma yang Kudus <nama keluarga>, yang mengambil nama <nama pontifikat>). 

Setelah itu Paus yang baru tampil mengangkat tangannya seakan-akan ingin memeluk seluruh umat beriman yang hadir lalu menyapa umat yang berpuluh ribu sekaligus para wartawan yang meliput dengan beberapa patah kata dan terakhir memberikan berkat Apostolik pertamanya sebagai seorang Paus yang baru. Lalu setelah kata penyambutan ini selesai maka Paus yang baru akan bergegas kembali Domus Sanctae Marthae untuk melihat sebuah kamar yang akan dihuninya sekitar 1 minggu sambil menunggu pemberesan dan beberapa pengubahan di Istana Kepausan 


Demikianlah ketika Joseph Alois Kardinal Ratzinger terpilih, kita mendengar pengumuman: "Saya memberitahukan Anda sebuah sukacita besar. Kita memiliki Paus. Yang Utama dan Yang Terhormat Joseph Kardinal Gereja Roma yang Kudus Ratzinger, yang mengambil nama Benediktus XVI".

Adalah sebuah tradisi kuno Gereja Universal bahwa seorang yang terpilih menjadi Paus untuk mengganti namanya. Tercatat dalam sejarah, Paus pertama yang melakukannya adalah Paus Yohanes II (masa pontifikat 533-535) karena nama aslinya berbau pagan: Merkurius. Kemudian pada tahun 983, seorang bernama Pietro Canepanova yang terpilih menjadi Paus, memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Yohanes XIV (masa pontifikat 983-984) untuk membedakan dengan Petrus, Rasul dan Paus pertama.

Penggantian nama ini kemudian menjadi sebuah tradisi sejak Paus Silvester II (masa pontifikat 999-1003). Namun tak seorang pun menyematkan nama Petrus sebagai nama pontifikatnya untuk menghormati Sang Paus pertama yang langsung ditunjuk oleh Yesus sendiri. Paus yang terakhir yang mempertahankan nama baptisnya adalah Paus Marcellus II (masa pontifikat 1501-1555) yang memiliki nama asli Marcello Cervini degli Spannochi. Sejauh ini, sudah ada 81 nama yang digunakan oleh para Paus. Yang terpopuler adalah Yohanes (23 kali digunakan), Benediktus (16), Gregorius (16), Klementinus (14), Innosensius (13), dan Pius (12). 

Paus Yohanes Paulus I (masa pontifikat 1978) adalah yang pertama yang menggunakan dua nama sekaligus Yohanes dan Paulus. Dan pada tahun ini para Kardinal dari seluruh dunia terkecuali Kardinal dari Indonesia yaitu Yang Utama Kardinal Darmaatmadja yang berhalangan hadir dengan alasan gangguan kesehatan untuk memilih Suksesor Rasuliah Santo Petrus sekaligus untuk memilih pengganti Paus Benediktus XVI yang kemungkinan akan berlangsung pada tanggal 12 Maret 2013 nanti. 

Semoga artikel ini bermanfaat dan mampu menambah pengetahuan kita akan Iman Katolik.


Artikel yang mungkin juga bagus untuk dibaca

Dominus illuminatio mea! 

Wednesday, July 18, 2012

Kenangan Dari Misa Latin Tradisional


Disebut Misa Latin Tradisional karena ada hubungannya dengan Konsili Trente pada abad-16. Ini menunjukkan kepada Misa Latin yang dirayakan menurut ritus yang ditulis dalam Missale dari Paus Pius V tahun 1570. Misa Latin Tradisional ini masih tetap berlaku namun ada sedikit perubahan dan variasi-variasi, sampai pembaruan Liturgi yang dilakukan oleh Konsili Vatikan II yang dikodifikasikan dalam Missale dari Paus Paulus VI yang masih dipakai hingga saat ini. 

Namun sekitar tahun 1984, sebagai jawaban atas banyaknya permintaan dari orang-orang Katolik yang lebih memilih Misa Latin Tradisional ketimbang Misa Paulus VI atau Misa Ordinaria, Beato Paus Yohanes Paulus II mengizinkan perayaan Misa Latin Tradisional dengan kondisi yang sangat diawasi. 

Kondisi-kondisi ini, yang dirincikan dalam surat dari Kongregasi Sakramen dan Ibadat Ilahi meliputi hal berikut:

1. Tidak boleh ada hubungan apapun juga antara imam dan umat yang meminta penggunaan Misa Latin Tradisional dan �mereka yang meragukan sah dan benarnya ajaran Misa Romanum yang diumumkan pada tahun 1970 oleh Paus Paulus VI�.  

2.Perayaan Misa Latin Tradisional harus bertempat di sebuah Gereja atau Kapel yang ditunjuk oleh Uskup lokal, tetapi tidak dalam Gereja Paroki, kecuali dalam keadaan luar biasa Uskup mengizinkannya. Perayaan harus mengikuti Missale Romanum 1962 dengan tepat. 

3.Harus bahasa Latin dan tidak ada campuran ritus atau teks dari kedua missale.

Keputusan Paus ini pada waktu itu sangat kontroversial, banyak yang menentangnya berdasarkan alasan bahwa permintaan akan Misa Latin Tradisional tidak didorong oleh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pengalaman ibadat bersama yang penuh arti, melainkan penolakan terhadap seluruh proyek liturgis Konsili Vatikan II. Yang lainnya mengatakan bahwa hal itu hanya akan membingungkan umat beriman dan memberi kepada banyak orang Katolik kesan salah bahwa beberapa pembaruan dari Konsili Vatikan II dapat dihalang-halangi oleh sebuah protes yang diorganisir, yang dapat menarik perhatian dari Pejabat Vatikan yang simpati.

Sebenarnya, Misa Latin Tradisional tidak memberi akibat banyak, sejak disetujui penggunaannya pada tahun 1984. Misa itu dirayakan dalam beberapa tempat oleh orang Katolik yang relatif sedikit. Mayoritas umat Katolik tidak mengetahui bahwa itu dirayakan dimana saja. Jika mereka mengetahuinya, mereka tidak begitu tertarik untuk menghadirinya. Berbagai penyelidikan menunjukkan, bahwa umat Katolik senang dengan pembaruan Liturgi dari Konsili Vatikan II dan tidak ingin kembali kepada Misa Latin yang sama. Maka dalam pengertian tersebut, Misa Latin Tradisional akan menjadi sebuah untaian kenangan.

Saturday, July 14, 2012

Mengapa Wanita Dianjurkan Memakai Mantilla?


Sebenarnya Tradisi ini sudah begitu lama di dalam Gereja bagi seorang wanita untuk memakai kerudung Misa (Mantilla) saat Perayaan Ekaristi. Bahkan sudah ada sejak zamannya Rasul Paulus, Namun kelihatannya tradisi ini sudah mulai hilang termakan oleh zaman modern saat ini.

Pertama, St. Paulus telah mengingatkan kita dalam 1 Tim 2:9 �Demikianlah juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana�

Kedua, St. Paulus juga mengingatkan kita dalam 1 Kor 11:2-16 bahwa ketika seorang wanita mengerudungi dirinya sendiri saat Misa, dia mengakui Kristus sebagai kepalanya dan otoritas dari suaminya, di mana sang suami dipanggil untuk menampilkan kepemimpinan Kristus dalam hidup sang wanita tersebut. �Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.� (Efesus 5:23)

St. Paulus juga berkata bahwa rambut panjang wanita adalah �kehormatannya� (1 Kor 11:15). Tetapi ketika didalam Misa, di mana kita semua dipanggil untuk secara sederhana hadir di hadapan Allah. Kita harus ingat akan perkataan St. Yohanes Pembabtis Yoh 3:30�Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.

Ketiga, didalam Perjanjian Lama Tabut Perjanjian selalu dipisahkan didalam Bait Allah oleh sebuah tabir yang mengerudunginya tabut tersebut. Dalam Misa, piala yang berisi Darah Kristus ditudungi sampai ke Offertorium. Dalam Misa juga, Sibori yang berisi Tubuh Kristus ditudungi di dalam Tabernakel. Bunda Maria pun selalu digambarkan dengan sebuah kerudung di kepalanya. Oleh karena itu, wanita mengerudungi dirinya sendiri dalam Misa, sebagai cara untuk menunjukkan kehormatan mereka,yang telah Allah sendirilah yang memberikan kehormatan tersebut.

Dominus illuminatio mea!

Sejarah Singkat Jalan Salib

Ibadat Jalan Salib pada awal mulanya merupakan tradisi rohani yang hanya di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Baru pada abad ke-12 mulai masuk ke dunia barat, dengan dibawa oleh Ksatria Perang Salib. Mereka menjelajah dan mengenal kota-kota suci yang telah dikuduskan oleh penderitaan dan kematian Yesus, lalu membawa tradisi ini kembali ke tanah air mereka. Hampir semua Gereja didunia Barat, teristimewa pada masa Prapaskah, penderitaan dan wafat Yesus Kristus diperingati secara khusus. Orang kristen mengenang dan merenungkan kembali waktu itu dimana terpentas peritiwa sejarah yang paling berarti, yang membawa pembebasan kepada umat manusia sekaligus memberi suatu arah baru kepada kehidupan.

Para Paus mendorong perkembangan ibadat jalan salib ini dengan memberikan indulgensi. Dalam waktu singkat, ibadat ini berkembang pesat ke seluruh pelosok dunia dan dapat dikatakan bahwa devosi dan ibadat ini menjadi kebiasaan umat beriman dan sangat digemari di seluruh dunia. Untuk memperoleh indulgensi, orang harus menjalani jalan salib dari stasi ke stasi dan bagi suatu ibadat bersama akan diberikan indulgensi istimewa. Bagi para pasien dan orang sakit berat, cukup kalau mereka dalam sikap penuh hormat diberkati oleh seorang imam yang mendapatkan mandat dengan menggunakan sebuah Salib yang diberkati (Salib jalan salib). Indulgensi dapat diperoleh bagi diri sendiri atau diberikan/dilanjutkan kepada orang lain.

Friday, July 13, 2012

Seruan untuk Tradisi Misa Latin Tradisional



Berikut adalah sebuah artikel menarik tentang pertumbuhan Misa Latin Dari Washington Times :

Gereja Katolik Roma  bergegas untuk mengakomodasi lonjakan permintaan untuk Misa Latin tradisional, yang merupakan gambar kerumunan baru yang mengejutkan orang-orang muda 
Sejak Juli, ketika sebuah dekrit dari Paus Benediktus XVI mengangkat puluhan tahun pembatasan merayakan Misa Latin Tradisional, tujuh gereja di daerah metropolitan didaerah Washington telah menambahkan liturgi untuk jadwal mingguan mereka Minggu.

"Saya menyukai Misa Latin Tradisional" kata Audrey Kunkel, seorang Katolik yang berusia 20 tahun, dari Cincinnati. Itu menakjubkan untuk berpikir bahwa saya menghadiri Misa yang sama yang telah terbentuk selama berabad-abad orang-orang kudus." 

Berbeda dengan Misa novus ordo atau yang lebih dikenal dengan Misa paulus IV, yang telah digunakan sejak Konsili Vatikan II pada tahun 1969 dan biasanya dirayakan dalam bahasa- bahasa seperti bahasa Inggris, Misa Latin Tradisional adalah "kontemplatif, misterius, sakral, transenden, dan orang-orang muda sangat tertarik untuk hal itu"ujar Romo Franklin McAfee.

" Orang yang tidak pernah tumbuh dengan Misa tradisional menemukan itu sendiri dan jatuh cinta dengan itu "

�Misa Latin Tradisional membantu orang berusia 20-an dan 30-an yang tumbuh dalam budaya yang tidak memiliki stabilitas dan ortodoksi melihat sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri kemuliaan Allah�, kata Geoffrey Coleman dari Persaudaraan Imam St Petrus Seminari Our Lady of Guadalupe di Denton Neb.

 �Misa Latin Tradisional melepaskan aku dari dunia dan mengangkat pikiran saya, hati dan jiwa untuk hal-hal surgawi,"kata Michael Malain, dari Houston. 

Seorang pemuda yang bernama Kirk Kaya, dari Oberlin, Ohio, ingat pertama kali dia menghadiri Misa Latin Tradisional dan berpikir bahwa sebuah agama baru telah ditemukan.

Perbedaan terbesar antara dua bentuk dari Misa paulus IV dan Misa Latin Tradisional selalu dirayakan dalam bahasa Latin, kecuali untuk homili. Imam juga memimpin umat menghadap ke timur, arah tradisional doa . Misa novus ordo atau yang lebih dikenal dengan Misa Paulus IV dapat dirayakan dalam bahasa Latin, tetapi biasanya tidak ada juga perbedaan di beberapa, himne doa dan jubah. Akibatnya, nuansa keseluruhan Misa Latin Tradisional lebih khidmat dan serius. 

" Tidak seorang pun dapat mengatakan, dengan wajah lurus, bahwa liturgi pasca-Vatikan II dan sakramen-sakramen yang lebih indah daripada yang digunakan untuk ratusan dan ratusan tahun ". Seperti Gereja sekarang menuntut perayaan Misa Latin Tradisional, para imam belajar ritual biasanya lebih muda juga. 

Society of St Pius X (SSPX) kereta imam dalam liturgi Misa Latin Tradisional dan telah menerima sebanyak 25 permintaan seminggu untuk instruksi sejak Juli. "Telepon berdering tanpa henti, dan aku mendapat e-mail setelah e-mail, 'kata Mr Tofari. "Tanggapan itu benar-benar luar biasa, sebagian besar orang yang menyebut berada di bawah usia 30." 

Persaudaraan Imam-imam St Petrus telah berkolaborasi dengan Una Voce Amerika untuk menjadi tuan rumah lokakarya bagi para klerus di Denton, Neb Una Voce Amerika, yang mempromosikan perayaan Misa Latin Tradisional, biasanya mengajarkan ritus untuk 12 siswa sesi. Tetapi pada bulan September, jumlah itu meningkat menjadi 22 yang untuk memenuhi meningkatnya permintaan untuk pelatihan. 

Banyak imam berpikir perubahan yang disetujui oleh Paus akan melakukan lebih dari membawa orang muda ke gereja. Mereka berpikir perayaan Misa Latin Tradisional akan meningkatkan iman banyak pengikut. 

Romo Paulus Scalia, telah merayakan Misa Latin Tradisional di Gereja St Rita di Alexandria. Dia mengatakan peningkatan kehadiran pemuda adalah bukti bahwa Misa adalah sesuatu yang hidup dan memberi hidup. 


"Keindahan adalah luar biasa, karena menarik kita kepada Allah, yang adalah keindahan sendiri," kata Pastor Scalia. 

Tanda Salib


Kalau air suci termasuk kategori bahan,Tanda Salib termasuk kategori tata gerak. Kardinal Joseph Ratzinger (yang kemudian menjadi Paus Emeritus) menulis,"Tata Gerak yang paling mendasar dalam doa adalah Tanda Salib, dan akan selalu demikian". Tanda Salib adalah doa kristiani yang paling lazim dan sudah ada sejak didirikannya Gereja.

Hampir pada semua suratnya dalam Perjanjian Baru, Santo Paulus berbicara mengenai salib,"Aku sekali-kali tidak mau bermegah,selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Gal 6:14). Kisah-kisah paling awal melukiskan bahwa orang Kristiani membuat Tanda Salib dengan ibu jari pada dahi mereka. Mereka juga membuat tanda salib atas benda seperti misalnya makanan dan atas unsur sakramental roti, anggur, minyak dan air. Selama berabad-abad kaum beriman telah mengembangkan cara membuat Tanda Salib. 

Di Gereja Barat membuat Tanda Salib pada diri kita  dengan tangan kanan terbuka, menyentuhkan ujung jari pada dahi, kemudian pada dada, kemudian bahu kiri, dan akhirnya bahu kanan sebagian orang menafsirkan kelima jari itu sebagai tanda Lima Luka Kristus. Orang kristiani dari Gereja Timur mempunyai cara tersendiri dalam membuat tanda salib.

Pengaturan jari membuat tangan menjadi katekismus yang jitu. Mereka memadukan jari, telunjuk dan jari tengah pada ujungnya. Ketiganya itu bersama-sama, melambangkan Tritunggal yang Esa. Kedua jari yang lain dilipat dan keduanya menempel pada telapak tangan, dan bersama-sama melambangkan kesatuan hipostatis, yakni kesatuan kodrat insani dan kodrat ilahi Yesus.

Apabila kita membuat Tanda Salib, yang kita lakukan itu sama sekali bukan hal yang sepele. Tata Gerak Ini hendaknya mampu mengambil seluruh nafas kita. Orang Kristiani awal membandingkan Tanda salib ini dengan tanda pada kening kain (Kej 4:15), mereka juga melihat tanda salib sudah digambarkan dalam tanda darah yang di oleskan pada tiang pintu yang menyelamatkan para putra sulung israel pada Paskah Tuhan(Kel 12:7).

Mereka melihatnya lebih jelas lagi tertulis dalam nubuat Nabi Yehezkiel, yang melihat bahwa orang benar di Yerusalem akan diselamatkan karena suatu "tanda pada dahi" mereka (Yeh 9:4). Tanda apakah itu? Menurut para rabbi kuno, tanda itu adalah TAU, huruf terakhir dalam abjad Ibrani, yang pada zaman kuno dilukiskan sebagai Salib. Dalam Perjanjian Baru yaitu pada Kitab Wahyu, Santo Yohanes melihat orang beriman di surga dan tak beriman di bedakan pada Tanda pada dahi Mereka (Why 14:1;22:4). Pada tahun 1858 di Lourdes, Prancis, ketika Santa Perawan Maria pertama kali menampakan diri kepada Bernadette Soubirous yang masih kecil, sebelum mengucapkan sepatah kata pun ia membuat tanda salib.

Kisah Meninggalnya Para Rasul


Apakah Anda tahu bahwa Rasul Yohanes ketika di Roma ia pernah di goreng hidup-hidup di dalam minyak mendidih. Apakah ia takut menghadapi ini semua?Tidak! Ternyata tidak satupun dari para Rasul yang memilih untuk hidup senang dan tentram dengan bersedia mengingkari dan tidak mengakui Tuhan Yesus. Berapa lama orang bisa kuat dan bisa bertahan menghadapi siksaan badan yang sedemikian keras dan kejamnya tanpa harus menyangkal Tuhan?

Beda dengan manusia jaman sekarang, jangankan di siksa, karena ketakutan kehilangan jabatan, atau kursi yg basah saja, mereka sudah bersedia untuk menyangkal bahkan balik menghujat orang yg ia panut dan puja sebelumnya.

Sejarah tradisi gereja banyak sekali memberikan informasi mengenai kehidupannya sampai dgn bagaimana wafatnya para Rasul. Satu penulis sejarah yg bisa dipertanggung jawabkan tulisannya berdasarkan bukti-bukti nyata ialah Eusebius. Ia menulis buku mengenai cara meninggalnya Para rasul di tahun 325 dgn judul: "Rasul dan murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke seluruh dunia".

Tulisan dari Eusebius telah ditelusuri dan diselidiki ulang oleh penulis sejarah gereja kondang Mr.Schumacher untuk membuktikan akan kebenaran dari tulisan tsb.

a. Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Etiopia.
b. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya diseret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yg penuh batu sampai ia menemukan ajalnya.
c. Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah di sana kepada orang-orang yg belum mengenal Tuhan Yesus.
d. Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup-hidup ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batubara di sana . Pada saat ia berada di sana , ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa (Turki). Ia adalah satu2nya Rasul yg bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.
e. Petrus telah disalib dengan kepala dibawah karena itulah permohonan yang ia ajukan sebelum ia disalib, dimana ia memohon untuk disalib dengan cara demikian. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.
f. Yakobus saudara sepupu dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, dilempar ke bawah dari puncak bubungan Bait Allah, di tempat yg sama dimana si setan dahulu membawa Tuhan Yesus untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tinggi tsb.

g. Yakobus anak Zebedeus adalah seorang nelayan dan ia adalah murid pertama yang dipanggil untuk ikut Tuhan Yesus, ia dipenggal kepalanya di Yerusalem. Pada saat2 ia disiksapun, ia tidak pernah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia berusaha untuk berkhotbah terus, bukan hanya kepada para tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yg menghukum dan menyiksa dia dgn kejamnya. Sehingga akhirnya orang Romawi yang menjadi penjaga dan penyiksa dia, bisa turut bertobat. Penjaga Romawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama disamping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doanya yang terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama Yakobus sebagai orang Kristen.

h. Bartolomeus yang lebih dikenal sebagai Natanael ia menjadi misionaris di Asia,antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Ia meninggal dunia di Armenia setelah ia mendapat hukuman pukulan cambuk yang sedemikian kejamnya sehingga semua kulitnya menjadi hancur terlepas kebeset.

i. Andreas disalib dengan cara salib X di Patras, Yunani. Sebelumnya ia meninggal ia disiksa dgn hukum cambuk oleh tujuh tentara dan diikat disalib dgn cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Seorang pengikut Andreas yang turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan perkataan yang telah diucapkan oleh Andreas sebelum ia meninggal dunia: "Ternyata keinginan dan cita2 saya bisa terkabul dimana saya bisa turut merasakan "happy hours" dgn disiksa dan disalib seperti Tuhan Yesus." Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti2nya ia berkhotbah terus, ia berkotbah terus dua hari sebelum ajalnya tiba. Berkotbah sambil dihukum cambuk.

j. Rasul Thomas mati ditusuk oleh tombak di India.
k. Yudas saudaranya dari Tuhan Yesus dihukum mati dgn panah, karena ia tidak bersedia untuk mengingkari Tuhan Yesus
l. Matias, rasul pengganti dari Yudas Iscariot mati dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.
m. Barnabas salah satu dari 70 rasul, juga yang telah menulis Surat Barnabas dan mengabarkan Injil di Italy maupun di Cyprus, ia mati dihukum rajam di Salonica.
n. Rasul Paulus disiksa dengan sangat kejam dan akhirnya dipenggal kepalanya oleh Kaisar Nero di Roma pada th 67. Rasul Paulus adalah rasul yang paling lama mengalami masa siksaan di penjara. Kebanyakan surat2 dari Rasul Paulus dibuat dan dikirim dari penjara.

Disamping kisah para rasul yang ditulis oleh ahli sejarah Eusebius, ia juga menceritakan tentang seorang penginjil yang matanya dibakar sampai buta dengan catatan bahwa kalau ia buta, maka ia tidak akan bisa membaca Alkitab lagi dengan mana ia tidak akan bisa mengabarkan Injil lagi. Tetapi kenyataannya ia tetap mengabarkan Injil berdasarkan ayat2 yg telah dipelajari dan diingat sebelumnya.

Para Rasul jaman dahulu sedemikian kuat imannya dan sedemikian mengasihi Tuhan Yesus sehingga mereka bersedia membayar kepercayaannya ini dgn pengorbanan dan darah mereka. Apakah umat Kristen sekarang ini juga bersedia melakukan yang serupa seperti para Rasul jaman dahulu?

Sumber: Iman Katolik (Facebook)

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)