Latest News

Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts
Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts

Tuesday, July 16, 2019

KESAKSIAN JIM CAVIEZEL (Pemeran Yesus dalam "The Passion of the Christ") Silakan Berbagi.


KESAKSIAN JIM CAVIEZEL (Pemeran Yesus dalam "The Passion of the Christ")

“Jim Caviezel adalah aktor Hollywood” yang memerankan “Tuhan Yesus” dalam Film “The Passion Of the Christ”.Berikut refleksi atas perannya di film itu.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan kepada sutradara Mel Gibson .
“Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan.?”

Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan..

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya..

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu..

Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga..
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu.

Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya.
Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu.
Saya bekata pada Mel,
"Saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja.
Mari kita teruskan film ini."

Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya..

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus..
Saya gemetar menghadapi adegan itu..
Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan.. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm..

Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin..

Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena "hypothermia" (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia.

Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa..

Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya..

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan..

Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini).

Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar.!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).

“Apa yang telah terjadi.?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya,
“Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat.? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan.?"
Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan.

Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. "Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata.. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri."

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya.

Itu sungguh luar biasa._ Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. _Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan..

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. _Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda..

“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA🙏

(Bisa dibagikan ke teman yg lain..)

Tuesday, August 5, 2014

Dominus Iesus, Dasar Dialog Bagi Anggota Gereja

Sebuah tulisan karya Alexander Maria W dalam blognya.

Seorang anggota keluarga besarku pernah suatu kali bertanya �Mengapa kita harus beragama Katolik?�. Sebuah pertanyaan retoris yang dijawab oleh dirinya sendiri dengan mengatakan �Semua agama menuju kepada Tuhan dan di antara semua agama itu yang paling singkat dalam menuju Tuhan adalah Katolik�. Saya tidak mengetahui mengapa setiap dari kita beragama dan mengapa ada beberapa dari kita yang beragama Katolik tetapi saya mendapatkan pemahaman berbeda mengenai pertanyaan �paman� saya tersebut dalam beberapa hari ini. Mari kita membaca dokumen Gereja Dominus Iesus.

1. Tuhan Yesus memberikan amanat kepada Para Rasul untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Inilah dasar misi Gereja dalam mewartakan Misteri Tritunggal dan Inkarnasi Allah Putra. Inilah misi yang dipegang teguh dan dilaksanakan dengan setia oleh Gereja dari abad ke abad. Dialog dengan agama lain adalah suatu bentuk pewartaan Misteri ini.

2.  Ancaman terhadap misi pewartaan Gereja adalah teori relativisme yang menyatakan ada banyak jalan menuju keselamatan, bahwa keselamatan dapat diraih dalam agama lain. Ada perbedaan mendasar antara iman Kristen dengan iman agama lain. Iman Kristen adalah penerimaan penuh ketaatan kepada rahmat pewahyuan diri Allah sendiri. Iman agama lain adalah kumpulan kebijaksanaan dan pengalaman spiritual manusia dalam upayanya mencari Tuhan. Gereja mengakui bahwa kitab suci agama tertentu mungkin mengandung beberapa eleman kebenaran, sebagai pantulan sinar dari Kebenaran yang Satu, yang menerangi seluruh manusia. Di saat yang sama, Gereja dengan teguh menyatakan bahwa �tulisan yang diinspirasi oleh Allah� hanyalah Kitab Suci Kristen (Alkitab), yang dengan teguh, setia dan tanpa cacat, mengajarkan kebenaran akan Allah kepada manusia.

3. Ajaran yang harus diimani dengan teguh adalah:
a. Manusia hanya diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Ajaran yang menyatakan bahwa manusia dapat diselamatkan melalui cara lain selain melalui Tuhan Yesus harus ditolak. Tidak perlu ragu untuk menyatakan bahwa penebusan oleh Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak diperlukan bagi keselamatan manusia. Pernyataan ini adalah bukti ketaatan kepada kebenaran iman.

b. Di sisi lain, Gereja mengajarkan bahwa manusia dapat diselamatkan oleh pribadi lain hanya dan hanya jika penyelamatan oleh pribadi lain ini berlangsung di dalam penyelamatan oleh Tuhan Yesus. Ini bearti ajaran bahwa �Gereja adalah sakramen keselamatan� dan �Maria Co-Redemptrix� tidak berlawanan dengan ajaran �Tuhan Yesus adalah satu-satunya pengantara dan penyelamat manusia�.

Jesus the Redeemer. Lukisan untuk memperingati 300 th kelahiran St. Alfonsus
c. Pewahyuan Allah telah sempurna dan telah lengkap dalam diri Tuhan Yesus, Putra Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Tidak ada pewahyuan lain yang lebih lengkap dan/atau lebih sempurna selain pewahyuan diri Allah dalam Tuhan Yesus, dalam kehadiranNya, dalam perkataan dan perbuatanNya, dalam tanda dan mukjizatNya, dan terutama dalam wafat dan kebangkitanNya, serta akhirnya dalam perutusan Roh Kudus. Dengan demikian ajaran agama tertentu bahwa pewartaan Tuhan Yesus belumlah lengkap sehingga perlu disempurnakan oleh pewartaan seorang tokoh lain harus ditolak. 

d. Yesus Kristus adalah Firman yang telah menjadi manusia. Sang Firman dan Yesus Kristus adalah satu dan sama. Usaha yang berniat memisahkan keduaNya harus ditolak. Ini bearti ajaran tertentu yang menyatakan bahwa penebusan oleh Firman bersifat lebih universal dan mencakup seluruh manusia sedangkan penebusan oleh Yesus Kristus hanya mencakup orang Kristen harus ditolak.

e. Memang benar bahwa Roh Kudus menebarkan benih-benih Sang Sabda pada seluruh kebudayaan dalam seluruh rentang sejarah sebagai persiapan terhadap pemenuhan pewahyuan dan penyelamatan dalam diri Tuhan Yesus. Ini tidak bearti penebusan oleh Roh Kudus bersifat lebih universal daripada penebusan oleh Tuhan Yesus. Rahmat penebusan adalah hasil karya Tritunggal. Tidak ada Pribadi dalam Tritunggal yang bertindak sendiri-sendiri, terpisah dari Pribadi lainnya. Karya Roh Kudus bukanlah suatu alternatif terhadap karya Tuhan Yesus. Roh Kudus bekerja dalam Inkarnasi, kehidupan, karya, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus serta dalam Gereja. Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari Roh Kudus.

f. Sebagaimana Tuhan Yesus nyata kepada kita saat ini melalui Tubuh MistikNya, yaitu Gereja, dan sebagaimana penebusan Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak bagi keselamatan manusia, Gereja adalah sakramen keselamatan universal. Sebagaimana Tuhan Yesus menekankan pentingnya iman yang dinyatakan dalam pembaptisan, keikut sertaan seseorang dalam Gereja adalah sesuatu yang mutlak diperlukan demi keselamatannya karena hanya melalui pembaptisan seseorang masuk ke dalam Gereja. Ajaran yang menyatakan bahwa Gereja hanyalah salah satu jalan menuju keselamatan di antara beberapa jalan (agama) lain harus ditolak.

g. Sebagaimana hanya ada satu Tuhan Yesus, hanya ada satu MempelaiNya, yaitu Gereja Katolik. Melalui suksesi apostolik, Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus hanya dapat ditemukan di dalam diri Gereja Katolik.

 

h. Gereja-Gereja (maksudnya skismatik) yang tidak berada di dalam persatuan penuh dengan Gereja Katolik, sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap Keutamaan Petrus (dan Penerusnya, para Paus), tetapi tetap mempertahankan suksesi apostolik dan Ekaristi yang sah adalah Gereja dalam arti yang sesungguhnya.

i. Komunitas Gerejani (maksudnya denominasi Protestan) yang tidak mempertahankan suksesi apostolik dan tidak memiliki Ekaristi yang sah bukanlah Gereja dalam arti yang sesungguhnya. Namun demikian, para anggota komunitas Gerejani ini yang telah dibaptis telah dipersatukan dengan Kristus.   

j. Rahmat keselamatan, yang berasal dari Allah oleh Tuhan Yesus di dalam Roh Kudus dan yang selalu memiliki hubungan dengan Gereja, dapat diterima oleh seseorang yang tidak tergabung secara formal ke dalam Gereja. Bagaimana cara rahmat ini dapat sampai kepada orang tersebut adalah sebuah misteri yang hanya diketahui oleh Allah. Ini adalah bagian yang rumit yang mungkin membutuhkan pembahasan terpisah.

4. Dialog antar agama merupakan bentuk dari pewartaan Gereja. Ini bearti:
a. Semua anggota Gereja yang terlibat dalam dialog antar agama tidap perlu ragu untuk berpegang teguh pada ajaran Gereja karena Gereja selalu mengajarkan kebenaran.

b. Dialog harus dilakukan atas dasar kebebasan dan persamaan derajat. Tidak boleh ada pemaksaan kehendak.


c. Persamaan derajat yang dimaksud adalah persamaan derajat para peserta dialog. Ini tidak berarti Tuhan Yesus memiliki derajat yang sama, apalagi lebih rendah, dengan pendiri agama lain. Yesus Kristus adalah Allah sejati yang telah menjelma menjadi manusia.

d. Persamaan derajat juga tidak berarti ajaran Gereja berada dalam derajat yang sama dengan ajaran agama lain. Dialog antar-agama tidak bertujuan mencari jalan tengah antara ajaran Gereja dengan ajaran agama lain sehingga menghasilkan sebuah paham sinkretisme baru. Dialog antar-agama adalah suatu kesempatan untuk mewartakan kebenaran ajaran Gereja kepada pengikut agama lain tanpa ada paksaan bagi pengikut agama lain untuk memeluk iman Katolik. 

5. Saya sangat menganjurkan pembaca untuk membaca dokumen Dominus Iesus ini secara langsung karena ajaran yang dikandungnya sangat penting (yang tidak mungkin saya mengerti sepenuhnya) dan kata-kata yang digunakan sangat indah, lugas dan tegas (yang tidak mungkin saya kutip sepenuhnya). Teks dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini sedang terjemahannya dalam bahasa Indonesia dapat dibaca di sini.


Vivit Dominus in cuius Conspectu sto.

Monday, April 14, 2014

Kerendahan Hati yang Agung di Minggu Palma

Genderang sukacita teriakan �Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!� menghantar Yesus memasuki kota yang ditangisinya, Yerusalem. Dengan gembira laki-laki dan perempuan, tua, muda dan anak-anak berlari menyongsong Yesus. Mereka melambai-lambaikan tangan mereka, berloncat-loncat dengan gembira bahwa Messias telah datang dan hadir diantara mereka untuk menyelamatkan mereka. Terlihat daun palma yang mereka lambaikan ke arah Yesus, para warga yang dengan sengaja melepaskan pakaian mereka ditanah untuk dilalui oleh Yesus. 


Mereka berteriak �Hosanna� sambil melambaikan daun Palma untuk seseorang yang akan mereka salibkan lima hari kemudian. Yesus yang datang sebagai Raja memasuki kota kemenangan bukan dengan mengendarai sebuah kereta kerajaan dan kuda jantan yang perkasa., tapi seorang keledai betina. Dengan para murid yang menemaninya didalam arak-arakan kemenangan. Bukan dengan mengacungkan sebuah pedang tanda kekuatan seorang raja namun dengan ranting pohon palma. Pekan suci telah berada didepan mata; dengan memasuki Minggu Palma, Gereja telah memasuki masa sengsara Yesus.

Sukacita �Hosanna� yang ada di Yerusalem seolah-olah sirna begitu saja, ketika mereka berteriak dengan lantang �Salibkan Dia!�. Masuknya Yesus ke dalam Yerusalem menghantar Yesus pada detik-detik penderitaan yang akan dialaminya sebentar lagi. Dengan menunggangi seekor keledai Yesus masuk ke dalam Yerusalem. Dengan memikul sebuah salib beberapa hari kemudian ia menaiki puncak gunung Golgota. Yesus telah disalibkan oleh ciptaan-Nya sendiri. Dengan diiringi sorak sorai terlihatlah sekelebat wajah-wajah yang penuh kebencian dan iri hati dari para ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang diarahkan kepada Yesus. Mereka berpikir seakan-akan bencana telah masuk ke dalam Yerusalem.

Yesus melihat perbuatan rakyat-Nya hanya bisa tersenyum simpul dengan hati yang teriris cambukan, mendengar suara kegembiraan yang segera digantikan dengan teriakan kebencian. Dengan demikian tergenapilah yang dinubuatkan dalam kitab suci �Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zakharia 9:9). Yesus yang menunggangi seekor keledai melambangkan bahwa Ia datang sebagai Raja Damai. Didalam tradisi timur keledai merupakan lambang binatang yang damai, tidak seperti kuda, yang melambangkan binatang peperangan. Karenanya, seorang raja akan datang menunggangi kuda jika hendak berperang dan naik keledai jika hendak menunjukkan bahwa ia datang dengan damai. Ia membawa sukacita besar ketengah-tengah Yerusalem bahwa penyelamat telah tinggal diantara mereka untuk membawa pembebasan mereka dari dosa. Yesus memilih menggunakan keledai. Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi Zakharia, Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus adalah utusan Bapa supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Yesus memasuki Yerusalem dengan kerendahan hati.

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:6-8) menjelaskan �Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.� Yesus sebagai Allah telah dengan bebas hadir dalam sengsara manusia, Ia menggabungkan dirinya sendiri didalam sifat lemah kita. Sehingga seolah olah jika tindakan kerendahan hati ini tidaklah cukup, Ia lebih jauh lagi merendahkan diri-Nya sendiri, menerima status sebagai seorang budak. Tindakan-Nya membungkuk untuk mencuci kaki murid-murid-Nya (Yoh 13) adalah perumpamaan dari kehadiran utuh manusia -Nya, atas tindakan ini dianggap sangat tidak bermartabat bahkan budak Israel tidak dipaksa untuk melakukannya.

Tapi bukan hanya itu. Yesus tidak dipaksa untuk melakukannya. Ia secara sukarela merendahkan diri-Nya didalam kelahiran-Nya, didalam karya pelayanan-Nya, di dalam kematian-Nya. Tidak ada seorang pun yang menggambil nyawa-Nya. Ia dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya sendiri (Yoh 10:18). Orang lain tidak mempunyai kesempatan untuk merendahkan diri-Nya; Ia merendahkan dirinya sendiri. Dengan kerendahan hatinya, Yesus telah menjadi Adam kedua. Ia telah memperbaiki sifat angkuh dan sombong dari Adam dan Hawa, yang tidak taat dan dengan angkuhnya ingin menjadi seperti Allah. Yesus mengundang kita untuk menjadi rendah hati seperti-Nya untuk menyadari bahwa hati yang angkuh tak akan meninggikan seseorang sedikit pun.

Dominus illuminatio mea!

Saturday, January 4, 2014

Epifania: Hari Raya Penampakan Tuhan


Epifania� atau �Teofania� (kata Yunani) berarti pernyataan diri dengan penuh keagungan, kekuatan dan kewibawaan pribadi. Biasanya dikenakan kepada seorang raja atau kaisar atau penguasa besar yang datang. Kata yang sama pula dipakai untuk penampakan keilahian atau karya-karya Allah yang menakjubkan. Dalam Gereja Timur pemakaian ungkapan �Epifania� hanya untuk misteri Natal, yaitu penampakan keilahian Tuhan Allah dalam rupa daging manusia.

Awal Mula Perayaan Epifania

Sudah sejak abad kedua Epifania dirayakan pada tanggal 6 Januari, yang digandeng dengan kenangan pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Terdapat tulisan dari abad keempat yang mencatat kekhususan perayaan ini sebagai perayaan Kedatangan Tuhn, yakni kelahiran-Nya sebagai manusia dalam inkarnasi yang utuh sempurna.

Di Antiokhia dan Mesir, pada masa hidup Santo Yohanes Krisostomus, pesta ini dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus dan sekaligus hari pembaptisan-Nya. Ketika pesta ini menyebar ke Barat, Gereja Barat menerjemahkan pesta ini sebagai perayaan pewahyuan diri Yesus kepada dunia kafir dengan prototipenya yakni tiga sarjana dari Timur yang datang menuju Bethlehem untuk menyembah kanak-kanak Yesus Penebus yang baru lahir. Episode ini digabungkan sekaligus dengan Peringatan Pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.

Alasan penempatan tanggal perayaan Epifania di Gereja Timur adalah sama seperti Natal dalam Gereja Barat, yaitu titik balik peredaran Matahari. Orang kafir di Mesir saat itu merayakannya 13 hari sesudah 25 Desember, sebab biasanya pada tanggal itu matahari di wilayah sana terlihat lebih benderang. Sehingga 6 Januari bagi umat Kristiani dirayakan sebagai Kelahiran Kristus, Sang Matahari Sejati.

Kebijakan Konsili Vatikan II

Sambil merayakan Epifania yang berasal dari Gereja Timur, Gereja Barat lebih menitik-beratkan peristiwa kedatangan Tiga Sarjana dari Timur sebagai wakil-wakil segala bangsa dan bahasa dari seluruh muka bumi. Konsekwensinya ialah bahwa Epifania berarti penampakan Tuhan Yesus di antara segala bangsa. Penekanannya jelas berbeda, apalagi karena didukng oleh dua perayaan yang mewarnai Epifania, yaitu pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.

Pembaruan Liturgi secara jelas dan indah mengungkapkan sintese perayaan itu dalam prefasinya:
Sebab hari ini, dalam diri Kristus, Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami, menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan sewaktu Dia tampak dalam kodrat kami yang fana, Engkau memulihkan kami ke dalam kemuliaan-Nya yang baka.
Keseluruhan rumusan doa baik untuk Ekaristi maupun Ibadat Harian memperlihatkan corak universal keselamatan. Beberapa unsur penting yang terkandung dalam hari raya ini ialah:
  • Kristus, Sang Mempelai, bersatu dengan Gereja-Nya untuk memurnikan dan menguduskan dunia;
  • Gereja missioner adalah tanda kesatuan bagi segala bangsa yang tercerai berai;
  • Gereja menjadi sumber kebahagian sejai bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari "Memaknai Perayaan Liturgi" halaman 89-90. 

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan dihadirat-Nya aku berdiri)

Tuesday, December 3, 2013

Adven: Masa Penuh Penantian


Di awal tahun liturgi, Gereja Katolik merayakan suatu perayaan, perayaan yang menantikan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Perayaan tersebut ialah Adven, Adven adalah masa khusus di dalam lingkaran tahun liturgi Gereja yang diadakan selama bulan Desember untuk menyongsong Hari Raya Natal pada tanggal 25 Desember. Data asli mengenai awal mula Adven, tidak ditemukan namun sejak abad-abad pertama mulai ada kegiatan dari umat untuk mengadakan persiapan sebelum hari Natal tiba. Keotentikan perayaan ini dapat diketahui dari sinode Macon di Gaul, Perancis yang menyatakan bahwa sebelum dirayakannya hari Paskah atau Natal, diadakan sebuah masa pertobatan dalam rentang waktu dari 11 November hingga 24 Desember 2013. Sehingga pada hari-hari didalam masa Adven, warna Liturgi Gereja menjadi berwarna ungu seturut pula dengan masa Prapaskah yang keduanya berkaitan erat dengan masa pertobatan.

Keontetikan masa Adven ini didukung pula oleh hadirnya Bapa Gereja pada masa tersebut (yang terjadi pada waktu lampau) dan salah satu diantaranya ialah St. Sesarius dari Alles yang hidup pada abad ke 5, dan Sesarius dianggap sebagai orang yang pertama kali menyampaikan homili tentang masa Adven. Adven mungkin hanya dianggap sebagai sebuah masa yang hanya berada dalam Gereja Barat, namun sesungguhnya Gereja-gereja Timur seperti Katolik Timur (yang bersatu penuh dengan Paus Roma sebagai Wakil Yesus Kristus dan gembala Gereja Universal) dan Gereja uniat Orthodox Timur (yang telah memisahkan diri dengan Paus Roma pada tahun 1054) juga merayakan Adven dan hal ini dimulai sejak abad ke empat dan disertai dengan aturan pantang dan puasa yang amat ketat.

Masa Adven terdiri dari 4 Minggu. Selain memperhatikan kesatuan penantian seperti yang dapat dijumpai dalam rumusan doan dan bacaan Kitab Nabi Yesaya pada Misa harian, Masa Adven secara keseluruhan dibagi dalam dua periode:

Pertama, sejak hari Minggu Adven pertama hingga pada tanggal 16 Desember, Gereja secara penuh mengutamakan penantian secara eskatologis; umat beriman diajak merenungkan misteri kedatangan mulia Kristus pada akhir zaman; didukung oleh bacaan-bacaan Misa, khususnya kutipan dari kitab para nabi, terutama Yesaya. Minggu ketiga Adven ditandai dengan sebutan Gaudete Sunday (Minggu Sukacita) dan pula ditandai dengan Vestmentum (pakaian liturgy bagi imam) berwarna merah muda. Minggu Gaudete ini menunjukkan bahwa Gereja secara khusus telah bersukacita karena telah melewati seperempat dari masa Adven.

Paus Emeritus Benediktus XVI pada Minggu Sukacita dengan Pallium tradisional
Kedua, dari 17 Desember sampai 24 Desember, baik dalam Ekaristi maupun Ibadat Harian, semua rumusan diarahkan lebih jelas kepada persiapan menyongsong perayaan Natal, dengan seruan Nabi Yohanes Pembaptis (Nabi terakhir) dan disertai pula dengan kisah Maria dan Yusuf. Adven dipandang dari segi teologis, merupakan suatu masa dimana Gereja menanti-nantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Adven ini secara realitas merupakan gambaran dari umat Israel sendiri dan para nabi terdahulu yang menanti-nantikan kedatangan Mesias beribu-ribu tahun lamanya.

Adven merupakan masa yang mengingatkan adanya dimensi historis-sakramental keselamatan, umat beriman diajak untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus Sang Mesias. Dalam diri Kristus, Allah Bapa telah menampilkan rupa-Nya (Yoh 14:9). Dimensi historis pewahyuan diri Kristus ini menunjukkan betapa konkretnya penyelamatan umat manusia. Dilain pihak pula, Adven adalah masa liturgi yang menanmpilkan secara terang dimensi eskatologis kehidupan para pengikut Kristus. Allah telah memelihara kita demi keselamatan kita (1 Tes 5:9). Sikap menanti yang penuh pengharapan ini adalah ciri khas dari Gereja sendiri. Dalam diri Yesus, Allah telah mewahyukan diri-Nya. Kristus adalah kepenuhan janji Allah. �Sebab Kristus adalah �ya� bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan �amin� untuk memuliakan Allah� (2 Kor 1:20).

Selama masa Adven, sikap penantian Gereja terhadap kedatangan Mesias tidak seperti orang Yahudi yang masih menantikan Mesias terjanji (meskipun telah datang namun mereka memakukan-Nya di kayu Salib). �Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.� (1 Kor 13:12). Gereja menghayati masa ini sebagai sebuah masa penantian yang menggembirakan sekaligus sebagai sebuah masa untuk kembali bertobat; oleh karena itu, Gereja berdoa �datanglah ya Tuhan Yesus� (Wahyu 22:17-20). Akhirnya, Adven mengajak kita untuk menghayati sikap penantian yang disertai dengan kegembiraan bahwa Kristus akan menjelma menjadi daging dan tinggal diantara kita (Yoh 1:14).

Dominus illuminatio mea!

Saturday, November 23, 2013

Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam


Perayaan ini ditetapkan oleh Paus Pius XI tahun 1925 pada setiap hari Minggu  terakhir bulan Oktober, menjelas pesta segala orang kudus. Maksud utama perayaan ini sangat spiritual-pedagogis seperti terungkap melalui ensikliknya �Quas Primas�. Beliau sengaja menantang Atheisme dan Sekularisme di zamannya dengan menampilkan Kristus sebagai yang lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada segala kekuatan dunia.

Sejak tahun 1970 perayaan ini mengalami perubahan penekanan: Kristus lebih bercorak kosmis dan eskatologis. Oleh karena itu, penempatan tanggalnya pun berubah: bukan lagi pada hari Minggu terakhir bulan Oktober, tetapi pada hari Minggu Biasa XXXIII/ XXXIV, menjelang Hari Minggu I Adventus. Jadi, jelas pula sebagai penutup tahun liturgi Gereja. Kristus adalah Alfa dan Omega.

Injil Tahun A (Mat 25:31-46): mewartakan kabar kedatangan Putra Manusia dengan kemuliaan untuk mengadili manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Dimensi kosmis-eskatologis tampak jelas disini. Sedangkan Injil Tahun B (Yoh 18:33b-37) tentang Kristus di hadapan Pilatus: �Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.� Tampak dimensi pengalaman mistik umat beriman. Tahun C (Luk 22:35-43): bahwa Kristus yang tersalib adalah Raja bangsa Yahudi. Dimesi penderitaan Kristus sampai wafat-Nya di kayu salib menampakkan sekaligus urapan imamat Sang Raja yang mengurbankan diri sebagai santapan keselamatan abadi.

Prefasi tetap berasal dari susunan tahun 1925, Kristus adalah Imam abadi dan Raja alam semesta, yang akan mempersembahkan segalanya kepada Bapa-nya: �Kerajaan abadi dan universal yakni: Kerajaan Kebenaran dan Kehidupan; Kekudusan dan Rahmat, Keadilan, Cinta Kasih dan Kedamaian.�

Ibadat Harian memuat dua madah yang disusun oleh imam Yesuit, berasal dari tahun 1925 juga. Ibadat Bacaan menyajikan renungan Origenes tentang Kerajaan Allah dalam Kristus yang tinggal didalam diri kita. Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari buku Memaknai Perayaan Liturgi karya RP. Bosco Da Cunha O. Carm.

Saturday, September 14, 2013

Himne Salib Oleh St. Efraim Dari Syria


Salib menghapuskan segala bentuk pemujaan berhala, sehingga tercerahkanlah seluruh alam semesta, yang mengumpulkan semua bangsa ke dalam satu Gereja dan menyatukan mereka dengan cinta.

Salib adalah tanda kebangkitan orang mati. Salib adalah tanda pengharapan tiap orang Kristen. 

Salib adalah tongkat berjalan bagi orang lumpuh.

Salib adalah kenyamanan bagi masyarakat miskin.

Salib adalah penghapus keangkuhan.

Salib adalah harapan bagi mereka yang putus asa.

Salib adalah makan bagi para pelaut (pencari kebenaran).

Salib adalah pereda bagi badai yang berkecamuk. Salib adalah ayah bagi para yatim piatu.

Salib adalah penghibur bagi mereka yang berkabung.

Salib adalah pelindung anak-anak.

Salib adalah kemuliaan bagi manusia. Salib adalah mahkota para pemimpin.

Salib adalah cahaya bagi mereka yang ada dalam kegelapan. Salib adalah kebebasan untuk budak, pemberi kebijaksanaan bagi yang bodoh.

Salib adalah pemberitaan para nabi, yang diikuti oleh seluruh jemaat.

Salib adalah kesucian para perawan dan sukacita para Imam.

Salib adalah dasar dari Gereja, Salib dari Sang Pembentuk alam semesta.

Salib adalah penghancur kuil berhala, ujian bagi orang Yahudi.

Salib adalah pentahir para penderita kusta, penguat bagi yang lemah.

Salib adalah roti bagi yang lapar, air mancur bagi yang haus.

Salib adalah pengharapan bagi para Biarawan, pakaian bagi yang telanjang

+St. Efraim dari Syria+

Dominus illuminatio mea!

Wednesday, July 31, 2013

Misa Kudus "Melampaui Ruang Dan Waktu"

Penghubung paling kentara dari ajaran Protestan dengan Katolik mengenai Misa adalah bahwa Kristus telah wafat �satu kali untuk semua� (Ibr 9:26-28; 10:10), yang atasnya Gereja akan berkata, �Amin!� Gereja telah selalu mengajarkan bahwa Korban tunggal Kristus dan Korban Ekaristi (Misa) adalah �satu korban tunggal�, dan bahwa Korban Ekaristi� menghadirkan lagi (menjadikan hadir)� Korban Kristus di Salib (Katekismus, no. 1366-67, penekanan asli). Bagaimana hal ini dapat terjadi? Allah Putra menciptakan ruang dan waktu sehingga Ia tidak terikat olehnya (Yoh 1:1-13).


Misa penutupan WYD 2013
Sebagai Yang Abadi, Kristus mengada diluar ruang dan waktu sehingga keseluruhan sejarah secara serempak hadir dihadapanNya. Kita tidak dapat sepenuhnya memahami kemahakuasaan Allah. Sebagaimana dogma mengenai Trinitas atau hakikat Kristus sebagai manusia dan Allah, kemahakuasaan Allah melampaui kemampuan kita untuk memahami, namun tidak bertentangan dengan akal. Berargumen bahwa Allah dibatasi oleh ruang dan waktu berarti berargumen bahwa Allah bukanlah mahakuasa dan dengan demikian bukanlah Allah.

Kita juga dapat berbicara mengenai kemampuan Allah untuk hadir dalam waktu di bumi dan juga di luar waktu di Surga. Bagi Allah yang abadi dan tidak berubah, segala sesuatu ada sebagaimana adanya Ia. Sedangkan bagi kita manusia, segala sesuatu yang kita alami terikat oleh ruang dan waktu. Karena Putra Allah adalah kekal dan melampaui waktu, apa yang Ia lakukan sebagai Allah-Manusia dalam sejarah dapat melampaui waktu. 

Dengan demikian Korban Kristus di Kalvari adalah satu kali untuk semua, namun tidak pernah berakhir; ia senantiasa terjadi, tidak terikat oleh waktu. Maka, ketika kita menghadirkan lagi Korban tunggal Kristus pada saat Misa, sesungguhnya Allah memampukan kita untuk menjadikan diri kita hadir pada Korban yang melampaui waktu ini. Analoginya, kita menjadi �hadir� pada matahari setiap pagi. Matahari pada dasarnya tetap berada di tempatnya, sementara kita relatif berubah terhadap matahari karena rotasi bumi sehari-harinya.

Korban Ekaristi telah diramalkan oleh Nabi Maleakhi: �Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan Korban bagi namaKu besar diantara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam� (Mal 1:11). Gereja melihat ayat ini sebagai nubuat akan Korban Misa karena adakah Korban lainnya yang sungguh-sungguh murni yang dapat dipersembahkan oleh orang-orang Kristiani di seluruh dunia setiap harinya?

Hakikat Misa yang melampaui sejarah pertama-tama dinyatakan ketika Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah mulia-Nya pada malam Perjamuan Terakhir, sehari sebelum Ia sungguh-sungguh wafat di Salib (Katekismus, no.1337 � 40). Hal ini kemudian terungkap dalam Misa yang dipersembahkan oleh para muridNya. 

Santo Paulus mencatat bahwa Korban Kristus sebagai Anak Domba Paskah yang baru adalah satu kali untuk semua, tetapi ia juga menjelaskan bahwa bagaimanapun juga perayaannya berlanjut dalam rentang sejarah: �Sebab Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.� (1 Kor 5:7-8). Dengan demikian, jasa-jasa Korban Kristus diterapkan pada orang-orang Kristiani selama berabad-abad.

Kita berbicara mengenai Ekaristi sebagai sebuah Korban tanpa Darah. Kristus tidak dibunuh dalam setiap Misa. Jika demikian halnya, maka pasti ada banyak korban dan Kristus tidaklah mati �satu kali untuk semua.� Namun, Konsili Trente mengajarkan bahwa pada setiap Misa, �Kristus yang sama yang dulu mempersembahkan diri-Nya hanya satu kali dalam sebuah cara yang di atas Altar Salib, kini hadir dan dikorbankan secara tidak berdarah (Doctrina de ss. Missae Sacrificio, c. 2: DS 1743; bdk. Ibr 9:14, 27)� (Katekismus, no. 1367).

Disalin ulang oleh Katolisitas Indonesia dari Faith Facts volume 2 hal 76-79

Sunday, June 2, 2013

Mukjizat Ekaristi Di Faverney


Pada tahun 1608, Prancis menjadi sebuah saksi nyata penyebaran sekte Protestan dan Kalvinis yang begitu menjalar cepat di kota yang terkenal akan menara Eiffel tersebut. Kaum bangsawan dan rohaniwan Katolik diiming-imingi banyak imbalan materi bila mau memeluk kedua sekte yang dikutuk oleh Konsili Trente tersebut. 

Hal ini malah mereduksi goyahnya iman banyak orangdan menyebabkan ketidakpastian bahkan sampai ke dalam biara-biara. Di kota Faverney ada sebuah biara Benediktin yang para anggotanya sudah banyak menyimpang dari aturan hidup yang telah ditentukan oleh Santo Benediktus dari Nursia, selaku pendiri ordo Benediktin.

Untungnya, mereka masih tetap berdevosi pada Bunda Maria dari Salju, yang terkenal ajaib dan menjadi perantara banyak mukjizat. Bahkan sudah banyak yang diakui Gereja, diantaranya adalah hidupnya kembali dua orang bayi yang belum sempat dibaptis. Pada malam harinya, sebelum Hari Raya Pentakosta tahun 1608, para rahib memutuskan untuk menyiapkan sebuah Altar untuk pentakhtaan dan adorasi Sakramen Mahakudus. Karena luneta (tempat untuk menjepit Hosti Kudus) pada monstran tersebut terlalu besar, maka para rahib berpikir, bahwasanya untuk meletakkan dua buat Hosti saja kedalam monstran tersebut. Saat Ibadat Vesper sudah selesai, para rahib segera meninggalkan monstran tersebut, dan mereka mentakhtakannya di sebuah altar yang terletak disamping Gereja.

Lalu keesokan harinya, saat matahari mulai tampak diufuk timur. Seorang koster membuka Gereja dan seketika melihat Gereja dipenuhi oleh asap dan altar disamping sudah habis terbakar. Tanpa berpikir panjang, sang koster segera berteriak untuk memohon bantuan para biarawan dan para warga yang bermukim disekitar Gereja Basilika Minor tersebut. Para biarawan dan beberapa orang lainnya pun segera masuk kedalam Gereja dan mulai membersihkan abu sambil berharap agar dapat menemukan beberapa bagian dari monstran. 

Interior bagian dalam Gereja
Seketika itu pula, asap mulai menipis dan mereka terkejut menyaksikan monstran kudus sedang melayang diudara. Kerumuman orang makin bertambah dan berkumpul untuk melihat kejaiban Ekaristi itu.

Kedua Tubuh Tuhan selamat tidak tersentuh sama sekali oleh nyala api. Para biarawan terpana sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Mereka meminta nasihat dari para biarawan Kapusin di Veseoul. Para Kapusin bergegas untuk menyiapkan sebuah Altar baru dan merayakan Misa Kudus disana. Ketika Hosti kudus diangkat, dengan perlahan-lahan monstran pun turun ke atas Altar baru tersebut.

Peristiwa tersebut pun segera diteliti kebenarannya oleh Keuskupan setempat. Saat proses penyelidikan kanonik selesai, pada tanggal 10 Juli, Uskup Agung Keuskupan Besancon menyatakan bahwa mukjizat itu asli. Dan pada tangga 13 September pun, Uskup Agung Keuskupan Rodi, yang waktu itu berkedudukan sebagai Duta Paus di Brussels, bergegas untuk menyampaikan kejadian tersebut kepada Sri Paus Paulus V, yang kemudian menganugerahkan Bulla Indulgensi.

Mukjizat luar biasa ini mengobarkan kembali Iman banyak orang. Pada tahun 1862, Kongregasi Pemujaan Ilahi dan Disiplin Sakramen mengesahkan perayaan Mukjizat tersebut. Pada tahun 1908, perayaan tiga abad mukjizat tersebut pun diperingati dengan hikmat dalam suatu Kongres Ekaristi Nasional. Relikui salah satu dari Hosti kudus tersebut tetap utuh dan masih dapat dilihat serta dihormati sampai hari ini. Sayangnya Hosti yang satunya lagi diberikan pada Gereja di Dole dan telah dihancurkan oleh kaum revolusioner pada tahun 1974.

Sebuah kaca patri yang melukiskan peristiwa tersebut

Doa: Tuhan aku bersumpah bahwa aku percaya dengan segenap hatiku yang paling dalam, bahwa Engkau betul-betul hadir didalam Perayaan Ekaristi ini, tambahkanlah imanku agar aku semakin percaya bahwa Engkau betul-betul hadir dalam Perayaan Ekaristi. Buatlah aku mencintai Engkau dan takut terhadap Engkau. Tuhan hanya satu yang kupinta daripadaMu, aku hanya ingin memberikan hatiku sepenuhnya kedalam Kerahimanmu yang begitu dalam itu. Tuhan hadirlah didalam hatiku, aku ingin merasakan sepenuhnya kedamaian dan sukacita bersama Engkau. Amin.

Dominus illuminatio mea!

Silahkan juga baca artikel-artikel berikut:

Saturday, May 25, 2013

Renungan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus

Roh Kebenaran memimpin kamu kepada Kebenaran
Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tritunggal dari bahasa Latin Trinitas. Allah yang kita imani itu Esa atau satu tetapi dalam tiga pribadi yang berbeda yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pribadi-pribadi Ilahi yang kita sapa sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus selalu kita sebut ketika membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan kita. 


Ziarah hidup kita selalu menuju kepada Bapa, mengikuti jejak Yesus PutraNya dan jiwai oleh RohNya yang kudus. Ketika merayakan Ekaristi, kita juga menyapa Allah Tritunggal Mahakudus melalui tanda salib dan doa kemuliaan serta Aku Percaya.

Ada seorang muda yang datang kepadaku dan mengatakan bahwa Ia belum mengerti ajaran Tritunggal Mahakudus. Baginya, ajaran Tritunggal Mahakudus itu sulit sehingga dia belum mengerti. Saya bertanya kepadanya apakah dia percaya dan ia mengatakan percaya kepada Allah Tritunggal mahakudus, tetapi dia sendiri belum mengerti.  Saya teringat pada perkataan St. Anselmus: �credo ut intelligam� artinya aku percaya supaya aku mengerti.  Banyak kali kita menuntut untuk untuk mengerti lebih dahulu baru percaya. Ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya supaya dapat mengerti rahasia Allah. Tuhan Allah Tritunggal masuk dalam misteri iman kita.

Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah disebut Bapa karena Ia adalah pencipta, dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaanNya. Yesus sang Putra telah mengajarkan kepada kita untuk memanggil BapaNya sebagai Bapa kita dan menyebutnya juga sebagai �Bapa kita�. Sebelum umat katolik menyebut Yang Ilahi sebagai Bapa, ungkapan  Allah sebagai Bapa sudah ada dalam Kitab Perjanjian Lama (Ul 32:6; Mal 2:10). Tuhan juga dirasakan seperti seorang ibu (Yes 66:13). Yesus sendiri berkata:�Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa" (Yoh 14:9).

Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Bapa dan Putra. Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada di dalam kita, Roh Kudus ada dan menguatkan kita. Allah mengutus Roh PutraNya ke dalam hati kita (Gal 4:6). Roh Kudus yang diterima bukan Roh perbudakan yang membuat kita takut melainkan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Rom 8:15). Yesus dari Nazareth adalah Putra, Sang Pribadi ilahi yang kedua. Pertanyaan yang tetap laku sepanjang masa adalah bagaimana kita dapat memahami Tritunggal Mahakudus?

Alkisah pada suatu kesempatan St. Agustinus sedang berjalan di pinggir pantai. Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir. Lalu ia berulang kali mengambil air laut dengan gelas kecil itu dan memasukannya ke dalam lubang itu. Setiap saat lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir. Agustinus bertanya kepadanya: untuk apa ia melakukan  semuanya itu. Ia menjawab hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut. Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang tersebut.

Anak itu kemudian bertanya kepada Agustinus apa yang sedang dipikirkannya. Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Tritunggal Mahakudus. Anak itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini sedangkan Tritunggal Mahakudus jauh lebih luas dari samudra raya. Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budi itu tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan. Ia kemudian berkesimpulan: �Di mana ada cinta kasih, di situ ada AllahTritunggal: pencinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih".

Penginjil Yohanes hari ini menjelaskan tentang persekutuan Tritunggal Mahakudus. Dalam amanat perpisahanNya, Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai penghibur. Roh Kudus itu berasal dari Bapa dan dicurahkan dalam nama Yesus Putra. Yesus sendiri menekankan persekutuanNya dengan Bapa: �Aku dan Bapa adalah satu saja� maka apa yang Bapa punya, Aku punya. Tugas Roh Penghibur adalah membimbing kepada seluruh Kebenaran (Yesus sendiri). Roh Kudus juga akan mengatakan kepada kita tentang segala sesuatu yang sudah diajarkan Yesus dan juga tentang hal-hal yang akan datang.

Penyertaan Roh Kudus di dalam Gereja amat dirasakan oleh Paulus dalam pewartaannya. Kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa kita dibenarkan karena iman. Kita hidup dalam damai sejahtera karena Yesus Kristus. Karena iman kepada Kristus, kita juga menjadi anak-anak Allah. Kita akan hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Kristus dalam kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus. Lihatlah pemahaman Paulus tentang Tritunggal, kelihatan sederhana tetapi nyata dalam hidup.

Kita dapat berdamai dengan Allah karena Yesus dalam kasih yang tercurah oleh Roh Kudus. Tuhan sendiri adalah kebijaksanaan sebagaimana dilukiskan di dalam bacaan pertama dari Kitab Amsal. Bagi Amsal, sebelum bumi diciptakan  sudah ada Kebijaksanaan.

Sambil kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, permenungan kita semakin dalam  untuk dua hal berikut ini. Pertama, kita menyembah Allah yang tidak sendirian melainkan seorang Allah yang penuh dengan persekutuan kasih dan saling berbagi. Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu komunitas, satu kesatuan. Ini haruslah menjadi dasar bagi persekutuan setiap orang yang percaya, bukan hanya sekedar model saja. Kedua, Allah Tritunggal Mahakudus adalah kasih yang sempurna.  Tidak ada kasih lain yang sempurna seperti kasih Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus.

Doa: Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus, semoga kami selalu berusaha untuk menjadi tanda dan pembawa cinta kasih kepada sesama yang lain. Amen

Renungan oleh Pater John. SDB

Tags

Renungan (53) Sejarah Gereja (45) Kepausan (42) Katekese (40) Para Kudus (39) Berita Katolik (37) Ekaristi (36) Kitab Suci (33) Yesus Kristus (33) Doa dan Hymne (30) Liturgi (29) Apologetik (26) Renungan Cerdas (25) Fransiskus (22) Santa Maria (22) Artikel Lain (19) Dokumen Gereja (19) Gereja Katolik (19) Katekese Liturgi (17) Ajaran Gereja Katolik (16) Komuni Kudus (16) Paskah (16) Benediktus XVI (13) Dasar Iman Katolik (13) Kisah Nyata (13) Renungan Poltik (13) Natal (11) Kompendium Katolik (10) Bapa Gereja (9) Katolik Indonesia (9) Katolik Timur (9) Petrus (9) Roh Kudus (9) Sakramen Gereja Katolik (9) Allah Tritunggal (8) Perayaan Ekaristi (8) Prapaskah (8) Prodiakon (8) Tradisi (8) Kesaksian (7) Pemazmur (7) Sakramen Ekaristi (7) Tuhan Allah (7) Adven (6) Kematian (6) Liturgi dan Kaum Muda (6) Misdinar (6) Paduan Suara Gereja (6) Pekan Suci (6) Rabu Abu (6) Ajaran Gereja (5) Hari Peringatan (5) Hari Pesta / Feastum (5) Kamis Putih (5) Maria Bunda Allah (5) Perayaan Natal (5) Piranti Liturgi (5) Seputar Liturgi (5) Tritunggal (5) EENS (4) Ibadat Kematian (4) Ibadat Peringatan Arwah (4) Katekismus Gereja (4) Maria Diangkat Ke Surga (4) Minggu Palma (4) Misa Jumat Pertama (4) Misa Latin (4) Nasihat Bijak (4) Nyanyian Liturgi (4) Pentakosta (4) Sakramen Perkawinan (4) Seremonarius (4) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (4) Tahun Iman (4) Tokoh Nasional (4) Tuhan Yesus (4) Beato dan Santo (3) Berita Nasional (3) Doa Litani (3) Doa Rosario (3) Dupa dalam Liturgi (3) Eksorsisme (3) Jalan Salib (3) Jumat Agung (3) Lektor (3) Liturgi dan Anak (3) Makna Homili (3) Malam Paskah (3) Masa Prapaskah (3) Misa Krisma (3) Misa Tridentina (3) Musik liturgi (3) Novena Natal (3) Pantang dan Puasa (3) Sakramen Tobat (3) Spiritualitas (3) Surat Gembala KWI (3) Tata Gerak dalam Liturgi (3) Tokoh Internasional (3) Toleransi Agama (3) Yohanes Paulus II (3) Cinta Sejati (2) Dasar Iman (2) Denominasi (2) Devosi Hati Kudus Yesus (2) Devosi Kerahiman Ilahi (2) Doa (2) Doa Angelus (2) Doa Novena (2) Doa dan Ibadat (2) Ekumenisme (2) Gua Natal (2) Hari Sabat (2) Homili Ibadat Arwah (2) How To Understand (2) Ibadat Syukur Midodareni (2) Inkulturasi Liturgi (2) Inspirasi Bisnis (2) Kanonisasi (2) Kasih Radikal (2) Keajaiban Alkitab (2) Keselamatan Gereja (2) Kisah Cinta (2) Korona Adven (2) Lagu Malam Kudus (2) Lagu Rohani (2) Lawan Covid19 (2) Lintas Agama (2) Madah dan Lagu Liturgi (2) Makna Natal (2) Maria Berdukacita (2) Maria Dikandung Tanpa Noda (2) Maria Ratu Rosario Suci (2) Motivator (2) Mujizat Kayu Salib (2) Mutiara Kata (2) New Normal (2) Nita Setiawan (2) Organis Gereja (2) Penyaliban Yesus (2) Perarakan dalam Liturgi (2) Peristiwa Natal (2) Perubahan (2) Pohon Natal (2) Renungan Paskah (2) Sakramen Gereja (2) Sakramen Imamat (2) Sakramen Minyak Suci (2) Sakramen Penguatan (2) Sekuensia (2) Sharing Kitab Suci (2) Tahun Liturgi (2) Tujuan dan Makna Devosi (2) Ucapan Selamat (2) Virus Corona (2) WYD 2013 (2) Youtuber Top (2) 2 Korintus (1) Aborsi dan Kontrasepsi (1) Abraham Linkoln (1) Adorasi Sakramen Mahakudus (1) Agama Kristiani (1) Ajaran Gereja RK (1) Alam Gaib (1) Alam Semesta (1) Alkitab (1) Allah Inkarnasi (1) Allah atau Mamon (1) Arianisme (1) Ayat Alquran-Hadist (1) Bapa Kami (1) Berdamai (1) Berhati Nurani (1) Berita (1) Berita Duka (1) Berita International (1) Bible Emergency (1) Bukan Take n Give (1) Busana Liturgi (1) Cara Mengatasi (1) Cinta Sesama (1) Cintai Musuhmu (1) D Destruktif (1) D Merusak (1) Dialog (1) Doa Bapa Kami (1) Doa Permohonan (1) Doa Untuk Negara (1) Documentasi (1) Dogma EENS (1) Doktrin (1) Dosa Ketidakmurnian (1) Dunia Berubah (1) Egois dan Rakus (1) Era Google (1) Evangeliarium (1) Filioque (1) Garputala (1) Gereja Orthodox (1) Gereja Samarinda (1) Godaan Iblis (1) Golput No (1) Hal Pengampunan (1) Hamba Dosa (1) Hari Bumi (1) Hari Raya / Solemnity (1) Haus Darah (1) Hidup Kekal (1) Hierarki Gereja (1) Homili Ibadat Syukur (1) Ibadat Kremasi (1) Ibadat Pelepasan Jenazah (1) Ibadat Pemakaman (1) Ibadat Rosario (1) Ibadat Tobat (1) Imam Kristiani (1) Imperialisme (1) Influencer Tuhan (1) Inisiator Keselamatan (1) Injil Mini (1) Inspirasi Hidup (1) Irak (1) Israel (1) Jangan Mengumpat (1) Kandang Natal (1) Karismatik (1) Kasih (1) Kasih Ibu (1) Kata Allah (1) Kata Mutiara (1) Katekismus (1) Keadilan Sosial (1) Kebaikan Allah (1) Kebiasaan Buruk Kristiani (1) Kedewasaan Kristen (1) Kehadiran Allah (1) Kejujuran dan Kebohongan (1) Kelahiran (1) Keluarkan Kata Positif (1) Kemiskinan (1) Kesehatan (1) Kesetiaan (1) Kesombongan (1) Kiss Of Life (1) Kompendium Katekismus (1) Kompendium Sejarah (1) Konsili Nicea (1) Konsili Vatikan II (1) Kremasi Jenazah (1) Kumpulan cerita (1) Lamentasi (1) Lectionarium (1) Mantilla (1) Maria Minggu Ini (1) Martir Modern (1) Masa Puasa (1) Masalah Hidup (1) Melawan Setan (1) Mengatasi Kesepian (1) Menghadapi Ketidakpastian (1) Menjadi Bijaksana (1) Menuju Sukses (1) Mgr A Subianto B (1) Misteri Kerajaan Allah (1) Misterius (1) Moral Katolik (1) Mosaik Basilika (1) Mukjizat Cinta (1) Mukzijat (1) Nasib Manusia (1) Opini (1) Orang Berdosa (1) Orang Jahudi (1) Orang Kudus (1) Orang Lewi (1) Orang Munafik (1) Orang Pilihan (1) Orang Sempurna (1) Ordo dan Kongregasi (1) Owner Facebooks (1) Pandangan Medis (1) Para Rasul (1) Pelayanan Gereja (1) Pembual (1) Pencegahan Kanker (1) Penderitaan Sesama (1) Pendiri Facebooks (1) Penerus Gereja (1) Penjelasan Arti Salam (1) Penyelamatan Manusia (1) Penyelenggara Ilahi (1) Perasaan Iba (1) Perdamaian Dunia (1) Perjamuan Paskah (1) Perjamuan Terakhir (1) Perkataan Manusia (1) Perselingkuhan (1) Pertobatan (1) Pesta Natal (1) Pikiran (1) Positik kpd Anak (1) Presiden Soekarno (1) Pusing 7 Keliling (1) Putra Tunggal (1) Rasio dan Emosi (1) Roh Jiwa Tubuh (1) Roti Perjamuan Kudus (1) Saat Pembatisan (1) Saat Teduh (1) Sabat (1) Sahabat lama (1) Sakit Jantung (1) Sakramen Baptis (1) Saksi Yehuwa (1) Salib Yesus (1) Sambutan Sri Paus (1) Sejarah Irak (1) Selamat Natal (1) Selamat Tahun Baru (1) Selingan (1) Siapa Yesus (1) Soal Surga (1) Surat Kecil (1) Surat bersama KWI-PGI (1) Surga Dan Akherat (1) Tafsiran Alkitab (1) Tamak atau Rakus (1) Tanda Beriman (1) Tanda Percaya (1) Tanpa Korupsi (1) Tanya Jawab (1) Teladan Manusia (1) Tembok Yeriko (1) Tentang Rakus (1) Teologi Di Metropolitan (1) Thomas Aquinas (1) Tim Liturgi (1) Tokoh Alkitab (1) Tokoh Gereja (1) Tolong Menolong (1) Tradisi Katolik (1) Tri Hari Suci (1) Triniter (1) True Story (1) Tugas Suku Lewi (1) Tugu Perdamaian (1) Tuguran Kamis Putih (1) Tuhan Perlindungan (1) Tulisan WAG (1) YHWH (1) Yesus Manusia (1) Yesus Manusia Allah (1) Yesus Nubuat Nabi (1) Yesus Tetap Sama (1)