Latest News

Sunday, December 23, 2012

Asal-usul Hari Raya Natal


Gereja Katolik menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal untuk merayakan Hari Raya Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Gereja Katolik sendiri yang merupakan Gereja purba, telah merayakan Natal sejak abad-abad pertama Gereja Katolik hadir.

Bapa Gereja Teofilus, Uskup Caesarea di Palestina (115-181 M), mungkin adalah orang pertama yang secara eksplisit memberikan pernyataan mengenai Natal: 
�Kita harus merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember yang akan berlangsung.� [Magdeurgenses, Cent. 2.c.6. Hospinian, de Origin Festorum Christianorum]
Pada awal abad ke-5 seorang Santo dari kota Konstantinopel bernama St. Yohanes Kassianus, pergi ke Alexandria (Mesir) untuk mempelajari peraturan-peraturan biara di sana. Antara tahun 418 hingga 425, dan setelah ia mengamati Gereja yang ada disana, barulah St. Yohanes Kassianus menulis laporan pengamatannya pada sekitar tahun 418.  Dia memulis pada masa tersebut sejumlah Uskup yang ada disana kita menganggap Pesta Epifani (Penampakan Tuhan) sebagai hari kelahiran Tuhan dan tidak ada perayaan terpisah dalam menghormati kelahiran Tuhan. Dia menyebut hal ini �tradisi kuno�. Kebiasaan lama ini segera memberi jalan bagi tradisi baru.  Natal sendiri telah diperkenalkan di Mesir sekitar 418 dan 432 M dan peristiwa ini menjadi bukti kuat.

St. Hipolitus dari Roma, seorang yang dulunya adalah seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St. Pontianus, juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Ia (Yesus) menderita pada [usia] 33 tahun, eight days before the kalends of April (25 Maret), tahun kelimabelas Kaisar Tiberius ketika Rufus dan Roubellion dan Gaius Caesar, untuk keempat kalinya, dan Gaius Cestius Saturninus menjadi konsul [di Roma]. (St. Hippolytus of Rome (c. 225 AD), Commentary on Daniel 4.23.3)
St. Yohanes Krisostomos, seorang Pujangga Gereja dan juga seorang Uskup yang terkenal akan kehebatan khotbahnya, pada tanggal 20 Desember pernah berkhotbah di Antiokhia, yang mengajak umat beriman untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Dia mengusulkan kepada para umat beriman untuk menghormati dan merayakan Natal dengan tiga dasar: Pertama, Natal adalah sebuah perayaan Kristiani yang mampu menyebar dengan pesat diberbagai daerahKedua,  waktu pelaksanaan sensus pada tahun kelahiran Yesus dapat ditentukan dari berbagai dokumen kuno yang tersimpan di kota Roma; Ketiga, waktu kelahiran Tuhan Yesus dapat dihitung dari peristiwa penampakan malaikat kepada Zakarias, di Bait Allah. Zakarias, sebagai Imam Agung, masuk ke dalam Tempat Mahakudus pada Hari Penebusan Dosa Yahudi (The Jewish Day of Atonement). Hari tersebut jatuh pada bulan September menurut kalender Gregorian. Enam bulan sesudah peristiwa ini, malaikat Gabriel datang kepada Maria dan enam bulan kemudian Yesus Kristus lahir, yaitu pada bulan Desember. Santo Yohanes Krisostomos, mengatakan dengan jelas bahwa pada masa tersebut, ketika perayaan Natal diperkenalkan di Timur, Natal telah dirayakan di kota Roma lebih dulu yang merupakan Kepatriakan urutan nomor 1 dalam Gereja perdana.